• Sat, 23 November 2024

Breaking News :

Menangkap Peluang di Balik Harga Minyak Dunia Minus US$37

Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei anjlok parah ke minus US$37,63 per barel. Ini terjadi gara-gara pandemi virus Corona yang belum berakhir.

JEDA.ID- Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei anjlok parah ke minus US$37,63 per barel. Ini terjadi gara-gara pandemi virus Corona yang belum berakhir.

Tapi apa benar harga minyak minus? Betul kok, bukan halusinasi. Pasokan yang berlebih dan permintaan yang rendah membuat minyak jadi tidak berharga.

Konsumsi minyak dunia memang sudah turun cukup rendah akibat pandemi Corona. Sayangnya, produksi minyak masih berjalan sehingga pasokan terus bertambah. Dikutip detikcom dari riset CNBC Indonesia, Selasa (21/4/2020), ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang anjloknya harga minyak.

Kontrak Berjangka

Pertama, harga minyak yang dirujuk adalah harga minyak mentah kontrak berjangka. Kontrak berjangka adalah kontrak untuk pengiriman fisik komoditas atau efek tertentu yang mendasarinya. Banyak spekulan yang memperjualbelikan kontrak dengan underlying asset berupa minyak mentah untuk meraup keuntungan.

Namun ada juga pihak yang memperjualbelikannya karena menggunakan komoditas tersebut. Beberapa contohnya adalah kilang minyak dan industri maskapai pesawat terbang.

Karakteristik Minyak

Kedua, yang harus diketahui adalah minyak mentah ada banyak jenisnya, ada Brent, ada West Texas Intermediate (WTI) ada OPEC Reference Basket dan masih banyak lagi. Perbedaan yang mendasari jenis minyak tersebut salah satunya adalah karakteristik minyak.

Nah minyak mentah yang harga kontraknya sampai minus itu adalah minyak jenis WTI atau yang lebih dikenal dengan light sweet dan biasanya jadi acuan Negeri Paman Sam.

Minyak jenis ini memiliki densitas yang lebih rendah (light) dan mengandung sulfur yang lebih rendah dibanding minyak jenis lain seperti Brent. Minyak jenis ini dijadikan underlying aset untuk harga komoditas minyak mentah kontrak New York Merchantile Exchange (NYMEX).

Harga kontrak minyak mentah ini lah yang jatuh signifikan hingga ke teritori negatif. Bahkan harganya minus. Pada pukul 05.16 WIB, harga minyak mentah kontrak berjangka WTI ditransaksikan di level minus US$ 37,63/barel.

Harga ini adalah harga untuk periode pengiriman bulan Mei yang kontraknya berakhir pada Selasa waktu AS. pada 08.03 WIB, harga minyak mentah kontrak berjangka WTI sudah mulai naik ke zona positif dan dibanderol US$0,6/barel.

Kenali Bermacam Penyebab Lelah Berkepanjangan dan Solusinya

Memberikan Secara Cuma-Cuma

Sebenarnya apa arti harga minyak sampai minus sih? Minus mengindikasikan tanda bahwa para trader termasuk para spekulan memberikan secara cuma-cuma atau bahkan membayar bagi siapapun yang ingin kontrak tersebut. Ini semacam praktik memindah tangankan barang atau aset yang tidak diinginkan alias tidak laku.

Kenapa tidak ada yang berniat membeli kontrak pengiriman bulan Mei yang kontraknya diperdagangkan pada April? Jawabannya satu, kelebihan pasokan. Pandemi corona (Covid-19) telah membuat banyak negara menghentikan aktivitas ekonominya.

Mobilitas publik dibatasi bahkan dilarang. Orang-orang dikarantina di rumah. Sektor transportasi lumpuh, aktivitas manufaktur terkontraksi dan bisnis di sektor maskapai pesawat terbang terancam gulung tikar lantaran tidak ada orang yang bepergian.

Alhasil permintaan terhadap minyak pun merosot tajam. Di sisi lain ketika permintaan diramal anjlok signifikan, pemangkasan produksi minyak mentah oleh negara-negara produsen dan eksportir (OPEC+) dinilai tak dapat mengimbangi anjloknya permintaan akibat pandemi.

Pemangkasan Produksi

OPEC+ pada 9 Maret sah menyatakan pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Angka ini setara dengan nyaris 10% output global. Jika ditambah dengan pemangkasan produksi negara lain maka jumlahnya bisa mencapai 20 juta bpd.

Namun eksekusi pemangkasan produksi baru dimulai bulan Mei nanti. Padahal permintaan minyak sudah anjlok signifikan sejak Maret dan April ketika banyak negara memilih lockdown untuk menghambat penyebaran pandemi. Ini lah faktor utama pemicu anjloknya harga minyak.

Fenomena harga minyak minus memang baru terjadi kali ini dalam sejarah. Baru pandemi Covid-19 yang mampu seret si emas hitam sampai ke level di bawah US$ 0/barel.

Namun kini trader, investor atau bahkan spekulan sudah mulai membeli kontrak untuk pengiriman Juni. Harga minyak mentah WTI kontrak untuk pengiriman Juni walau tertekan masih berada di atas US$ 20/barel.

Selain Online Shop, Ini 5 Ide Bisnis Online Saat #Dirumah Aja

Peluang Indonesia

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan peluang Indonesia di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia. Komisaris Utama PT PGN (Persero) Tbk itu mencontohkan hal yang biasa dilakukan negara lain ketika harga minyak dunia rendah.

“Bagaimana peluang Indonesia jika harga minyak dunia turun seperti sekarang? Di sejumlah negara konsumen minyak besar, dalam situasi ini mereka akan cenderung melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen minyak,” kata dia dikutip dari catatan Instagramnya, Selasa.

Menurutnya melalui kontrak jangka panjang, harga dan jangka waktu pengirimannya bisa diatur. Kalau Indonesia punya tempat penyimpanan yang banyak, tentu minyak yang dibeli bisa langsung dikirim. Sebaliknya jika kapasitasnya terbatas dan sudah penuh, kontrak pembelian bisa tetap dilakukan.

“Tentunya kita bisa menentukan kapan delivery time [waktu pengiriman] dari crude oil [minyak mentah] tersebut. Harganya pun akan tetap menguntungkan,” sebutnya.

Biasanya, lanjut dia, situasi harga minyak yang rendah akan dijadikan momentum untuk memperkuat hilir migas. Contohnya dengan mengembangkan proyek kilang minyak, petrokimia, dan infrastruktur Iain seperti jaringan gas bumi.

“Harapannya, ketika infrastruktur selesai dibangun, rata-rata butuh waktu 3-5 tahun, infrastruktur hilir sudah siap beroperasi ketika harga minyak kembali normal,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi minyak terbesar di kawasan Asia setelah China dan India. Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang konsisten, kebutuhan energi nasional pun akan terus meningkat. Berdasarkan data tahun lalu, kebutuhan minyak Indonesia sekitar 1,4 juta barel per hari dan diperkirakan bakal terus meningkat.

Sementara saat ini, Indonesia juga masih bergantung impor untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, di samping dari hasil kilang sendiri.

“Negara kita memenuhi kebutuhan minyak dari pengolahan sumber minyak di dalam negeri, melalui sejumlah kilang yang sudah beroperasi. Seperti di Cilacap dan Bontang. Sebagian lagi kita masih mengimpor minyak dari sejumlah produsen minyak global,” tambahnya

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Menarik Juga

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.