JEDA.ID— Di tengah pandemi Covid-19 di negeri ini yang tak kunjung berhenti, ada kenyataan pahit tentang kekerasan pada anak yang semakin meningkat.
Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Leny Nurhayati Rosalim mengatakan kekerasan pada anak meningkat selama pandemi Covid-19.
“Hanya dalam jangka waktu tiga pekan dalam periode 2 hingga 2 April 2020, kekerasan pada anak mengalami peningkatan. Sebanyak 368 kasus kekerasan dialami 407 anak,” ujar Leny dalam webinar Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 : Sinergi Sekolah dan Keluarga” yang diselenggarakan PG PAUD Uhamka, di Jakarta belum lama ini seperti dilansir Antaranews.
Dia menambahkan banyak orang tua yang belum siap dengan kondisi untuk tetap di rumah. Serta belum adaptif dengan kondisi yang ada saat ini.
“Selain itu, belum terbangun relasi yang setara dan orang tua belum siap menjadi pengasuh yang baik,” kata dia lagi.
Kondisi seperti itu, lanjut dia, banyak memunculkan konflik baru. Hal itu yang menyebabkan meningkatnya kekerasan di rumah baik pada pasangan maupun anak. Terutama anak usia dini.
“Orang tua berada di rumah, anak juga belajar dari rumah. Orang tua kehilangan sumber pendapatan, cemas tidak mampu membayar tagihan, banyak yang tidak mampu mengelola mentalnya. Akibatnya pelariannya dengan melakukan kekerasan pada anak atau anggota keluarga lainnya,” terang dia.
Sejumlah perubahan terjadi pada anak, mulai dari kekerasan pada anak, anak tidak senang belajar di rumah, anak tidak bahagia, dan anak bosan berada di rumah. Survei yang dilakukan Forum Anak terkait pandemi Covid-19, menyatakan bahwa 99 persen anak menyatakan belajar di rumah itu sangat penting.
Kemudian 58 persen menyatakan perasaan tidak menyenangkan selama menjalani program belajar di rumah. Sebanyak 49 persen anak juga menyatakan bahwa program belajar dari rumah membebani anak dengan tugas yang banyak.
Dia menambahkan, idealnya orang tua harus mampu menciptakan suasana gembira. Pengasuhan anak pada masa pandemi harus mengalami transformasi.
Leny juga memberikan sejumlah saran pengasuhan anak pada saat pandemi yakni luangkan waktu untuk dihabiskan bersama anak, gunakan kalimat positif dan kembangkan perilaku positif pada anak.
Selanjutnya, tetap tenang dan kelola stres, membuat rutinitas harian yang fleksibel dan konsisten, terbuka tentang informasi Covid-19, dan mengarahkan perilaku anak yang buruk.
Untuk menciptakan iklim yang positif di rumah pada masa pandemi Covid-19 memerlukan komitmen, komunikasi, dan kreatif serta aksi. Selain itu, KPPPA juga menyediakan layanan konseling bagi orang tua yang menggalami gangguan psikologis pada saat pandemi Covid-19.
Tekanan yang didapat selama masa pandemi Covid-19 tidak sedikit membuat orang tua stres, imbasnya kekerasan terhadap anak bisa terjadi baik secara verbal maupun fisik.
Memarahi anak dengan begitu keras, memberikan ancaman serta mencubit, termasuk bentuk kekerasan terhadap anak. Hal ini secara tidak sadar dapat dilakukan oleh orang tua ketika tak mampu membendung emosi.
Psikolog, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi. mengatakan kekerasan terhadap anak dapat terjadi tergantung dari pengendalian diri orang tua dalam mengatur emosi. Tekanan atau stres saat pandemi pun bukan menjadi alasan bisa melakukan kekerasan secara verbal atau fisik pada anak.
“Semua tergantung dari bagaimana pengendalian diri jadi orang tua itu sendiri, tidak serta merta tekanan hidup membuat orang tua melakukan kekerasan pada anak,” kata Vera kepada Antara, Selasa.
“Orang tua merupakan pelindung anak jadi sudah semestinya orang tua menjaga anak dari kekerasan termasuk kekerasan dari orang tua itu sendiri,” lanjutnya.
Vera juga mengatakan kekerasan terhadap anak dapat terjadi tergantung dari pengendalian diri orang tua dalam mengatur emosi. Tekanan atau stres saat pandemi pun bukan menjadi alasan bisa melakukan kekerasan secara verbal atau fisik pada anak. “Semua tergantung dari bagaimana pengendalian diri jadi orang tua itu sendiri, tidak serta merta tekanan hidup membuat orang tua melakukan hal itu,” kata Vera kepada Antara, Selasa.
“Orang tua merupakan pelindung anak jadi sudah semestinya orang tua menjaga anak dari kekerasan termasuk kekerasan dari orang tua itu sendiri,” lanjutnya.
Perhatikan Komposisinya, Ini Efek Samping Obat Herbal
Untuk mengatasi stres atau tekanan, orang tua sangat diperkenankan untuk menenangkan diri sejenak agar emosi tidak meledak kepada anak. Berbagi cerita dan tetap terhubung dengan orang terdekat merupakan salah satu solusi untuk meredam emosi.
“Orang tua boleh saja bilang butuh waktu sebentar untuk tenangkan diri jika emosi sudah tak tertahankan. Bicara atau berbagi cerita dengan orang yang bisa dipercaya juga bisa kurangi beban stress yang dirasakan,” ujar Vera.
Menurut Vera, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa anak-anak memiliki kemampuan yang terbatas untuk bisa mengerti tentang keadaan saat ini dan masalah yang sedang dialami orang tuanya.
“Tenangkan diri dengan menerima dengan ikhlas keadaan. Fokus pada apa yang bisa dilakukan termasuk fokus pada apa yang harus dilakukan pada anak dan pahami bahwa anak-anak adalah punya keterbatasan dalam memahami kondisi orang tuanya. Adalah tugas orang tua untuk menjelaskan agar anak paham,” jelas Vera.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…