Categories: Real

Kehilangan Kemampuan Mencium Akibat Covid-19 Diperkirakan Bertahan Lama

Share

JEDA.ID-Kehilangan kemampuan mencium dan merasa atau anosmia merupakan ciri khas terinfeksi virus Corona Covid-19. Namun kehilangan kemampuan mencium bau ini diperkirakan bakal bertahan lama bagi penyintas Covid-19. Waduh!

Berapa lamakah kehilangan kemampuan mencium aroma ini bertahan? Simak ulasannya di tips kesehatan dan info sehat kali ini. Dikutip dari laman Health Day, menurut salah satu peneliti, Nicolas Dupre, yang juga direktur klinik penyakit neuromuskuler dan neurogenetik di Laval University di Quebec, kehilangan kemampuan mencium dan merasa cukup umum terjadi pada penyakit menular tapi pada Covid-19 efeknya jauh lebih penting.

Nicolas menjelaskan, pada virus lain, bau dan rasa biasanya bisa kembali setelah sinus bersih. Tetapi pada Covid-19 , virus mungkin menembus area kecil di otak yang disebut olfactory bulb, yang penting untuk pengenalan penciuman.

Baca Juga: 7 Tanda Komplikasi Aliran Darah Akibat Covid-19

“Virus mungkin membunuh beberapa sel di olfactory bulb, dan itulah mengapa Anda memiliki efek jangka panjang,” jelasnya seperti dikutip dari detikcom, Kamis (25/2/2021).

Selain itu, dia juga mengatakan, kehilangan indra penciuman dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Bahkan ketika kemampuan itu kembali, bisa berbeda dari sebelum virus menyerang.

Bisa permanen

Pada beberapa orang, hilangnya bau mungkin permanen, tapi itu belum jelas, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

“Kami masih berpikir bahwa pada 80 persen orang tidak berdampak signifikan pada penciuman mereka. Jadi, kebanyakan orang akan pulih, tetapi dalam persentase kecil, mungkin permanen, jadi ini bisa menjadi bagian dari kecacatan jangka panjang. yang kita lihat di Covid-19,” kata Dupre.

Kehilangan penciuman

Untuk penelitian tersebut, peneliti mengumpulkan data lebih dari 800 petugas kesehatan yang terpapar Covid-19. Para peserta disuruh untuk menyelesaikan survei online dan tes di rumah untuk mengevaluasi indera perasa dan penciuman sekitar lima bulan setelah diagnosis

Sebanyak 580 orang kehilangan indra penciuman selama awal penyakit. Dari kelompok ini, sebanyak 297 peserta atau 51 persen mengatakan mereka masih belum mendapatkan kembali indra penciumannya lima bulan kemudian.

Sementara itu sebanyak 134 peserta atau 17 persen, secara terus-menerus kehilangan kemampuan mencium saat dievaluasi dengan tes di rumah. Sebanyak 527 peserta kehilangan indera perasa selama awal sakit.

Baca Juga: Mau Tahu Nama Pesawat Buatan Indonesia? Ini Daftarnya

Dari kelompok ini sebanyak 200 orang atau 38 persen, mengatakan mereka masih belum mendapatkan kembali indera perasa mereka lima bulan kemudian. Sementara itu sekitar 73 orang atau 9 persen, terus-menerus melaporkan kehilangan indwra perasa saat dievaluasi dengan tes di rumah.

“Ini adalah bagian dari apa yang kami sebut dengan long Covid-19 ,” jelas Direktur Program Pemulihan Covid-19 Staten Island University Hospital di New York City, Thomas Gut.

Pada beberapa kasus, pasien Covid-19 mengalami gejala berkepanjangan atau yang kini disebut  long Covid-19. Bahkan, gejala yang dialami bisa berkembang dari gejala awal yang umumnya dialami pasien Covid-19.

Dilansir Times of India, National Institute for Health and Care Excellence (NICE), gejala long Covid-19 umumnya terjadi selama 12 pekan. Namun menurut sejumlah penelitian lain, gejala ini bisa disebut sebagai long Covid-19 jika sudah terjadi selama minimal delapan pekan.

Berdasarkan penelitian dari The Lancet, seperempat dari pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengeluhkan masalah rambut rontok pasca kesembuhannya.

Dalam penelitian yang berlangsung di Wuhan kepada 1.655 pasien Covid-19, sebanyak 357 orang mencakup 22 persen di antaranya pernah mengalami kerontokan rambut 6 bulan setelah dipulangkan. Mayoritas, gejala ini dikeluhkan oleh wanita.

Baca Juga: Vaksin Sudah Ada, Kok Bisa Wabah Ebola Muncul Lagi?

Selain masalah rambut rontok, penelitian ini juga menemukan gejala pada kasus long Covid-19 lain berupa rasa lelah berlebih, kesulitan tidur pada 26 persen pasien, hingga kondisi mental seperti kecemasan dan depresi pada 23 persen pasien.

“Pasien yang mengalami gejala parah selama perawatan di rumah sakit mengalami gangguan kapasitas difusi paru dan masalah pada dada. Merekalah yang akan diberikan penanganan untuk pemulihan jangka panjang,” terang peneliti dalam laporannya.

Recent Posts

Daftar Lokasi Pembantaian yang Libatkan PKI di Solo, Adakah yang Tahu?

JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…

30 September 2021

5 Wisata Dekat atau Sekitar Sirkuit Mandalika Lombok, Ada Pantai Eksotis Hlo!

JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…

30 September 2021

Pengin Dapat Uang Rp1 Miliar Saat Pensiun? Ini Hlo Caranya!

JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…

29 September 2021

Disoroti Pembalap Dunia, Ini Spesifikasi Sirkuit Mandalika di Lombok

JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…

29 September 2021

Setia Temani Tukul Arwana, Ini Potret Kece Ega Prayudi Berseragam Polisi di Instagram

JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…

28 September 2021

Pengin Cepat Mendapatkan Pekerjaan yang Diinginkan? Baca Doa dan Zikir Ini

JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…

28 September 2021