Menggandeng Swiss, Indonesia segera menghempaskan ambisi China menguasai sektor manufaktur kereta api di Asia Tenggara. Caranya dengan membangun pabrik kereta api raksasa di Banyuwangi, Jawa Timur.
JEDA.ID—Jauh hari sebelum PT Industri Kereta Api (INKA) berencana membuka pabrik kereta api raksasa di Banyuwangi, Jawa Timur dan mengumumkan ambisi menjadi pusat manufaktur kereta api Asia Tenggara, China sudah memulainya di Malaysia.
China, seperti dilansir Chinadaily, telah mengobarkan keinginan menguasai manufaktur kereta api di Asia Tenggara. Ambisi itu diwujudkan China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) dengan membuka pabrik kereta api di Batu Gajah, sekitar 200 kilometer dari Kuala Lumpur. Nilai investasi dari perusahaan pembuat kereta api terbesar di China ini adalah 400 juta ringgit atau sekitar Rp1,32 triliun.
Peletakan batu pertama kompleks seluas 50 acre (atau sekitar 20,23 hektare) dilakukan pada 2013 dan memulai produksi uji coba perdana pada awal 2015. Pabrik ini beroperasi penuh pada Oktober 2016. Meski masih berumur jagung (dibandingkan PT INKA yang berdiri pada 1981), CRRC telah mampu memproduksi 200 gerbong kereta per tahun untuk memenuhi pasar lokal Malaysia.
CRRC yang ditunjuk menjadi perusahaan pusat manufaktur kereta api di kawasan ASEAN, juga telah membuka pusat perbaikan kereta api yang mampu melayani 150 gerbong per tahun.
Kecepatan CRRC mengembangkan diri patut diperhitungkan jika Indonesia ingin menguasai manufaktur kereta api kawasan Asia Tenggara. Terus mengembangkan diri CRRC juga merencanakan ekspansi operasi dengan tujuan eksplorasi pasar ASEAN. Lebih signifikan lagi, rencana itu diwujudkan dengan membawa para ahli perkeretaapian ke Malaysia serta menggadeng industri lokal.
Pemerintah Malaysia tentu menyambut baik. Awal 2019, Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke menyebut bakal mendukung CRRC mengembangkan kapasitas produksi. Ia membuka lebar peluang CRRC lebih banyak menanamkan modal serta menggandakan produksi menjadi 400 gerbong per tahun dengan menggandeng perusahaan lokal.
Fakta PT INKA Madiun
Data luas pabrik dan kemampuan produksi CRRC jika dibandingkan dengan PT INKA yang telah beroperasi di Madiun selama puluhan tahun tentu masih tertinggal. Namun bukan berarti PT INKA tak bisa disalip CRRC.
Saat ini pabrik kereta api berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan luas area pabrik 22,5 hektare ini, seperti dilansir Antara, membuat kereta pesanan dari Kementerian Perhubungan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, pemerintah daerah dan pihak swasata.
Sejumlah jenis yang diproduksi PT INKA di antaranya kereta kedinasan, kereta inspeksi, track motor car (TMC), kereta rel diesel, lokomotif, kereta penumpang, kereta barang dan belakangan kereta rel ringan atau light rapid transit (LRT).
Lalu berapa rata-rata produksi PT INKA? Pada 2017, PT INKA menyebut mampu memproduksi satu gerbong kereta api per hari. Jika ditotal rata-rata per tahun bisa dihasilkan sekitar 317 gerbong (dengan penghitungan dikurangi hari Minggu).
Total rata-rata produksi ini memang masih lebih banyak dibandingkan CRRC di Malaysia (200 gerbong per tahun). Namun CRRC tak bisa dipandang enteng, sebab mereka akan menggandakan target produksi tahun ini.
1.000 Gerbong per Tahun
PT INKA sebagai perusahaan pelat merah juga telah menembus pasar ekspor. INKA saat ini menggarap pesanan kereta api dari Bangladesh, Sri Lanka, Thailand dan Filipina dengan nilai kontrak trilunan rupiah.
Penertrasi pasar ekspor terus dilakukan. Seperti dilansir Bisnis.com PT INKA berencana memperkuat penetrasi di kawasan Afrika. Di tengah dinamika kompetisi antar pabrikan kereta api oleh berbagai negara, INKA menawarkan kualitas produk dan after-sales service yang dapat diandalkan.
Kapasitas produksi yang bakal terus membesar dengan perluasan pasar memerlukan pabrik baru. PT INKA dengan berbekal investasi total Rp30 triliun yang akan dikucurkan bertahap, bersiap membuka pabrik pembuat kereta api baru di Banyuwangi, Jawa Timur.
Membangun pabrik kereta api raksasa itu, PT INKA patungan dengan perusahaan pembuat kereta api terkemuka asal Swiss, Stadler Rail Group
Rencananya, seperti dilansir Bisnis.com, pabrik kereta baru didorong untuk mencetak kereta hingga 1.000 unit per tahun.
Investasi tahap awal yang akan digelontorkan Rp483 miliar dengan penggunaan awal lahan 12 hektare. Lahan disediakan PT INKA sedangkan Stadler menyiapkan teknologi, mesin dan membuka pasar. Kementerian Perindustrian memperkirakan tenaga kerja yang bakal terserap mencapai 2.000 orang.
Alasan logis dipilihnya Banyuwangi adalah karena biaya saat proses pengiriman dari Madiun ke Surabaya hampir sama dengan biaya yang dikeluarkan dari Surabaya ke Malaysia. Lokasi yang di bangun di Wilayah Secang, Kecamatan Kalipuro ini memang dekat dengan garis pantai, hal ini yang menjadikan pertimbangan matang, agar saat proses pengiriman untuk ekspor semakin efektif dan efisien. Target awal, pabrik kereta api ini akan beroperasi pada 2020. Pabrik inilah yang digadang-gadang memimpin industri manufaktur kereta api di Asia Tenggara.