JEDA.ID-Tidak sedikit di antara kita memiliki trauma masa kecil. Ada yang sukses keluar dari trauma masa kecil, namun tak sedikit pula yang gagal keluar dari bayang-bayang trauma masa kecil.
Vokalis grup band Linkin Park, Chester Bennington., merupakan salah satu orang yang gagal melupakan trauma masa kecil. Chestes Bennington selalu “membawa” luka masa kecilnya itu hingga akhirnya dia memutuskan mengakhiri hidup.
Sementara salah satu pesohor yang sukses keluar dari trauma masa kecil adalah yogi kenamaan, Dylan Werner. Dylan Werner berhasil berdamai dengan luka batinnya dan bisa melanjutkan hidup sebagai pribadi yang benar-benar baru, tanpa terkekang masa lalu yang kelam.
Trauma masa kecil biasanya berasal dari segala bentuk kekerasan baik fisik, verbal maupun kekerasan seksual. Kekerasan ini dapat menorehkan luka yang sangat dalam bagi anak, selain menimbulkan luka, tentu menimbulkan trauma yang akan terus ada hingga dewasa. Bagaimana menanganinya?
Awas! Telat Makan Sebabkan Batu Empedu dan Gula Darah Naik
Tips kesehatan kali ini membahas tips keluar dari trauma masa kecil. Dilansir dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, angka kekerasan terhadap anak naik signifikan pada 2016.
Sementara, Laporan Global Report 2017: Ending Violence in Childhood mencatat 73,7 persen anak Indonesia berusia 1–14 tahun mengalami kekerasan fisik dan agresi psikologis di rumah sebagai upaya pendisiplinan. Dan menurut data Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), pada 2019 ditemukan sebanyak 350 perkara kekerasan seksual pada anak.
Psikolog Rosdiana Setyaningrum mengatakan bahwa tidak ada jalan lainnya untuk mengobati trauma masa kecil selain terapi pada psikolog yang berpengalaman.
Seberapa Berbahaya Mutasi Corona dari Cerpelai?
“Kalau ada yang mendapatkan pelecehan seksual, caranya cuma 1 yaitu terapi. Itu kan trauma yang dalam banget sebaiknya kita ada di lingkungan yang positif bukan di lingkungan yang membuat tambah down seperti lingkungan yang bikin down dan judgemental,” katanya seperti dikutip dari Bisnis.com, Kamis (12/11/2020).
Dia menambahkan bahwa ia menganjurkan pada korban datang ke psikolog yang telah terbukti terdaftar di Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), nantinya psikolog akan menganalisa karakter korban dan menyesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki. Pasien juga bisa saja berganti psikolog karena memang tidak selalu cocok pada pertemuan yang pertama.
Terkadang, masyarakat Indonesia masih menganggap tabu terkait masalah kesehatan mental dan menemui psikolog. Alasannya adalah takut digosipkan yang tidak-tidak, takut rahasianya terbongkar terlebih di era kemajuan teknologi yang pesat ini.
“Kan sebenarnya tidak usah ragu ke psikolog karena psikolog ada sumpah kerahasiaan, tidak akan menyebarkan rahasia atau berita tentang pasien. Di luar negeri sudah umum memiliki psikolog pribadi. Nah kita bisa juga mulai cari psikolog pribadi, karena pada saat down ada orang-orang terlatih dan profesional yang bisa membantu kita dan objektif,” katanya.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…