JEDA.ID-Sejumlah negara di Asia pernah melaporkan kasus virus Nipah. Negara di Asia mana saja yang pernah ada kasus virus Nipah?
Simak ulasan info sehat kali ini tentang negara-negara di Asia yang pernah dilanda pandemi virus Nipah. Sebelumnya, ilmuwan dari Thailand, Supaporn Wacharapluesadee, memperingatkan adanya ancaman pandemi baru yakni virus Nipah (NiV). Ancaman ini kian besar lantaran penyakit ini belum ada obatnya.
Virus Nipah dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan ensefalitis, pembengkakan otak, dan memiliki angka kematian 40 hingga 75 persen, tergantung di mana wabah itu terjadi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, virus Nipah sempat mewabah di beberapa negara Asia. Sejauh ini, NiV telah menginfeksi 477 orang dan membunuh 252 orang sejak pertama kali ditemukan pada 1998.
Wabah virus Nipah diduga pertama kali muncul di Malaysia antara 1998-1999 dan telah menyebar ke sejumlah negara seperti Singapura, Bangladesh, dan India. Tingkat kematian tertinggi terjadi di Bangladesh, saat wabah tersebut terjadi di musim dingin.
Dalam jurnal WHO yang berjudul Nipah Virus Infection, ada beberapa negara di Asia yang pernah diserang wabah virus Nipah. Berikut ini beberapa negara di Asia yang pernah dilanda virus Nipah seperti dikutip dari detikcom, Rabu (27/1/2021):
Terjadi di Perah, Negeri Sembilan, dan Selangor. Otoritas kesehatan Malaysia sempat menduga kasus ini sama seperti penyakit Japanese Enchepalitis sebagai penyebab penyakit tersebut.
Sebanyak 265 kasus dengan gejala ensefalitis dengan 105 kematian dilaporkan. Tingkat kematian sebesar 40 persen.
Tercatat 11 orang terinfeksi, 1 di antaranya meninggal dunia. Tingkat kematian 9 persen.
Terjadi di Siliguri, menginfeksi 66 orang dan 45 pasien dinyatakan meninggal dunia. Tingkat kematian 68 persen.
Wabah ini dilaporkan di Meherpur (13 kasus dengan sembilan kematian atau 69 persen), Naogaon (12 kasus dengan delapan kematian atau 67 persen), Goalando (29 kasus dengan 22 kematian atau 76 persen), Faridpur (36 kasus dengan 27 kematian atau 75 persen) dan Tangail (12 kasus dengan 11 kematian atau 92 persen).
Menyebar di distrik Nadia, India. Menyebabkan 5 kasus dan 5 pasien terinfeksi virus Nipah itu diumumkan meninggal dunia atau 100 persen kematian.
Di bulan Februari 2008, distrik Manikganj and Rajbari diserang wabah virus Nipah. 11 orang terinfeksi dan 6 meninggal dunia. Tingkat kematian 60 persen.
Sementara pada April 2008, wabah ini muncul di distrik Shatkira dan Jessore. Menginfeksi 2 orang, satu di antaranya meninggal dunia.
Di laman National Center for Biotechnology Information (NCBI), peneliti mencatat Wabah virus Nipah baru-baru ini dan paling intens terjadi di negara bagian Kerala, India, selama Mei 2018.
Wabah dimulai pada 2 Mei 2018 di Kozhikode dengan seorang pria berusia 27 tahun yang dirawat di rumah sakit karena demam dan mialgia. Awalnya pasien mengalami gejala demam tinggi, muntah dan perubahan sensorium. Setelah itu dia dibawa ke rumah sakit lain tetapi meninggal dunia.
Di tahun tersebut, 23 pasien positif NiV diidentifikasi. Dari kasus tersebut 21 meninggal dunia dan 2 selamat. Tingkat kematian kasus 91 persen.
Pada 2019, insiden NiV berulang dilaporkan di mana satu pasien dinyatakan positif NiV di distrik Ernakulam di Kerala.
Sekitar 300 orang yang pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi, dimonitor secara ketat untuk kemungkinan gejala mirip Nipah. Pasien positif dipindahkan ke fasilitas isolasi dan diawasi dengan ketat, sementara kasus kontak disarankan untuk tetap di dalam ruangan dan segera melapor jika ada gejala.
Meskipun virus Nipah hanya menyebabkan beberapa wabah yang diketahui di Asia, virus ini bisa menginfeksi berbagai macam hewan dan menyebabkan penyakit parah dan kematian pada manusia.
Virus Nipah masuk ke dalam 10 besar daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tinjauan patogen yang memicu kedaruratan kesehatan masyarakat. Virus ini pertama kali merebak di Malaysia 1998 silam, di Kampung Sungai Nipah.
Virus Nipah memiliki tingkat kematian yang tinggi dan sempat menyebar di India hingga Singapura. Ahli virus asal Thailand khawatir virus Nipah bisa menjadi pandemi berikutnya di Asia berdasarkan hasil analisa sampel spesies di kelelawar.
Kementerian Kesehatan ikut mewaspadai kekhawatiran para ilmuwan soal potensi virus Nipah menjadi pandemi baru. Sebab, angka kematian virus Nipah disebut sangat tinggi
“Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah,” jelas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto, dikutip dari CNN Indonesia.
“Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia,” sebutnya.
Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19, kemungkinan penyebaran virus Nipah lewat kelelawar tak bisa dihindari. Termasuk melalui perdagangan babi ilegal dari Malaysia ke Indonesia.
Didik memastikan hingga saat ini belum ada temuan kasus virus Nipah di Indonesia. “Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia,” katanya.
Sepanjang penyebaran virus Nipah di dunia sejak 1998 hingga 2008, WHO mencatat ada 477 kasus dan 248 orang meninggal.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…