JEDA.ID-Apakah Anda senang mendramatisasi keadaan atau disebut juga si drama queen? Atau mungkin Anda pernah menjumpai si drama queen ini dalam kehidupan sehari-hari?
Jika jawabannya ya, berarti selamat! Anda pernah menemui seorang drama queen. Info sehat kali ini bakal membahas si drama queen. Kondisi psikologis ini sering disebut Histrionic personality disorder (HPD).
Orang yang mengalami HPD atau gangguan kepribadian histrionik sering mendasarkan harga diri mereka pada persetujuan orang lain. Ini berarti mereka butuh dan senang diperhatikan, bahkan mereka akan mendramatrisir keadaan.
Disebutkan dalam laman heatlhline.com, HPD termasuk bagian dari kelompok gangguan psikologis yang lebih besar, yang disebut gangguan kepribadian klaster B. Gangguan dalam kategori ini umumnya dikategorikan sebagai dramatis, emosional, atau tidak menentu.
Dalam lingkungan kerja, seorang dengan HPD biasanya berhasil, karena mereka pada dasarnya memiliki keterampilan bersosialisasi yang hebat. Mereka juga sering melakukan manipulasi terhadap sesuatu. Beberapa gejala yang terjadi pada gangguan kepribadian histrionik, yaitu:
• Merasa tidak nyaman jika tidak menjadi pusat perhatian
• Interaksi yang dilakukan provokatif atau genit yang tidak pantas
• Mood atau perasaan hati yang berubah dengan cepat dan dangkal.
• Sangat memperhitungkan penampilan untuk menarik perhatian
• Memiliki gaya bicara yang sangat impresionis dan kurang detail
• Senang mendramatisasi dir, bersandiwara, dan ekspresi emosi yang berlebihan
• Mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
• Menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada yang sebenarnya
Selain itu, pengidap HPD mungkin juga mudah frustasi, mudah bosan, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, atau bahkan mengancam akan bunuh diri untuk mendapatkan perhatian.
Tips sehat kali ini mengupas apa penyebab seseorang menjadi drama queen? Penyebab gangguan histrionik tidak diketahui dengan pasti, tetapi menurut para ilmuwan gangguan ini dapat berasal dari genetik atau lingkungan. Beberapa keluarga memiliki riwayat HPD, yang mendukung teori bahwa kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagian oleh genetika. Di sisi lain, anak dari orang tua penderita HPD mungkin hanya menunjukkan perilaku yang mereka pelajari dari orang tua mereka.
Mungkin juga kurangnya disiplin atau penguatan positif dari perilaku dramatis di masa kanak-kanak dapat menyebabkan HPD. Seorang anak dapat mempelajari perilaku HPD sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Apa pun penyebabnya, HPD biasanya muncul dengan sendirinya pada masa dewasa awal.
Seorang dengan gangguan ini kebanyakan tidak percaa bahwa dirinya membutuhkan terapi atau bantuan. Hal ini membuat diagnosis yang dilakukan menjadi sulit. Banyak orang yang menderita HPD menerima diagnosis setelah menjalani terapi depresi atau kecemasan, biasanya setelah hubungan yang gagal atau konflik pribadi lainnya.
Jika penderita merasakan konflik pribadi atau beberapa masalah, inilah saatnya psikiater mmberi beberapa pertanyaan ahli untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang riwayat perilakunya.
Langkah selanjutnya, psikoterapi adalah pilihan pengobatan yang paling umum dan efektif untuk HPD. Jenis terapi ini melibatkan berbicara dengan terapis tentang perasaan dan pengalaman Anda. Pembicaraan semacam itu dapat membantu Anda dan terapis Anda menentukan alasan di balik tindakan dan perilaku Anda. Terapis Anda mungkin dapat membantu Anda mempelajari cara berhubungan dengan orang lain secara positif, alih-alih terus mencoba mendapatkan perhatian dari mereka.
Demi kesehatan mental, sebaiknya HPD ini diatasi. Banyak penderita HPD menjalani kehidupan normal dan mampu bekerja serta menjadi bagian dari masyarakat. Meski dalam pertemanan, mereka sering dianggap toxic atau orang yang tidak dapat dipercaya. Faktanya, banyak orang dengan HPD melakukannya dengan sangat baik dalam suasana santai. Banyak dari mereka hanya menghadapi masalah dalam hubungan yang lebih intim.
HPD dapat memengaruhi kemampuan untuk mempertahankan pekerjaan, mempertahankan hubungan, atau tetap fokus pada tujuan hidup. Ini juga dapat menyebabkan penderita terus-menerus mencari petualangan, dan menempatkannya dalam situasi yang berisiko.
Penderita HPD memiliki resiko depresi tinggi karena merasa frustasi apabila tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Penanganan harus segera didapatkan jika gajala-gejala HPD mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…