JEDA.ID-Nutrisi 1.000 hari pertama anak menjadi topik penting yang akan dibahas karena bisa mencegah stunting atau gagal tumbuh pada anak. Adapun, 1.000 hari pertama anak yang dimaksud adalah memerhatikan kecukupan gizi sejak awal kehamilan.
Pasalnya, stunting dapat terjadi sejak kehamilan jika terjadi hambatan pertumbuhan pada janin dalam kandungan. Nah mumpung sebentar lagi Hari Gizi dan Makanan 2021 yang akan diperingati pada 25 Januari 2021, tidak ada salahnya kita mengingat kembali pentingnya gizi di 1.000 hari pertama anak. Tips kesehatan kali ini bakal membahas pentingnya gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Maka dari itu, baik ibu dan keluarga harus memastikan agar nutrisi yang diperoleh untuk janin tercukupi dengan baik. Misalnya mengonsumsi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral secara seimbang.
Dengan begitu di momen hari Gizi dan Makanan 2021, para ibu bisa memastikan janin dapat tumbuh dan berkembang. Adapun, cara melihat tumbuh kembang janin yang baik bisa dilihat dari pertambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan.
Selain itu, mencegah stunting juga dilakukan di periode menyusui. Para ibu harus memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada anak agar tidak kekurangan gizi serta dilanjutkan dengan memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
Mengutip detikcom, Sabtu (9/1/2021), Hari Gizi Nasional sendiri mulanya diselenggarakan oleh Lembaga Makanan Rakyat pada tahun 1951. Kemudian, acara peringatan tersebut dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Indonesia pada tahun 1970-an sampai dengan sekarang.
Pastikan asupan makanan ibu hamil tercukupi agar janin berkembang dengan baik. Apabila asupan makanan ibu cukup dan tidak ada penyulit lain, umumnya janin akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecukupan asupan makanan ini, nantinya dapat dilihat dengan pertambahan berat janin yang sesuai dengan usia kehamilan.
Usahakan agar ibu hamil cukup mengonsumsi makronutrien seperti, karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam hal ini, utamakan agar ibu hamil mendapat protein hewani. Diimbangi juga dengan mengomsumsi mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayuran.
Pencegahan stunting kemudian berlanjut ke periode menyusui. Bunda harus mengerti tentang cara pemberian ASI yang benar, agar anak tidak mengalami kurang gizi khususnya gizi buruk. Dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI yang benar untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya. Stunting dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin). Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa stunting merupakan bagian dari perawakan pendek.
Namun ingat, tidak semua perawakan pendek adalah stunting, Bunda. Perawakan pendek sendiri dapat disebabkan oleh kondisi patologis atau non patologis.
Stunting terjadi karena anak mengalami malnutrisi kronis, sehingga ciri-ciri utamanya anak terlihat lebih pendek dibanding dengan anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Selain itu, anak juga akan terlihat lebih kurus.
Sedangkan gejala klinis lain tidak spesifik. Tetapi, apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium mungkin saja anak mengalami kekurangan (defisiensi) makronutrien. Khususnya protein dan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin D, atau mineral seperti zat besi, zink, dll.
Selain penjelasan di atas, anak-anak yang mengalami stunting bisa dilihat dari beberapa ciri seperti berikut ini:
1. Tanda pubertas terlambat.
2. Kemampuannya buruk dalam menyerap pelajaran.
3. Pertumbuhan gigi terlambat.
4. Anak menjadi lebih pendiam.
5. Anak tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya.
6. Wajah anak lebih muda dari usianya.
7. Pertumbuhan tinggi terhambat
1. Gangguan tumbuh kembang otak.
2. IQ rendah.
3. Gangguan sistem imun.
1. Perawakan pendek.
2. Risiko penyakit diabetes dan kanker meningkat.
3. Kematian usia muda.
4. Produktifitas menurun.
Selama 1.000 hari pertama kehidupan anak, dimulai dari awal kehamilan hingga 2 tahun setelah lahir sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar agar tumbuh kembang optimal. Kebutuhan dasar dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih sayang/emosi (asih) dan kebutuhan stimulasi (asuh).
Salah satu kebutuhan asuh yang penting adalah nutrisi, terutama untuk anak usia sampai 2 tahun. Dua tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis/critical window, di fase ini anak harus mendapat asupan makanan dengan gizi optimal.
Pemenuhan nutrisi anak ini kemudian terbagi menjadi beberapa fase. Dimulai dari pemberian ASI sampai usia 6 bulan. Dilanjutkan dengan ASI dan MP-ASI untuk anak usia 6-12 bulan. Kemudian, ASI ditambah makanan keluarga untuk anak usia12-24 bulan.
Mencukupi kebutuhan anak dalam periode ini akan membentuk gizi baik dan tinggi badan normal. Bunda bisa memberikan ikan laut dan daging, untuk memenuhi asupan asam lemak esensial (DHA & ARA) yang mencukupi.
Sedangkan untuk anak usia di bawah 1 tahun, lebih dianjurkan agar diberikan makanan yang dibuat sendiri di rumah. Hindari memberikan MP-ASI yang tidak jelas proses pembuatannya. Terutama terkait segi keamanan dan pemenuhan zat gizi.
Apabila ingin memberikan makanan siap saji, harus dipastikan makanan tersebut terdaftar di Kementrian Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pemberian makanan selingan (snek) pada anak juga harus diperhatikan, Bunda. pemberian snek yang kurang tepat dapat mengganggu waktu makan, sehingga asupan makanan anak menjadi kurang.
Snek sebaiknya diberikan hanya 2 kali sehari, di antara waktu makan. Artinya, snek tidak boleh diberikan menjelang waktu makan. Selain itu, pastikan juga bahwa snek memiliki nilai gizi yang baik. Untuk amannya lebih baik berikan buah, pudding, dan biskuit.
Apakah madu boleh diberikan pada anak? Boleh tapi untuk anak usia di atas 1 tahun, dan Bunda yakin bahwa madu tersebut diproses melalui pembuatan yang higienis. Sehingga si kecil aman dari pencemaran bakteri yang menyebabkan keracunan.
Penting untuk diingat, pola makan dapat menyebabkan terjadinya stunting. Praktik pemberian makan yang tidak tepat, akan menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Jadi, Bunda perlu juga memberikan makan secara tepat waktu, pas dengan jumlah yang dibutuhkan anak, aman, dan higienis. Selain itu, perhatikan juga sinyal lapar dan kenyang dari anak.
Wanita hamil yang mengalami stunted, berisiko melahirkan bayi yang stunted pula. Bayi yang stunted akan menjadi anak balita yang stunted, dan balita yang stunted akan menjadi anak usia sekolah yang stunted. Hingga akhirnya menjadi stunted pula.
Oleh karena itu, orang tua sengat berperan dalam pencegahan stunting sejak dalam kandungan. Caranya dengan kontrol kehamilan secara teratur agar janin tumbuh kembang optimal. Setelah bayi lahir dipantau tumbuh kembangnya, dengan mengukur setidaknya berat badan dan panjang badan setiap bulan sampai usia 12 bulan.
Selanjutnya pada usia 1-5 tahun berat badan dan panjang badan diukur tiap 3 bulan sekali. Sedangkan pada usia sekolah/remaja diukur setiap 6-12 bulan. Apabila diketahui berat badan anak tidak naik untuk periode waktu tertentu, maka sebaiknya bayi/anak dibawa ke fasilitas kesehatan/dokter untuk diidentifikasi faktor penyebab dan dilakukan intervensi sesuai penyebabnya.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…