JEDA.ID–Putra bungsu B.J Habibie, Thareq Kemal Habibie, menjadi sorotan karena selalu menggunakan penutup mata. Thareq diketahui menderita glaukoma, penyakit yang selama ini dijuluki Si Pencuri Penglihatan. Mengkhawatirkannya, penyebab glaukoma sebagian besar tidak diketahui awal mulanya.
Selain itu, penyakit glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun bisa dikontrol untuk mencegah kerusakan lebih parah. ”Oh dia [Thareq] kena glaukoma karena dia dulu pernah ada sakit gula. Glaukoma adalah ya buta,” kata Ilham Habibie sebagaimana dikutip dari Detikcom, Jumat (13/9/2019).
Kementerian Kesehatan dalam Situasi Glaukoma di Indonesia 2019 menyatakan glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di dunia setelah katarak.
Disebutkan pada 2010, jumlah penderita glaukoma di seluruh dunia mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glaukoma secara global diperkirakan mencapai angka 76 juta pada 2020 dan menjadi 111,8 juta pada 2040.
Glaukoma merupakan penyakit kerusakan pada saraf mata yang menyebabkan menyempitnya lapangan pandang dan hilangnya fungsi penglihatan. Faktor risiko utama yang menyebabkan glaukoma adalah peningkatan pada bola mata.
”Glaukoma pada umumnya tidak memiliki gejala yang jelas. Jika tidak segera ditangani, glaukoma akan menyebabkan openurunan penglihatan irreversible [tidak dapat kembali seperti semula] yang dapat menuju kebutaan,” sebut Kemenkes di dokumen itu.
Di Indonesia, menurut Riskesdas 2007, prevalensi glaukoma sebesar 0,46%. Artinya, 4-5 0 rang dari 1.000 penduduk Indonesia menderita glaukoma. Sedangkan berdasarkan data aplikasi rumah sakit (SIRS) online, jumlah kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan di RS selama 2015-2017 mengalami peningkatan.
Bila pada 2015 ada 65.774 kunjungan pasien glaukoma, pada 2017 melonjak menjadi 427.091 kunjungan. Pada 2017, jumlah kasus baru glaukoma pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 80.548 kasus.
Kemenkes menjelaskan di dalam bola mata terdapat cairan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pada organ dalam bola mata. Cairan ini diproduksi dan dikeluarkan kembali dalam siklus yang seimbang sehingga tekanan pada bola mata tetap terjaga normal.
Namun, pada mata penderita glaukoma, siklus cairan ini tidak seimbang dimana cairan diproduksi tetapi terdapat masalah dalam saluran pengeluaran.
Hal ini menyebabkan tekanan pada bola mata meningkat sehingga terjadi penekanan pada papil saraf optik. Jika hal ini terus menerus terjadi, kerusakan saraf mata tidak dapat dihindari.
Kerusakan pada saraf mata pusat baru akan terjadi dalam jangka waktu yang lama dan akan semakin berat. Kerusakan saraf ini menyebabkan penyempitan lapangan pandang.
Biasanya bermula dari sisi tepi sehingga penderita tidak mengalami keluhan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
”Penyempitan ini terjadi secara bertahap hingga akhirnya penderita hanya seperti melihat dari lubang kunci. Pada tahap selanjutnya glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.”
Disebutkan glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan sekunder. Glaukoma primer adalah penyakit glaukoma yang tidak berhubungan dengan kelainan mata lainnya atau sistemik.
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan merupakan jenis glaukoma terbanyak secara global. Sedangkan penyebab glaukoma sekunder berhubungan dengan kelainan atau penyakit pada mata atau sistemik lain.
Dr. Virna Dwi Oktariana dari RSCM Jakarta menyebutkan penyebab glaukoma primer ada beberapa faktor seperti faktor umur, riwayat keluarga (keturunan) dan, bersifat kronis (mendadak).
Sementara penyebab glaukoma sekunder bisa berasal dari trauma, obat, peradangan bola mata, katarak hipermatur (katarak yang tidak kunjung dioperasi), dan penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, dan anemia berat.
Kemenkes menyatakan sebagian besar penderita glaukoma di Indonesia belum terdeteksi dan terdiagnosis. Hal ini mengakibatkan banyak pasien glaukoma yang belum mendapatkan perawatan yang tepat.
Penyebab kondisi ini adalah gejala glaukoma seringkali tidak disadari penderita atau menyerupai gejala penyakit lain. Kebanyakan penderita glaukoma baru terdiagnosis ketika telah berada di stadium lanjut, ataupun telah terjadi kebutaan total.
Menurut Virna cara sederhana untuk mengecek glaukoma adalah dengan membandingkan luas pandang mata sebelah kanan dan kiri. Bandingkan mata kanan dan mata kiri dilihat sama luasnya atau tidak.
”Kalau luas pandangannya sama berarti tidak apa-apa, tapi bila berbeda berarti harus hati-hati,” jelas Vina sebagaimana dikutip dari laman Kemenkes.
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes di laman mereka menyebutkan ada beberapa faktor yang perlu diwaspadai terkait penyakit glaukoma seperti mata minus pada anak-anak, ukuran kacamata yang ekstrem, faktor usia, dan faktor keturunan.
Selain itu, faktor ras juga turut memengaruhi. Ras Asia dan Afrika memiliki faktor risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras kaukasia.
Meski penyebab glaukoma primer secara pasti belum diketahui, ada beberapa tanda untuk mengenali glaukoma. Misalnya sakit mata yang parah, penglihatan yang terus memburuk, dan kemerahan pada mata.
”Sakit mata yang disertai mual dan muntah adalah beberapa tanda yang perlu Anda waspadai. Selain itu perhatikan juga saat Anda melihat lampu.Jika Anda melihat pelangi dan mata terasa sakit, kemungkinan itu karena glaukoma.”
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…