JEDA.ID- Pola penularan virus SARS-CoV-2, varian virus Corona yang menyebabkan Covid-19 semakin jelas.
Dilansir Bloomberg, Covid-19 paling aktif menyebar lewat kontak jarak dekat lewat partikel kecil yang dapat menginfeksi orang ketika pasien batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, bahkan hanya bernapas normal.
Virus Covid-19 dapat menginfeksi orang lain ketika masuk ke mata, hidung, atau mulut, dengan dihirup atau terjebak di tangan lalu pindah ke bagian tubuh yang terbuka.
Dikutip dari bisnis.com, Senin (27/7/2020), berikut penjelasan pakar kesehatan tentang modus penularan Covid-19 dari satu orang ke orang lain.
1. Tetesan Cairan
Percikan cairan yang sarat virus dengan berbagai ukuran, yang dikeluarkan dari orang yang terinfeksi dalam awan gas turbulen, dianggap sebagai rute utama penyebaran Covid-19.
Batuk dapat menyebarkan partikel virus 4-5 meter (13-16 kaki) dan bersin dapat memproyeksikannya sejauh 8 meter, tergantung pada kelembaban dan suhu. Infeksi dapat terjadi jika tetesan melayang ke hidung, mulut, atau mata seseorang di dekatnya.
Pasien mungkin tertular virus SARS-CoV-2 di dalam air liur, tinja, dan urin mereka selama 15 hari setelah jatuh sakit. Hal itu diungkap peneliti Korea Selatan menunjukkan dalam penelitian terhadap lima pasien pada Juli 2020.
2. Partikel Kecil Aerosol
Partikel terkecil yang dikeluarkan dari orang yang terinfeksi Covid-19 dapat dibawa tinggi-tinggi di awan gas puluhan meter dari tempat mereka bermula.
Lingkungan yang tertutup dan tanpa ventilasi serta penyaringan udara memungkinkan mikrodroplet ini mengapung lebih lama. Sementara itu, ukurannya yang kecil meningkatkan kemungkinan terhirup, yang berpotensi menyebabkan infeksi yang lebih parah.
Namun, bukti untuk penularan melalui udara (airborn) masih belum lengkap. Para peneliti sengajak melakukan penelitian, menemukan virus aktif dapat melayang di udara selama 3 jam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan percobaan itu tidak mencerminkan batuk atau pengaturan klinis yang normal. Beberapa waktu setelah itu, WHO kemudian mengakui kemungkinan penularan melalui udara tidak dapat dikesampingkan.
Peneliti di Jerman menunjukkan pada bulan Juli bahwa kondisi udara yang dingin dan basi memungkinkan partikel virus dari pekerja yang terinfeksi untuk menempuh jarak lebih dari 8 meter, menyebar ke beberapa yang lain. Unit perawatan intensif (ICU) sangat berbahaya karena prosedur yang diketahui menghasilkan aerosol.
3. Makanan dan Minuman
WHO mengatakan sangat tidak mungkin orang dapat tertular Covid-19 melalui kemasan makanan atau kemasan makanan. Namun, pihak berwenang di Amerika Serikat membuka kemungkinan.
Meski demikian, WHO merekomendasikan orang-orang yang menangani praktik kebersihan makanan yang baik. Termasuk membersihkan dan mendisinfeksi permukaan tempat kerja, untuk meminimalkan risiko kontaminasi Covid-19.
4. Binatang
SARS-CoV-2 diperkirakan berasal dari kelelawar dan menyebar ke manusia melalui host mamalia menengah yang belum diidentifikasi. Hampir dua lusin spesies hewan diketahui rentan terhadap infeksi. Bahkan, adaa banyak laporan tentang orang yang terinfeksi menularkan virus ke kucing dan anjing peliharaan mereka. Namun, potensi tertular Covid-19 dari binatang sangat jarang.
10 Satwa yang Pernah Jalani Misi ke Luar Angkasa
Namun, otoritas kesehatan mengatakan tidak ada bukti bahwa hewan memainkan peran penting dalam menyebarkan virus, dan menganggap risiko mereka melakukan itu rendah.
5. Mandi – Cuci – Kakus
Rute penularan lain yang mungkin muncul ketika orang yang terinfeksi mencuci tangan dengan tidak benar setelah menggunakan toilet, dan kemudian menyentuh permukaan tubuh orang lain.
Beberapa pasien ditemukan memiliki partikel virus yang layak di dalam tinja mereka. WHO mengatakan bahwa rute MCK atau fecal-to-oral tampaknya tidak menjadi jalur yang signifikan untuk Covid-19.
6. Ibu ke Anak
Setelah infeksi muncul pada bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit di China, muncul kemungkinan virus dapat ditularkan dalam rahim. Studi selanjutnya mencapai kesimpulan yang berbeda.
Penelitian mengamati sembilan wanita terinfeksi yang melahirkan bayi yang tidak terinfeksi. Tidak ada virus yang terdeteksi dalam cairan ketuban, darah tali pusat, tenggorokan bayi atau dalam ASI. Hal itu menunjukkan bahwa penularan dari ibu ke anak terjadi melalui tetesan pernapasan.
Namun, seorang dokter di Cina melaporkan kasus seorang ibu dengan Covid-19 yang bayinya mengalami peningkatan kadar antibodi dua jam setelah kelahiran. Kondisi itu menunjukkan bayi terinfeksi dalam kandungan, karena antibodi tidak ditransfer ke janin melalui plasenta dan biasanya tidak muncul sampai tiga sampai tujuh hari setelah infeksi.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…