Obsessive compulsive disorder atau OCD merupakan kelainan psikologis yang menyebabkan pengidapnya berprilaku dan bersifat kompulsif serta negatif yang membuat penderita merasa gelisah, takut dan khawatir berlebihan.
JEDA.ID – Pernahkah Anda mendengar istilah obsessive compulsive disorder atau OCD? Jika Anda melakukan sesuatu secara berulang-ulang atau mengecek barang berkali-kali hanya untuk memenuhi rasa kepuasan dan menghapus kekhawatiran? Waspadalah, hal tersebut bisa jadi merupakan gejala umum penderita gangguan jiwa OCD.
Kelainan psikologis ini menyebabkan pengidapnya berperilaku dan bersifat kompulsif serta negatif yang membuat mereka merasa gelisah, takut dan khawatir berlebihan atau obsessive. Tak hanya itu, mereka juga tidak dapat mengontrol pikiran-pikiran serta tindakan berlebihan tersebut.
Melansir dari The National Institute of Mental Health (NIMH), Senin (13/4/2020) gangguan OCD berlangsung dalam jangka waktu yang lama, pengidapnya seringkali mengalami hambatan dalam kegiatan sehari-hari. Karena mereka akan terus melakukan tindakan hingga terpenuhi dan jarang merasa puas.
Hal ini dapat memengaruhi mereka untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang sebagai respon untuk memenuhi kepuasannya atau bahkan mengatasi ketakutannya. Lalu, sebenarnya apa saja gejala lain dari penderita OCD ini? Dan bagaimana cara pengobatannya? Berikut ulasannya seperti dilansir dari berbagai sumber:
Sering mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer berlebihan
Rajin mencuci tangan merupakan tindakan yang baik dalam mencegah adanya kuman dan bakteri yang menempel di tangan Anda. Namun, jika Anda sering merasa kurang atau bahkan tidak pernah merasa bersih ketika mencuci tangan dan melakukannya berulang kali, bisa jadi Anda menderita OCD.
Direktur Eksekutif dari sebuah organisasi advokasi yang berbasis di Boston, International OCD Foundation, Jeff Szymanski, PhD, mengatakan kegiatan mencuci tangan berulang kali ini merupakan gejala umum yang paling sering dialami penderita OCD.
“Jika Anda merupakan tipe orang yang mempunyai ritual cuci tangan yang sangat rumit, bahkan hingga menggosoknya dengan sabun sampai lima kali sampai ke dalam-dalam kuku. Itu merupakan peringatan Anda terkena OCD,” ungkapnya.
Namun tentunya penjelasan itu merujuk pada situasi normal ya, dan bukan dalam kondisi pandemi atau wabah suatu penyakit. Sebab, dalam pandemi penyakit seperti Covid-19, kita memang diharuskan sering mencuci tangan agar terhindar dari virus.
Hewan Peliharaan Bisa Mencelakai, Perhatikan Hal Ini Sebelum Memeliharanya
Memiliki obsesi bersih-bersih
Selain sering mencuci tangan agar bersih dari kuman, gejala penderita OCD lainnya juga terobsesi untuk membersihkan setiap jengkal area yang sering ia gunakan. Tidak hanya pada barang-barang yang berada di rumah, tetapi bisa juga seperti meja kantor, kendaraan, dan lainnya. Mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam melakukan kegiatan tersebut hanya untuk memastikan setiap sudut sudah bersih dan bebas kuman.
Seorang Psikiater asal Massachusetts General Hospital, di Boston, Michael Jenike, MD, mengatakan adanya rasa khawatir yang berlebihan jika tidak melakukan kegiatan bersih-bersih merupakan bukti bahwa Anda penderita OCD.
“Kegiatan bersih-bersih yang dilakukan berjam-jam setiap harinya tidak selalu dapat dikaitkan dengan OCD. Namun, jika Anda memiliki ketakutan dan kecemasan untuk tidak melakukan bersih-bersih seperti yang biasa Anda lakukan, itu baru salah satu tanda OCD,” ungkapnya.
Sering memeriksa ulang sesuatu
Double checking atau mengecek ulang sesuatu yang menimbulkan rasa aman, sering dilakukan penderita OCD. Contoh yang paling umum seperti mengecek kunci pintu rumah, mematikan kompor atau lampu dengan melakukan pengecekan berkali-kali. Para penderita gejala ini merasa bahaya selalu mengintai, jika mereka tidak melakukan hal tersebut.
Seperti mengutip dari Health.com, Dr. Jenike memiliki pasien yang selalu mengecek ovennya sebanyak tiga kali hanya untuk memastikan ovennya tidak menyala. Bukan ketakutan akan kebakaran, atau lupa mematikan, tapi hal itu sudah menjadi kebiasaan yang ia lakukan setiap hari, dan merasa ada yang kurang jika tidak melakukan hal itu.
Melakukan sesuatu sambil berhitung
Ada juga penderita OCD yang selalu menghitung saat ia sedang melakukan sesuatu. Misalnya seperti berhitung saat sedang menaiki tangga, atau saat berjalan ke parkiran mobil. Menurut mereka hal tersebut wajar dan harus dilakukan supaya mereka tetap merasa aman.
Selain itu, seseorang yang menderita OCD memiliki keyakinan bahwa ada beberapa angka-angka baik seperti tujuh. Mereka merasa akan mengalami kegagalan atau sial jika tidak mengambil tujuh langkah dalam melakukan apapun.
Sesuatu dalam hidupnya harus terorganisir
Gejala lain penderita OCD adalah memiliki kemampuan mengorganisir beberapa hal dalam level yang sempurna. Bahkan mereka terobsesi pada kerapian dengan urutan dan kesimetrisan. Gejala ini tentu beda dengan seseorang bersifat perfeksionis, penderita OCD akan lebih peka terhadap sekecil apapun perubahan yang terjadi pada barang-barang di sekitarnya.
Contohnya seperti ketika mereka menyusun buku dalam rak, semua buku harus diletakkan secara simetris, dengan jumlah yang sesuai, diurutkan dari kecil ke besar, rendah ke tinggi atau bahkan sesuai dengan abjad maupun genre buku. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memuaskan rasa khawatir mereka.
Tak Hanya Dalam Dongeng, Ini 5 Pangeran Tampan di Dunia Nyata
Cara Menyembuhkan
Lalu apakah OCD dapat disembuhkan? Sebagian besar penderita kelainan jiwa ini ternyata menyadari bahwa aktivitas yang mereka lakukan tidak masuk akal bahkan terkesan berlebihan. Namun, sebagian besar dari mereka tidak bisa menghentikannya.
Gejalanya juga bisa datang dan pergi, serta mereda atau memburuk seiring waktu. Sayangnya, OCD tidak dapat disembuhkan. Namun, pengidapnya bisa meredakan gejala yang mengganggu aktivitas mereka dengan menjalani beberapa perawatan seperti mengonsumsi obat-obatan atau melalukan psikoterapi.
Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI) dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) adalah dua jenis obat yang membantu mengurangi gejala OCD.
Selain obat-obatan, psikoterapi juga efektif untuk mengatasi OCD pada orang dewasa maupun anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya, pelatihan pembalikan kebiasaan) dapat sama efektifnya dengan obat bagi banyak individu.
Penelitian juga menunjukkan bahwa tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif penderita OCD. (Ria Sari Febrianti)