Solopos.com, SOLO — Adakah yang tahu alasan adanya mitos larangan menikah di bulan Suro alias Sura?
Seperti diketahui, terdapat mitos yang begitu melekat di masyarakat mengenai larangan menikah dan menggelar hajatan di bulan Sura atau Muharram. Adapun yang menyebut jika melanggar larangan tersebut akan sial.
Baca Juga: Apakah Ivermectin Memang Efektif untuk Obat Covid-19?
Dan hal ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di Indonesia, khususnya di Jawa.
Lalu, apa alasannya mitos larangan menikah di bulan Suro muncul di tengah masyarakat?
Baca Juga: Ada Mitos Soal Larangan Menikah di Bulan Suro, Ini Menurut Islam!
Mengutip dari berbagai sumber, Sura termasuk dalam hitungan Jawa di posisi timur. Atau biasa disebut naga tahun ada di timur.
Di mana hal ini memiliki arti pati dina, yakni hari buruk dalam melaksanakan hajatan dan pernikahan, pindah rumah, khitanan dan sejenisnya.
Baca Juga: Masih Ngekel, Apa sih Penyebab Batuk Pasca Sembuh Covid-19?
Selain itu, ada yang menganggap bulan Sura adalah keramat karena dipercaya sebagai tonggak atau bulan awal untuk memulai sesuatu. Sehingga masyarakat percaya bulan Sura tidak diadakan hajatan dan sejenisnya.
Ternyata bukan hanya itu saja, masyarakat juga percaya Sura merupakan bulan kedatangan Aji Saka di Jawa yang membebaskan Jawa dari raksasa yang menjajah manusia.
Baca Juga: Lagi Cari Ide Buat Lomba 17 Agustus Online? Ini Rekomendasinya
Dalam sebuah penelitan skripsi yang berjudul Adat Larangan Menikah di Bulan Suro dalam Prespektif URF dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, kepercayaan larangan tersebut juga dipegang teguh oleh masyarakat Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Mereka percaya bulan Sura memiliki makna filosofis yang mendalam. Beberapa di antaranya, terjadi peristiwa-peristiwa agung, seperti pembantaian terhadap 72 anak keturunan Nabi dan pengikutnya.
Baca Juga: Syarat Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil, Catat Baik-baik!
Sehingga hal ini menumbuhkan rasa haru dan sungkan untuk menyelenggarakan pernikahan atau sebuah hajatan di bulan Muharram.
Dikutip dari situs konsultasi agama, Konsultasisyariah.com, pengajar di Ponpes Hamalatul Qur’an Yogyakarta, Ustaz Ahmad Anshori menyebut larangan tersebut tidak benar.
Baca Juga: Ini Dia Amalan yang Dibaca Saat Malam Jumat, Apa Saja?
Ia berpendapat Muharram merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam.
“Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Tenang! Vaksin Sinovac Masih Efektif untuk Cegah Rawat Inap dan Kematian
Selain itu, Muharram juga dipercaya merupakan bulannya Allah. “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram”. (HR. Muslim 1163)
Sehingga dari beberapa hadis di atas, Ustaz Ahmad Anshori menegaskan larangan menikah di bulan Suro menurut Islam adalah tidak benar.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…