Trik penjualan yang dilakukan penjual ini acapkali membuat pembeli berpikir mereka telah berhemat padahal sebenarnya justru bikin pengeluaran bertambah.
JEDA.ID-Ada banyak trik penjualan yang belum diketahui pembeli. Kelihatannya bikin hemat, padahal bisa jadi bikin pengeluaran Anda membengkak.
Anda senang belanja? Baru saja mendapati penawaran menarik di toko kesayangan? Tapi, kenapa setelah dihitung hitung pengeluaran untuk belanja justru membengkak. Kok bisa ya?
Waspadalah, karena belanja adalah suatu pertempuran. Ya, ini adalah trik dari penjual untuk membuat Anda seolah berhemat padahal sebetulnya malah bikin Anda boros. Sebagai konsumen, tentu kita menginginkan harga semurah mungkin. Sementara penjual tak mau rugi.
Jadi jangan heran jika perusahaan memiliki segudang cara untuk membuat kita membeli barang lebih dari yang direncanakan.
Dikutip dari Liputan6.com, berikut adalah trik yang biasa dilakukan perusahaan untuk menguras dompet kita saat berbelanja.
Harga ‘Umpan’
Misal saat Anda membeli produk susu. Ada beberapa ukuran sajian dengan harga masing masing. Sajian kecil (Rp 40.000), sedang (Rp90.000), dan besar (Rp100.000).
Perhatikan jarak harga yang berdekatan antara ukuran sedang dengan ukuran besar. Banyak orang menyangka mereka mendapatkan deal terbaik ketika membeli yang besar karena harganya hanya sedikit lebih mahal daripada sajian ukuran sedang.
Pada dasarnya, itulah yang disebut dengan harga “umpan” agar pembeli merasa mendapat tawaran yang lebih baik.
Dengan pilihan umpan, tingkat penjualan dapat melonjak sebesar 30 persen. Jadi, pikirkan lagi ketika mendapat tawaran, misalnya, “Mau tambah Rp 10.000 lagi untuk mendapat ukuran yang lebih besar?”
Ubin Berukuran Kecil di Lantai
Peningkatan belanja online membuat pelaku toko harus memutar otak. Penelitian terkini oleh Profesor Nico Heuvinck dari IESEG School of Management di Prancis mendapati bahwa garis-garis mendatar yang berdekatan di lantai memperlambat kecepatan pembelanja berjalan di lorong, sehingga mendorong mereka berkeliling dan belanja lebih banyak.
Jangan Baper Dulu, Ladies! Ini 5 Tanda Pria Mengirim Pesan Hanya karena Kesepian
“Ketika celah diperlebar antara garis-garisnya, maka para pembelanja bergerak lebih cepat dan berbelanja lebih sedikit.”
Peneliti itu mengamati bahwa penjual cenderung menggunakan ubin yang lebih kecil di lorong produk yang lebih mahal dan menggunakan ubin yang lebih besar di tempat yang tidak boleh berjejal, seperti di pintu masuk.
Harga ‘999’
Pernahkah Anda belanja produk seharga Rp 149.999? Apakah jauh lebih murah dibanding harga Rp 150.000? Ternyata tidak jauh lebih murah bukan?
Dalam suatu penelitian 2005 oleh New York University, mendapati bahwa harga yang diakhiri dengan “999” memiliki dampak besar. Biasa disebut “dampak digit kiri pada kognisi harga.”
Kita cenderung membaca dari kiri ke kanan, maka angka pertama di kiri adalah yang paling menjadi perhatian kita. Secara tidak sadar, otak kita menganggap bahwa Rp 149.000 lebih dekat kepada Rp 140.000, bukan ke angka Rp 150.000.
Selain itu, akhiran “999” membuat kita merasa bahwa barang itu sedang diskon, padahal tidak demikian.
Penawaran ‘Rp 100.000 Untuk 10 Barang’
Apakah Anda sering melihat penawaran “Rp 100.000 untuk 10 barang” misalnya, lalu tertarik membeli 10 produk sekaligus?
Sadarkah bahwa Anda sebenarnya tidak terlalu memerlukan 10 produk sekaligus, hanya agar bisa meraih manfaat terbesar, bukan? Sebenarnya, penulisan “Rp 100.000 Untuk 10 Unit” adalah sekadar cara penulisan lain untuk menyebutkan “Rp 10.000 untuk 1 Unit.”
Selama Persediaan Masih Ada
Saat pergi ke swalayan, betapa bahagianya saat melihat penwaran menarik. Sayangya ada pembatasan pembelian untuk tiap pelanggan. Misalnya susu kemasan besar hanya Rp26.000 tapi tiap pengunjung hanya boleh membeli 4 alias dibatasi.
Kenapa ada pembatasan jumlah? Tentunya bukan karena kekurangan susu, tapi karena cara ini efektif untuk menjebak agar pelanggan membeli lebih banyak daripada yang mereka butuhkan.
Pelanggan akan mengira ada permintaan besar untuk produk tertentu yang langka. Sehingga mendorong mereka membeli 4 kemasan besar susu daripada pembelanjaan biasa yang hanya 1 atau 2 kemasan. Mereka takut kehabisan.
Menggunakan Huruf Berukuran Kecil
Misalnya kita adalah manajer toko yang ingin mempromosikan suatu penjualan. Katakanlah, ingin menjual sweater yang biasanya seharga Rp650.000 menjadi Rp400.000.
Anak Muda Bikin Infeksi Corona Makin Memburuk, Kok Bisa?
Mungkin kita menyangka menuliskan harga Rp400.000 itu dengan huruf tebal dan besar. Sebaliknya, suatu penelitian menyebutkan bahwa ukuran penulisan harga malah harus lebih kecil daripada ukuran penulisan harga biasa.
Mengapa? Secara tidak sadar, otak kita mengkaitkan ukuran huruf yang lebih kecil dengan harga yang lebih rendah. Para peneliti menyebut itu kongruensi representasi magnitude.
Arah Tatapan Anak
Kita mengetahui anak kecil menyukai gula, tapi ada alasan tambahan mengapa anak menyukai, misalnya, Cocoa Puffs.
Penelitian dilakukan oleh peneliti Cornell University dan T.H. Chan School of Public Health di Harvard University pada 2014. Mereka mendapati bahwa sereal yang dipasarkan kepada anak ditempatkan di rak yang tingginya sedikit di atas bidang pandang anak.
Mereka mendapati bahwa “rata-rata sudut tatapan ke karakter pada kotak sereal yang dipasarkan kepada anak menatap ke bawah sebesar 9,6 derajat.”
Dengan demikian, anak akan mendapat kesan seolah karakter sereal favorit mereka sedang menatap langsung. Kemudian pada penelitian selanjutnya menjelaskan kemungkinan membeli sereal lebih tinggi jika karakter di kotak produk melakukan ‘kontak mata’ dengan mereka.
Inilah 7 trik penjualan yang sering kali dijumpai. Semoga dapat membantu Anda menekan pengeluaran saat berbelanja.