JEDA.ID – Melamun kerap dilakukan oleh sebagian orang karena dianggap menenangkan. Padahal ada banyak hal negatif yang mendasarinya, salah satunya jenis gangguan bernama Maladaptive Daydreaming (MD).
Beberapa faktor dapat menjadi pemicu gangguan mental ini, seperti kesepian, bosan, riwayat trauma atau penyiksaan, hingga riwayat keluarga dengan gangguan kesehatan mental, seperti OCD.
Menurut penelitian dari tim psikolog Universitas Harvard, mayoritas orang menghabiskan 46,9 persen waktunya hanya untuk melamun. Sebenarnya tidak ada yang salah dari melamun. Tapi kalau dilakukan terlalu sering, tidak hanya berpotensi terkena gangguan MD saja tapi juga mendatangkan hal negatif lainnya. Lalu apakah pengertian MD sebenarnya?
Fenomena OTG dan Super Spreader di Balik Tingginya Angka Positif Corona
Maladaptive Daydreaming merupakan kondisi di mana seseorang sering melamun secara berlebihan hinga mengabaikan sekitarnya. Melansir dari Detik.com, Selasa (9/6/2020) konsep ini kali pertama diperkenalkan oleh Eli Somer Ph.D, seorang profesor psikologi klinis di University of Haifa, Israel pada 2002.
Menurut Somer, pengalaman menyakitkan atau trauma bisa memicu terjadinya MD. Selain itu, banyak orang dengan MD akan mudah berada pada kondisi melamun sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif dan mengalami gangguan ekstrim dalam kehidupannya sehari-hari.
Orang yang melamun cenderung akan menyia-nyiakan waktunya untuk melamunkan mimpi-mimpi yang luas dan akan terus berfantasi. Sementara fantasi tersebut hanya bersifat sementara dan justru tidak diwujudkannya dalam kehidupan nyata.
Lalu apa ciri-ciri kebiasaan melamun yang bisa mengarah pada Maladaptive Daydreaming ini? Berikut penjabarannya, seperti yang dikatakan oleh Eli Somer Ph.D dalam Medicaldaily:
Somer membuktikan lewat penelitiannya bahwa salah satu ciri maladaptive daydreaming yang paling menentukan adalah jumlah waktu yang mereka habiskan untuk melamun.
Penderita dengan gangguan ini umunya melamun 57 persen dari waktu mereka sadar, dibandingkan dengan orang normal yang rata-rata menghabiskan 16 persen waktunya untuk melamun.
Ia menegaskan karakteristik paling penting pelamun maladaptif yakni ada gangguan dalam hidup mereka. Di mana mereka lebih senang menghabiskan banyak waktunya untuk melamun bahkan tak tertarik untuk melakukan kegiatan lain.
Rutin Pakai Masker Wajah, 7 Kesalahan Ini Justru Bikin Kulit Rusak
Orang yang mengalami maladaptive daydreaming cenderung memiliki jenis lamunan yang aneh. Misalnya, sering melamunkan hal yang melibatkan tokoh-tokoh fiktif atau sejarah, selebriti, atau orang dengan versi ideal mereka sendiri.
Sebaliknya, lamunan orang normal atau kelompok kontrol dalam studi ini berkisar peristiwa dalam kehidupan nyata atau keinginan yang konkret.
Maladaptive daydreaming juga sering memiliki kondisi kesehatan mental yang mendasar, seperti tingginya tingkat kuranga perhatian dan gejala obsesif-kompulsif.
Selain itu, lebih dari 80 persen gangguan melamun ini diikuti aktivitas berulang-ulang seperti bergoyang, mondar-mandir, atau berputar. Selain itu, melansir dari Okezone, pelamun maladiptif juga pernah memiliki riwayat trauma atau mengalami kekerasan.
Sehingga, mereka menggunakan melamun sebagai cara untuk melarikan diri. Mereka juga mungkin memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mental seperti Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
Rasa malas sering melanda ketika seseorang dengan maladaptive daydreaming sering melamunkan hal-hal negatif. Kalau sudah seperti ini mereka biasanya malas untuk memulai beraktivitas. Sehingga banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
Melansir dari salah satu sumber, saking malasnya beberapa orang bahkan hanya berbaring di tempat tidur selama berjam-jam.
Tak jarang mereka juga mengalami kesulitan tidur dan bangun karena terjaga setiap malam untuk melamun. Mereka juga cenderung mengabaikan aktivitas dasar seperti makan, mandi, dan kegiatan sehari-hari lainnya karena lebih memilih untuk tenggelam dalam lamunannya.
Salah satu dari bahaya sering melamun adalah hilangnya konsentrasi. Ini karena orang yang biasa melamun sering mengabaikan seseorang yang menjadi lawan bicara karena tenggelam dalam lamunannya.
Mereka seolah diam dan fokus menyimak tapi sebenarnya tidak mendengarkan apa-apa. Sehingga mereka tidak dapat menangkap informasi dari lawan bicara, karena pikirannya sedang tidak konsentrasi atau membayangkan hal lainnya.
Orang yang menderita gangguan maladaptive daydreaming sering mengalami emosi yang berubah-ubah. Mereka kadang berbicara sendiri, membuat ekspresi wajah yang aneh, tertawa, bahkan menangis.
Namun anehnya mereka sadar dan tahu perbedaan antara dunia nyata dan khayalan. Kondisi inilah yang membedakan penderita MD dengan psikotik atau penderita skizofrenia dan bipolar.
Karena sering melamun dan sibuk dengan dunia khayalannya, pengidap maladaptive daydreaming kerap menarik diri dari lingkungannya. Mereka cenderung dianggap introvert karena asyik dengan dunianya sendiri, namun malu kalau dipergoki ketahuan sedang melamun.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…