Pernikahan anak di bawah umur atau nikah muda menjadi permasalahan sosial yang masih sering terjadi. Padahal banyak remaja perempuan yang belum siap menjadi ibu.
JEDA.ID – Pernikahan anak di bawah umur atau nikah di usia muda menjadi permasalahan sosial yang masih sering terjadi.
Baru-baru ini, viral kabar salah satu kanal Youtube yang mengunggah cerita soal pengalaman pernikahan mereka pada usia 16 tahun.
Alasan pasangan tersebut menikah karena berbagai faktor mulai dari masalah yang dialami hingga merasa sudah takdir untuk menikah muda. Tentu saja hal ini menui banyak komentar pedas netizen karena dinilai mendukung pernikahan di bawah umur.
Selain itu, fakta yang sering terjadi menunjukkan bahwa banyak remaja perempuan yang menikah dini ternyata belum siap menjadi seorang ibu.
Di Indonesia ketentuan menikah tertuang pada Undang-Undang Perkawinan No 16 Tahun 2019 yang menyatakan, “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.”
Atas dasar inilah pernikahan di bawah umur sebisa mungkin dihindari. Berikut sejumlah dampak negatif nikah muda seperti dilansir dari berbagai sumber.
Puasa Kok Berat Badan Malah Naik? Mungkin Ini Sebabnya
Risiko tinggi hamil di usia muda
Melansir dari Detik.com, Jumat (15/5/2020) ahli kandungan, dr Merry Amelya PS, SpOG, mengatakan bahwa kehamilan pada masa remaja sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan berbagai efek negatif.
“Kalau terlalu dini, jaringan-jaringan di sekitar daerah kewanitaan itu belum siap secara utuh untuk menerima rangsangan seksual. Secara biologis, wanita dirasa siap untuk menerima hubungan seksual itu pada usia 18 tahun keatas,” jelasnya.
Hamil di usia muda dapat meningkatkan risiko kesehatan pada wanita dan bayinya. Hal ini karena tubuh belum siap untuk hamil dan melahirkan. Mereka yang masih sangat muda masih bisa mengalami pertumbuhan dan perkembangan, sehingga jika hamil, pertumbuhan dan perkembangan tubuh akan terganggu.
Berbagai masalah kesehatan akan dialami remaja dibawah umur seperti tekanan darah tinggi, anemia hingga kematian. Menurut National Health Service, perempuan di bawah usia 18 tahun yang hamil akan berisiko mengalami kematian saat persalinan. Selain itu kehamilan di usia muda berisiko menyebabkan bayi lahir prematur.
Menurut sebuah penelitian risiko bayi lahir prematur meningkat pada kehamilan di usia sangat muda. Bayi prematur ini pada umumnya mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) karena sebenarnya ia belum siap untuk dilahirkan (di usia kurang dari 37 minggu kehamilan).
Bayi prematur berisiko menderita gangguan sistem pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya.
Jangan Sampai Tertipu, Ini Cara Membedakan Daging Sapi dengan Babi
Terputusnya akses pendidikan
Pernikahan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Menyadur dari salah satu sumber, hanya 5,6 persen anak yang menikah dini lalu melanjutkan pendidikannya. Country Director Plan Indonesia, John McDonough, menyatakan keprihatinannya terhadap angka pernikahan dini di Indonesia.
Menurutnya, pemberdayaan anak perempuan bisa mencegah terjadinya pernikahan di bawah umur. McDonough menambahkan, program pemberdayaan ini memberikan hasil optimal dengan juga melibatkan ayah, saudara laki-laki, dan suami. Tak hanya perempuan, laki-laki juga perlu dilibatkan dalam menciptakan kesetaraan jender.
Melansir dari Liputan6.com, menurut seorang psikolog, Ine Indriani, M.Psi, para remaja yang memutuskan menikah terlalu muda sesungguhnya belum matang untuk memikirkan kehidupan setelah pernikahan. “Remaja yang memilih menikah dini tidak berpikir soal pendidikan yang lebih tinggi atau tidak ingin berkarier. Hal ini terjadi karena mereka belum memiliki pandangan yang luas,” jelasnya.
Rentan stres dan berujung KDRT
Sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
Ine Indriani, M.Psi juga mengatakan usia remaja masih dalam tahap labil dalam hal emosi. Inilah yang membuat menikah di usia muda rentan terhadap masalah stres.
“Menikah bukan hanya jadi seorang istri. Melainkan akan menjadi orang tua untuk anak-anak. Nah, jika emosi belum stabil ditakutkan akan mudah stres. Belum bisa berpikir panjang untuk mengambil keputusan,” papar Ine.
Di masa remaja, tahapan anak ialah mengeksplorasi berbagai kesenangan bersama teman-teman. Tapi jika melewatkan masa tersebut, remaja ini justru tidak fokus dan tidak stabil yang akan berujung pada stres. “Jadi remaja ini tidak matang dalam memutuskan permasalahan dalam keluarga,” tambahnya.
Kesulitan masalah ekonomi
Sebagian besar alasan pernikahan anak di bawah umur karena permasalahan ekonomi. Orang tua berpikir kalau anak mereka nikah muda, perekonomian akan menjadi tanggung jawab suaminya dan beban orang tua sedikit terangkat.
Namun, hal itu justru menjadi beban baru bagi suaminya dan kehidupan pernikahan mereka, terlebih jika mereka memiliki anak.
Saat kedua orang tuanya sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga yang terus meningkat, anak menjadi terlantar dan kurang kasih sayang serta perhatian. Selain itu, karena tidak memiliki pengalaman dan berpendidikan rendah, pasangan yang menikah muda akan kesusahan mencari pekerjaan.