JEDA.ID-Rekayasa gen disebut jadi cara ampuh untuk mencegah pandemi di masa depan. Namun rekayasa gen ini juga masih pro dan kontra.
Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan hilangnya nyawa masyarakat luas tetapi juga menyebabkan ekonomi dunia runtuh. Kendati pengobatan sudah ada di depan mata, upaya pencegahan tetap diperlukan untuk memastikan peristiwa ini tak lagi terulang di masa depan.
Para ilmuwan sekarang sedang berupaya dengan gagasan menggunakan rekayasa gen untuk melindungi generasi mendatang dari pandemi di masa depan. Salah satu cara untuk itu adalah menggunakan CRISPR atau CRISPR-Cas9, yang memungkinkan ilmuwan mengedit bagian tertentu dari genom dan mengubah DNA.
Ini bisa termasuk mengubah DNA embrio untuk meningkatkan sel-T, sel yang bertanggung jawab untuk melawan penyakit dan infeksi. Cara lain bisa dilakukan dengan para ilmuwan menonaktifkan virus corona dengan mengacak kode genetik.
Kandidat PhD University College London Science, Technology, Engineering and Public Policy, Yusef Paolo Rabiah, mengatakan bahwa teknik tersebut kontroversial karena para ilmuwan tidak yakin dengan efek permanen dari rekayasa atau pengeditan gen sebelum seseorang lahir.
“Jika Anda menghilangkan gen yang menyebabkan penyakit tertentu dalam embrio, bayi tidak hanya akan bebas dari penyakit saat lahir, melainkan juga keturunannya,” katanya seperti dikutip The Conversation dan ditulis Bisnis.com, Selasa (8/12/2020).
Namun demikian, dia mengakui teknik ini masih kontroversial karena ilmuwan tidak bisa memastikan bagaimana seorang anak dengan genom yang diubah akan berkembang seumur hidup. Dengan pandemi Covid-19 yang menunjukkan betapa rentan manusia, dia mempertanyakan apakah sudah saatnya untuk mempertimbangkan hal tersebut.
Dia melanjutkan, para ilmuwan sekarang mendiskusikan pengeditan genom sehubungan dengan pandemi Covid-19. Misalnya, seseorang dapat menggunakan CRISPR untuk menonaktifkan virus corona dengan mengacak kode genetiknya.
Selain itu, ilmuwan juga bisa mengedit gen orang agar lebih resisten terhadap infeksi dengan menargetkan sel T yang merupakan pusat respons kekebalan tubuh. Menurutnya, sudah ada uji klinis CRISPR yang sedang dilakukan untuk melihat pengeditan genom sel T pada kanker untuk meningkatkan kekebalan anti tumor.
“Jenis pengeditan gen ini berbeda dengan pengeditan germline karena terjadi pada sel non-reproduksi, yang berarti perubahan genetik tidak dapat diwariskan. Dalam jangka panjang, bagaimanapun, mungkin lebih efektif untuk meningkatkan respons sel-T menggunakan pengeditan germline,” katanya
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…