Salah satu sosok dunia yang paling disorot di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah Direktur Jendral Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
JEDA.ID—Salah satu sosok dunia yang paling disorot di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah Direktur Jendral Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia lah yang memperingatkan negara-negara untuk terus berjuang melawan virus corona sejak awal. Meskipun, dia tak jarang diremehkan, diragukan, bahkan dibenci sana-sani. Seperti yang terjadi baru-baru ini saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan kritik pedas kepada WHO terkait pandemi Covid-19.
Menurut Donald Trump, WHO di bawah kepemimpinan Tedros Adhanom Ghebreyesus bertanggung jawab terhadap persebaran virus Corona Covid-19 di dunia. Dikatakan Trump, WHO terlalu fokus terhadap penanganan di China serta memberikan saran buruk terkait penanganan.
“WHO benar-benar gagal. Sebagian besar didanai oleh Amerika Serikat, namun sangat sentris China. Kami akan mengawasinya. Untungnya saya menolak saran mereka supaya perbatasan kami terbuka bagi China sejak awal. Mengapa WHO memberi kami rekomendasi yang salah?” cuit Donald Trump di Twitter, dilansir VOA Indonesia.
Sunyinya Bumi dan Pulihnya Lapisan Ozon di Tengah Pandemi
“Serangan” Taiwan
Bukan hanya AS, Taiwan juga menyerang Tedros. Taiwan mendesak Tedros meminta maaf terkait pernyataannya yang seolah menuduh Taiwan telah memprakarsai serangan-serangan pribadi terhadap dirinya dan respons WHO terhadap pandemi virus Corona.
Seperti dilansir detikcom dari AFP, Kamis (9/4/2020), Tedros Adhanom menyerukan persatuan untuk memerangi virus Corona penyebab Covid-19. Pernyataan itu dia sampaikan seusai WHO dikritik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Bukan hanya melontarkan kritik, Trump juga mengancam akan memotong pendanaan untuk WHO. Selama konferensi pers, Tedros berbicara tentang pelecehan — termasuk penghinaan rasial — yang kerap ditujukan padanya sejak wabah Corona ini dimulai.
Tedros sebisa mungkin menghindari menyebut nama Trump. Namun dia justru memilih menyebut pemerintah di Taipei, Taiwan yang telah dibekukan dari WHO setelah tekanan politik dari Beijing. “Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan,” kata Tedros kepada wartawan di Jenewa.
“Mereka tidak menjauhkan diri mereka [dari serangan-serangan]. Mereka bahkan mulai mengkritik saya di tengah-tengah semua penghinaan dan cercaan itu, tetapi saya tidak peduli,” ungkap Tedros.
Komentar itu memicu kemarahan di Taiwan. Taiwan menilai komentar Tedros itu tidak berdasar. “Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya atau membuat komentar diskriminatif rasial,” kata Juru Bicara kementerian luar negeri, Joanne Ou kepada wartawan, Kamis.
Joanne menuntut Tedros memberikan klarifikasi atas ucapannya. Menurutnya, itu merupakan fitnah yang tidak bertanggung jawab. “Pemerintah kami menuntut klarifikasi segera dan permintaan maaf dari Direktur Jenderal Tedros atas tindakan fitnah yang sangat tidak bertanggung jawab,” tambahnya.
Untuk diketahui, hubungan antara WHO dan Taiwan memang telah memburuk sejak pandemi ini dimulai. Bahkan ketika para pakar kesehatan memuji Taiwan atas kesigapannya dalam menghadapi virus Corona.
Taiwan hanya memiliki 379 pasien Covid-19 dan lima kematian. Padahal, Taiwan dekat dan memiliki hubungan dagang dengan China.
Taiwan dulu bisa mendapatkan status pengamat pada pertemuan tahunan WHO. Namun tekanan diplomatik dari Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong Taiwan keluar dari badan internasional utama, termasuk WHO dan ICAO – badan penerbangan PBB.
Sosok Optimistis
Di balik serangan-serangan itu, Tedros sebenarnya merupakan sosok yang optimistis. Beberapa waktu lalu, dia sempat menyatakan bahwa meski ancaman pandemi Virus Corona sangat nyata, namun bisa dikendalikan.
“Sekalipun kita menyebutnya pandemi, kita masih bisa menahan dan mengendalikannya,” kata Tedros Adhanom seperti dikutip dari Channel News Asia, belum lama ini.”[Apabila terjadi] Itu bisa menjadi pandemi pertama dalam sejarah yang bisa dikendalikan,” kata Tedros dalam konferensi persnya di Jenewa. “Kita tidak akan menyerah pada virus.”
Mengutip Straits Times Singapore, WHO mendefinisikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru di seluruh dunia. Penentuan tersebut didasarkan pada penyebaran geografis penyakit, tingkat keparahan yang ditimbulkan, serta pengaruhnya terhadap masyarakat.
Tedros menambahkan, dirinya mengecam berbagai pernyataan yang meminta agar virus ini berlangsung dengan sendirinya. Dia menegaskan bahwa kondisi ini bisa fatal bagi orang tua dan kelompok yang rentan.
“Pandemi tidak berarti bahwa kita mengatakan itu baik-baik saja untuk hidup dengannya, kita bisa menahannya. Tidak ada bendera putih. Kita tidak akan menyerah,” kata Tedros.
Saat Pengusaha Masuk Daftar Orang Kaya di Dunia Gara-Gara Corona
Perjalanan Karier
Tedros Adhanom Ghebreyesus lahir di Asmara, Eritrea, 3 Maret 1965 (umur 55 tahun). Dia adalah seorang politikus dan akademisi asal Etiopia yang menjadi Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia sejak 2017.
Sebelumnya, ia sempat menduduki jabatan di Pemerintahan Etiopia sebagai Menteri Kesehatan dari 2005 sampai 2012 dan sebagai Menteri Luar Negeri dari 2012 sampai 2016. Tedros meengambil alih kepemimpinan organisasi itu dari Margareth Chan dari China yang memimpin WHO selama hampir 10 tahun.
Tedros, memenangkan jabatan itu dengan suara mayoritas yang jelas, mengalahkan calon-calon dari Inggris dan dalam pemilihan oleh negara-negara anggota WHO.
Tantangan Berat
Awal mulai memimpin, ia menghadapi beberapa tantangan dengan kekurangan dana di organisasi itu mencapai US$2,2 miliar. Sementara dia juga turut bertanggung jawab untuk peningkatan perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Waktu resmi menjabat, ia mengatakan konsep kesehatan sebagai hak manusia akan menjadi pokok dari apa yang akan dilakukannya di WHO.
Menurut Tedros, separuh penduduk bumi tidak mempunyai akses ke perawatan kesehatan. Ia mengatakan hal ini dapat dan harus diperbaiki melalui penanggungan perawatan kesehatan setiap warga. Hal ini akan menanggulangi masalah kesehatan sebagai hak manusia dan berfungsi sebagai pendorong pembangunan.
“Semua jalan harus menuju penanggungan perawatan kesehatan semua warga dan ini harus menjadi pusat gravitas gerakan kita,” jelasnya.
Tedros mengatakan salah satu tindakannya yang pertama adalah memperkuat kemampuan WHO menanggapi dengan cepat dan dengan ampuh keadaan darurat karena “wabah dapat terjadi setiap saat” dan WHO harus siap.
Dan benar saja, perkiraannya telah menjadi nyata. Kini dunia menghadapi pandemi virus corona yang telah menelan puluhan ribu nyawa. Tampaknya tugas Tedros kian berat saja.