JEDA.ID–Dua mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah mengikuti aksi unjuk rasa menolak sejumlah RUU. Universitas Haluoleo bisa dibilang menjadi salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di luar Pulau Jawa.
Dua korban meninggal adalah Muh. Yusuf Kardawi, 19, mahasiswa DIII Jurusan Teknik Universitas Haluoleo. Korban pertama adalah Randi, 21, mahasiswa Jurusan Budidaya Perikanan FPIK.
Yusuf mengalami cedera serius setelah mengikuti aksi unjuk rasa menolak pengesahan sejumlah RUU di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara. ”Pasien Muh. Yusuf Kardawi yang menjalani perawatan intensif pascaoperasi di RSU Bahteramas Kendari meninggal dunia Jumat sekitar pukul 04.00 Wita,” kata Plt. Direktur RSU Bahteramas dr. Sjarif Subijakto di Kendari, Jumat (27/9/2019), sebagaimana dikutip dari Antara.
Sedangkan Randi meninggal beberapa saat setelah mengikuti aksi unjuk rasa. Dia tertembak peluru tajam di ketiak kiri yang tembus ke dada kanan. Kapolda Sultra Brigjen Pol. Iriyanto belum bisa memastikan jenis senjata dari peluru tajam yang menembus tubuh Randi.
Dia memastikan selama mengamankan aksi unjuk rasa mahasiswa, polisi tidak dibekali senjata. ”Sesuai arahan Kapolri, dalam melakukan pengamanan, jangankan peluru tajam, peluru karet saja kami tidak diizinkan,” ujar dia dalam jumpa pers sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Randi ditemukan dengan jarak 600-700 meter dari gedung DPRD Sultra. Dia sempat dilarikan di RS Ismoyo tapi selang sekitar 15 menit nyawanya tidak dapat ditolong.
Universitas Haluoleo tempat kuliah Randi dan Yusuf menjadi salah satu kampus negeri dengan jumlah mahasiswa terbanyak se-Indonesia. Universitas ini berada di urutan keempat dengan jumlah mahasiswa 52.808 orang pada 2018 lalu.
Jumlah mahasiswa di Haluoleo hanya kalah dari Universitas Terbuka, Universitas Brawijaya, dan Universitas Gadjah Mada. Jumlah mahasiswa Universitas Haluoleo lebih banyak dari Universitas Diponegoro, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, sampai Universitas Pendidikan Indonesia.
Bila dilihat dari tingkat pendidikan, mahasiswa di kampus itu paling banyak adalah S1 yang mencapai 46.957 mahasiswa. Jumlah mahasiswa S1 di Universitas Haluoleo ini bahkan lebih banyak dari mahasiswa S1 UGM Yogyakarta.
Selain itu ada mahasiswa Di-IV 2.151 mahasiswa, S2 3.248 mahasiswa, S3 217 mahasiswa, dan profesi 235 mahasiswa. Kampus ini memiliki lebih dari 1.400 dosen yang mengajar di 17 fakultas, program pendidikan vokasi dan program pascasarjana.
Kemenristekdikti pada 2018 menyebutkan biaya kuliah tunggal (BKT) di Univeristas Haluoleo adalah Rp7.132.000 sampai Rp24.598.000. Kemudian uang kuliah tunggal (UKT) beragam mulai Rp450.000-Rp500.000 untuk UKT kelompok I sampai Rp20 juta untuk UKT kelompok VIII.
Sebagaimana dikutip dari laman Universitas Haluoleo, kampus ini didirikan pada tahun 1964 sebagai perguruan tinggi swasta filial dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Setelah tujuh belas tahun berselang, Universitas Haluoleo diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Sulawesi Tenggara.
Pada 1981, Haluoleo menjadi kampus negeri ke-42 di Tanah Air dengan empat fakultas yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Fakultas Pertanian.
Awalnya universitas ini menempati kampus Kemaraya yang arealnya hanya seluas 7 hektare. Hanya dua tahun berselang dimulailah pembangunan kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu yang menempati areal 250 hektare.
Dengan luas kampus sebesar itu, Universitas Haluoleo masuk jajaran 10 besar kampus negeri yang memiliki kampus terluas bersama UGM, Univesitas Indonesia, Universitas Sriwijaya, Univerisitas Riau, sampai Universitas Andalas.
Kampus ini berada di pinggiran Kota Kendari, berjarak 14 kilometer dari pelabuhan laut Teluk Kendari. Pembangunan kampus yang relatif luas ini membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk merampungkan gedung perkulihan dan gedung perkantoran serta fasiltas penunjang lainnya.
Disebutkan pemilihan kata “Haluoleo” sebagai nama universitas diambil dari nama salah seorang raja pada Kerajaan Konawe yang hidup sekitar abad ke-17. Haluoleo selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya.
”Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki [bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari],” sebagaimana tertulis di laman Universitas Haluoleo.
Menurut Prof. Dr. H. Abdurrauf Tarimana bahwa secara filosofi “halu oleo” mengandung pengertian delapan penjuru mata angin. Prof. Usman Rianse menyebutkan hal tersebut merupakan suatu visi global yang menjadi spirit dari Universitas Haluoleo dari dan menuju ke delapan mata angin.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…