JEDA.ID – China mengklaim telah berhasil menyembuhkan 1.020 orang dari wabah penyakit pneumonia akibat terpapar virus corona. Anti-virus Remdesivir mengambil peran penting sebagai salah satu obat yang mampu memerangi virus corona.
Otoritas kesehatan China NHC pada Kamis (6/2/2020) menyebut angka kesembuhan telah melampaui angka kematian yang mencapai 549 orang. Meskipun masih ada 3.219 orang lagi yang saat ini dalam kondisi kritis setelah terinfeksi virus jenis baru yang nama resminya disebut 2019-nCoV itu.
Jumlah orang yang positif mengidap virus corona baru juga telah mencapai 24.447, sedang yang berstatus terduga sebanyak 23.260 orang.
Remdesivir diklaim efektif sebagai obat atas penyakit yang disebabkan virus corona 2019-nCoV. Peneliti China bahkan tengah mengajukan permohonan hak paten secara lokal terhadap obat ekperimental itu.
Cegah Corona Pakai Semprotan Disinfektan, Efektifkah?
Saat ini Remdesivir dikembangkan salah satu perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Gilead Science.
Gilead yang juga terjun di dunia penelitian telah menjalin kemitraan dengan Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang Beijing. Saat ini riset kolaboratif tengah menguji obat antivirus Remdisivir kepada pasien virus corona di Wuhan.
Remdesivir awalnya dikembangkan untuk melawan krisis Ebola. Ketika Wabah virus Ebola di Afrika Barat merebak tahun 2013-2016, Remdesivir segera didorong untuk melakukan uji klinis. Meskipun Remdesivir baru dalam tahap awal pengembangan, hasilnya ternyata cukup menjanjikan.
Sayang pada Agustus 2019, pejabat kesehatan Kongo mengumumkan bahwa Remdesivir tidak efektif dibandingkan dengan obat lainnya seperti mAb114 dan obat dari Regeneron Pharmaceuticals yang memproduksi REGN3470-3471-3479.
Meski begitu, Remdesivir dapat membantu melindungi terjadinya infeksi akibat virus Nipah dan Hendra. Ternyata Remsidivir juga cukup efektif sebagai obat virus corona dalam kasus SARS dan infeksi 2019-nCoV.
Meski demikian lembaga tersebut mengatakan keefektifan kedua obat itu pada manusia memerlukan tes klinis lebih lanjut. Saat ini China mampu membuat Chloroquine dan sekarang menginginkan akses untuk membuat Remdesivir.
Jika hak paten ini diberikan, Gilead harus bernegosiasi dengan pemilik hak paten China ketika ingin menjual obat untuk mengobati infeksi virus korona Wuhan di virus luar China.
“Meskipun tidak ada data antivirus untuk remdesivir yang menunjukkan aktivitas terhadap 2019-nCoV pada saat ini, data yang tersedia di coronavirus lain memberi kita harapan,” jelas Gilead.
“Remdesivir telah menunjukkan aktivitas in vitro dan in vivo dalam model hewan terhadap patogen virus MERS dan SARS, yang merupakan coronavirus yang secara struktural mirip dengan 2019-nCoV. Ada juga data klinis terbatas yang tersedia dari penggunaan darurat remdesivir dalam pengobatan pasien dengan infeksi virus Ebola.”
Dulu Ebola, Kremasi Kini Berlaku untuk Jenazah Virus Corona
Lebih lanjut, Pharma Times menjelaskan bahwa obat ini telah digunakan sebelumnya pada pasien terjangkit virus corona di AS. Meski begitu, obat ini belum disetujui di mana pun secara global karena belum terbukti aman atau efektif untuk penggunaan apa pun.
“Sebuah publikasi di New England Journal of Medicine (NEJM) mengungkapkan bahwa obat antivirus itu menunjukkan hasil yang menggembirakan ketika diberikan kepada pasien AS pertama yang terinfeksi virus,” tulisnya.
Selain Gilead, yang terkenal dengan obat HIV dan hepatitis C-nya, ada sejumlah perusahaan biofarmasi lainnya yang telah melakukan penelitian.
Di antaranya adalah Johnson & Johnson, Inovia Pharmaceuticals, Moderna Therapeutics, hingga koalisi lembaga publik yang dipimpin oleh para peneliti dari Baylor’s College of Medicine.
Gilead akan mempertahankan hak global untuk memasarkan obat antivirus untuk mengobati penyakit lain seperti Ebola dan SARS yang awalnya ditujukan untuk obat tersebut. Lembaga di Wuhan mengatakan bahwa mereka membuat permintaan hak paten untuk kepentingan nasional.
Mereka tidak akan menggunakan hak patennya jika perusahaan farmasi asing bekerjasama dengan China untuk memberantas penularan wanah virus korona.
Saat ini, Gilead mengirimkan dosis yang cukup untuk mengobati 500 pasien dan meningkatkan pasokan jika uji klinis dilakukan. Menurut dr. Parsey, karena obat ini sulit untuk diproduksi, Gilead bekerja secepat mungkin untuk menghasilkan lebih banyak.
Dampak Wabah Virus Corona, dari Pabrik Tutup hingga Harga Minyak
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…