JEDA.ID – Huawei yang menjadi korban perang dagang antara China dan Amerika Serikat terus menata diri. Setelah merancang sistem operasi baru, Huawei juga mulai mengalihkan ketergantungan atas penggunaan aplikasi bikinan Google, seperti Maps.
Seperti diketahui, Huawei dibatasi menggunakan produk-produk dari AS termasuk Google. Pembatasan berlaku mulai dari perangkat keras (hardware) hingga perangkat lunak (software).
Dampaknya, Huawei berpikir keras untuk membuat alternatif lain. Setelah membuat prosesor alternatif selain Qualcomm dan Exynos, Huawei membuat Kirin. Chipset ini telah dapat digunakan untuk gadget yang diproduksi masal.
Tak cukup, Huawei Technologies memperkenalkan sistem operasi (OS) baru buatan mereka, menyusul kemitraan dengan Google Android yang berakhir karena perang dagang Amerika Serikat dengan China.
“OS Harmony jauh berbeda dengan Android dan IOS,” kata pimpinan bisnis konsumen Huawei, Richard Yu, dikutip dari Reuters, Jumat (9/8/2019).
Yu memperkenalkan OS Harmony saat konferensi untuk pengembang di Dongguan, China. Harmony merupakan terjemahan dari bahasa China “Hongmeng“, sistem operasi yang belakangan ini dibicarakan sebagai pengganti Android di ponsel Huawei.
Tak berhenti sampai di situ, perusahaan asal China tersebut tampaknya telah menemukan pengganti untuk setidaknya satu lagi layanan utama Google. Huawei telah memilih TomTom sebagai alternatif pengganti Google Maps.
TomTom juga merupakan aplikasi navigasi yang menyediakan peta, informasi lalu lintas langsung, dan lain-lain. TomTom berbasis di Belanda sehingga Huawei dapat mengatasi larangan perdagangan pemerintah AS yang mencegah Huawei untuk berurusan dengan perusahaan-perusahaan AS.
Berbicara kepada Reuters, juru bicara TomTom, Remco Meerstra mengatakan bahwa kesepakatan pihaknya dengan Huawei telah diselesaikan beberapa waktu lalu. Namun, pihak TomTom telah menahan diri untuk membuat berita publik karena alasan tertentu.
TomTom pun kabarnya tengah banting stir model bisnis dari yang sebelumnya menjual perangkat, menjadi menjual jasa dan layanan perangkat lunak.
Pada tahun lalu, TomTom menjual divisi telematika mereka ke Bridgstone dengan tujuan ingin fokus pada bisnis terkait peta digital.
Ponsel terbaru Huawei ditenagai oleh Android 10, tapi karena kendala akses ke aplikasi dan layanan Google (termasuk Google Play Store) membuat handset dari Huawei sulit dijual di wilayah luar Asia. Bahkan pada wilayah di mana sebelumnya Huawei telah diterima dengan baik, seperti Eropa dan Australia.
Apabila Huawei terpaksa untuk mengganti sistem operasi Android sepenuhnya, Huawei sudah memiliki sistem operasinya, yaitu Harmony OS. Harmony OS adalah sistem operasi open-source yang dirancang untuk bekerja di berbagai produk seperti telepon, TV, jam tangan pintar, laptop dan lain-lain.
Adu Akurat GPS vs Glonass vs Beidou vs Galileo
Sebenarnya, kampanye negatif AS tak berpengaruh banyak terhadapa Huawei. Perusahaan yang berbasis di Shenzhen, China ini mencatat pertumbuhan pendapatan mencapai 23,2 persen pada semester pertama.
Pendapatan perusahaan tertutup tersebut naik menjadi 401,3 miliar yuan US$58,28 miliar dari US$325,7 miliar tahun lalu, dengan total impor produk hingga 118 juta unit, atau naik 24 persen.
Rantai pasokan Huawei secara signifikan terganggu ketika produk perusahaan dimasukkan daftar larang edar oleh pemerintah AS pada pertengahan Mei.
Pemerintah AS menuduh itu adalah risiko keamanan karena peralatannya dapat digunakan oleh Beijing untuk kegiatan spionase. Namun, hal ini telah berulang kali disangkal Huawei.
Presiden Trump akhirnya memberikan penangguhan larangan hingga 19 Agustus dan mengisyaratkan pemerintahnya akan melonggarkan sanksi terhadap Huawei, meskipun rincian pastinya tidak diketahui.
Pertumbuhan pendapatan Huawei sebesar 23 persen untuk semester pertama dibandingkan dengan pertumbuhan 15 persen pada periode yang sama tahun lalu. “Pendapatan tumbuh dengan cepat hingga Mei,” ungkap pemimpin Huawei Liang Hua, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (30/07/2019).
Menurutnya, perusahaan harus tetap melihat potensi pertumbuhan ke depannya, setelah perusahaan masuk ke dalam daftar cekal di AS.
“Bukannya kami mengatakan kami tidak ada kesulitan ke depannya. Kami punya dan itu mungkin akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kami dalam jangka pendek,” katanya.
Sementara itu, pendiri sekaligus CEO Huawei Ren Zhengfei menuturkan dampak dari pencekalan Huawei di AS lebih buruk dari bayangan perusahaan. Dia memperkirakan perusahaan dapat kehilangan pendapatan hingga US$30 miliar.
Dia khawatir pendapatan perusahaan pada 2019 dan 2020 akan stagnan pada kisaran US$100 miliar.
Menurut data dari Canalys, Huawei memperluas keunggulannya di pasar ponsel cerdas China pada kuartal kedua, sementara penjualan ponsel cerdas di luar negeri mengalami sedikit penurunan.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…