JEDA.ID–Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan ibu kota baru Indonesia akan berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Salah satu alasannya adalah risiko bencana yang minimal.
”Risiko bencana minimal, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, tanah longsor,” ucap Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019), sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Alasan lainnya adalah lokasinya yang berada di tengah-tengah Indonesia, berdekatan dengan kota yang sudah berkembang serta sudah ada lahan yang dikuasai oleh negara.
Benarkah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara minim bencana? Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dalam Indeks Risiko Bencana (IRB) Indonesia 2013 menyebutkan potensi bencana di wilayah Kalimatan Timur adalah banjir, kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, abrasi, kebakaran lahan dan hutan.
Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara sama-sama mendapatkan skor 160 dalam IRB 2013 yang masuk kelas tinggi. Namun, dibandingkan kabupaten/kota di Kalimantan Timur atau daerah lain di Indonesia, skor IRB dua daerah itu tergolong masih lebih rendah.
BNPB dalam Buku Risiko Bencana Indonesia (RBI) yang diterbitkan 2016 membuat matriks mengenai kajian risiko bencana per kabupaten/kota. Untuk risiko bencana gempa bumi, Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara yang akan menjadi ibu kota Indonesia ini memiliki risiko rendah.
Begitu pula dengan tsunami yang masuk kategori rendah. Di Penajam Paser Utara disebutkan 386 jiwa penduduknya tinggal di daerah yang rawan tsunami kategori rendah. Sedangkan di Kutai Kartanegara ada 12.078 jiwa yang tinggal di daerah kategori rendah bencana tsunami.
Tidak ada warga yang tinggal di daerah rawan tsunami kategori sedang atau tinggi. Hal yang sama untuk bencana gunung berapi. Tidak ada risiko bencana gunung api di daerah ini.
BNPB juga memaparkan risiko bencana longsor. Untuk longsor, di wilayah Kutai Kartanegara ada 26 jiwa yang berada di daerah dengan risiko rendah, 3.127 jiwa di daerah risiko sedang, dan 222 jiwa di daerah risiko tinggi bencana longsor. Sedangkan di Penajam Paser Utara hanya 152 orang yang berada di daerah dengan risiko sedang bencana longsor.
Namun, untuk risiko bencana banjir, calon ibu kota Indonesia bisa dibilang bukan daerah yang benar-benar bebas banjir. BNPB menyebut ada 60.522 jiwa yang tinggal di daerah dengan risiko rendah, 62.272 jiwa untuk risiko sedang, dan 14.333 jiwa untuk risiko tinggi dalam bencana banjir.
Sedangkan Kutai Kartanegara terdapat 177.844 jiwa yang tinggal di daerah dengan risiko rendah, 225.100 jiwa untuk risiko sedang, dan 170.761 jiwa di daerah risiko tinggi bencana banjir.
Wilayah Penajam Paser Utara boleh dibilang aman dari wilayah banjir bandang. Namun, untuk Kutai Kartanegara, BNPB menyebutkan ada 2.032 jiwa yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi bencana banjir bandang, 888 jiwa di wilayah risiko sedang, dan 116 jiwa risiko rendah.
Mengenai bencana kebakaran hutan dan lahan, BNPB menyatakan bencana itu bisa memberikan dampak ekonomi dan lingkungan. Risiko dampak ekonomi dari kebakaran hutan dan lahan di Kutai Kartanegara mencapai Rp3,7 triliun untuk risiko sedang dan Rp1,3 triliun untuk risiko tinggi.
Sedangkan risiko dampak ekonomi kebakaran hutan dan lahan di Penajam Paser Utara mencapai Rp929,52 miliar untuk risiko sedang dan 16,92 miliar untuk risiko tinggi.
Berikut data bencana yang terjadi di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara selama 2015-2019 sebagaimana tercantum di data BNPB.
Penajam Paser Utara
– Kebakaran hutan 2 kejadian
Kutai Kartanegara
– Belum ada kejadian bencana
Penajam Paser Utara
– Banjir 4 kejadian (329 rumah terendam)
– Kebakaran hutan 4 kejadian
– Tanah longsor 1 kejadian (370 jiwa mengungsi)
– Puting beliung 1 kejadian
Kutai Kartanegara
– Banjir 2 kejadian (1.444 rumah terendam)
– Puting beliung 2 kejadian
– Tanah longsor 1 kejadian
Penajam Paser Utara
– Banjir 7 kejadian (245 rumah terendam)
– Puting beliung 1 kejadian
Kutai Kartanegara
– Banjir 5 kejadian (11.543 rumah terendam)
Penajam Paser Utara
– Kebakaran hutan 17 kejadian
– Banjir 2 kejadian (324 rumah terendam)
Kutai Kartanegara
– Kebakaran hutan 8 kejadian
– Banjir 4 kejadian (174 rumah terendam)
– Tanah longsor 1 kejadian (3 orang meninggal)
– Puting beliung 1 kejadian
Penajam Paser Utara
– Banjir 2 kejadian (125 rumah terendam)
Kutai Kartanegara
– Banjir 6 kejadian (1 orang meninggal dan 782 rumah terendam)
– Tanah longsor 5 kejadian (4 orang terluka)
– Kebakaran hutan 5 kejadian
– Puting beliung 3 kejadian
Bila dibandingkan dengan kejadian bencana di DKI Jakarta yang saat ini menjadi ibu kota Indonesia, bencana di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara jauh lebih rendah. Berikut data bencana di DKI Jakarta selama 2015-2019.
2019
– Puting belitung 2 kejadian (1 orang meninggal)
– Tanah longsor 2 kejadian
2018
– Banjir 14 kejadian (1 terluka, 1.230 rumah terendam)
– Puting beliung 10 kejadian
– Tanah longsor 8 kejadian
2017
– Banjir 14 kejadian (6 orang meninggal, 1.178 rumah terendam)
– Tanah longsor 1 kejadian
2016
– Banjir 36 kejadian (3 orang meninggal, 10.687 rumah terendam)
– Puting beliung 4 kejadian (4 orang meninggal, 3 terluka)
– Tanag longsor 2 kejadian (1 orang terluka)
2015
– Banjir 5 kejadian
Itulah gambaran mengenai risiko bencana serta kejadian bencana yang ada di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, ibu kota baru Indonesia.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…