JEDA.ID— Ananda Badudu akhirnya dibebaskan, Jumat (27/9/2019) pagi WIB, setelah ditangkap polisi terkait aksi mahasiswa. Sebelumnya, Ananda Badudu mengunggah cuitan di akun Twitternya yang menginformasikan dirinya telah dijemput oleh Polda Metro Jaya pada Jumat pagi.
Cuitan itu di-posting sekitar dua jam dari pukul 07.27 WIB menyatakan bahwa dirinya dijemput karena mengirim dana untuk mahasiswa. “Saya dijemput polda karena mentransfer sejumlah dana pada mahasiswaa,”cuitnya seperti dilansir solopos.com, Jumat.
Selanjutnya akun Twitter Anada dengan alamat @anandabadudu kembali men-twit cuitan bertuliskan “Saya dijemput polda”. Masih di jam yang sama Twitter Ananda memposting sebuah gambar seseorang sedang memegang kertas kuning seperti laporan BAP yang ada di kepolisian.
Kabar penjemputan Ananda tersiar ramai di sosial media maupun media arus utama. Cuitan Ananda soal penjemputan dirinya mendapat banyak komentar dan re-twiet dari pengikut sosial medianya. Enam jam sebelumnya, Ananda juga sempat men-twit “stay safe dan jaga teman”.
Penangkapan Ananda terkait penghimpunan uang yang dilakukan Ananda melalui media sosial yang disalurkan untuk demostrasi mahasiswa pada Selasa (24/9/2019) dan Rabu (25/9/2019) di gedung DPR/MPR yang menolak RKUHP dan UU KPK hasil revisi.
Pada dinding akun Twitter @anandabadudu menuliskan kalimat “massa aksi yang temannya dilarikan ke RS bisa kirim nomor hape untuk dihubungi ke email korbanaksi@gmail.com”.
Beberapa saat kemudian Ananda dibebaskan polisi. “Saya salah satu orang yang beruntung sudah punya privilege untuk bisa segera dibebaskan,” kata personel Banda Neira itu kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, sebagaimana dilansir Detik, Jumat (27/9/2019).
Hal itu diungkapkan Ananda saat hendak menemui Wakil Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Deddy Murti di ruangannya. Ananda diperiksa di Subdit Resmbod Ditrekrimum Polda Metro Jaya, yang terpisah beberapa puluh meter dari gedung Ditreskrimum.
Dia didampingi Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid. Cucu tokoh bahasa Indonesia, Jusuf Sjarief Badudu, ini juga mengomentari soal pemeriksaan mahasiswa yang terlibat demo. Menurutnya, ada mahasiswa yang diperiksa tanpa pendampingan hukum.
Pihak kepolisian lewat Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan Ananda Badudu dimintai keterangan sebagai saksi terkait transfer Rp10 juta ke mahasiswa. Argo menyebut Ananda berstatus sebagai saksi. Polisi, kata dia, menjemputnya untuk dimintai keterangan. “Untuk klarifikasi saja,” ucapnya.
Ananda memang secara terbuka melakukan penggalangan dana untuk aksi mahasiswa di depan DPR pada Senin dan Selasa lalu. Penggalangan dana mendukung aksi mahasiswa muncul di situs kitabisa. Ananda juga aktif menuliskan informasi terkait penanganan korban aksi tersebut.
Ananda mulanya dikenal sebagai musisi. Dia bersama Rara Sekar mendirikan band folk bernama Banda Neira pada akhir 2012 di Bandung. Dalam band ini, Ananda menjadi gitaris, pencipta lagu dan vokalis.
Banda Neira terus dikenal oleh publik, khususnya anak muda. Band ini juga berhasil menelurkan menghasilkan dua album bertajuk Di Paruh Waktu, Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti, Berjalan Lebih Jauh, Kau Keluh Kan, Sampai Jadi Debu, hingga Langit dan Laut. Namun sayang, pada tahun Desember 2016 band ini bubar.
Akan tetapi, Ananda Badudu mengungkapkan masih ingin bermain musik.
Meski demikian, dirinya mengatakan, mungkin kini ia akan lebih banyak berada di balik layar, bukan menjadi penampil seperti saat ia ada di Banda Neira dulu. “Kalau saya seperti jadi di balik layar aja. Nggak jadi performer seperti kemarin,” ungkapnya seperti dilansir detik beberapa waktu lalu.
Ananda juga mengatakan keinginannya untuk bermain musik untuk dirinya sendiri seperti sebelum membentuk Banda Neira. “Atau balik ke dulu lagi, bermusik untuk diri sendiri saja,” sambungnya.
Selain aktif sebagai musikus, cucu dari tokoh Bahasa Indonesia Jus Badudu ini juga dikenal sebagai jurnalis. Dia pernah bekerja majalah Tempo dan VICE Indonesia. Dalam demo mahasiswa di DPR ini, Ananda juga turut menyatakan tuntutannya. Dia menilai beberapa RUU yang akan disahkan oleh DPR mencederai demokrasi.
Selain itu, dia juga menyoroti pelemahan KPK oleh DPR dan masalah di Papua hingga kebakaran hutan di sekujur Sumatera dan Kalimantan. Petani, kata dia, terancam oleh rancangan UU yang berpihak pada pemodal. Sistem kerja baru yang tercantum dalam RUU Ketenagakerjaan disebut membuat buruh dan pekerja semakin rentan dieksploitasi.
“Kabar tak baik yang disiarkan lewat berbagai media ini bikin hati makin tak karuan, dan di pengujung hari, kita semakin bersedih lagi karena merasa tak bisa ikut berkontribusi membuat situasi menjadi lebih baik,” tulis Ananda dalam akun Twitternya.
“Mahasiswa meyakinkan bahwa aksi ini bukan untuk menggulingkan Jokowi dari kursi kepresidenan, melainkan menuntut agar kebijakan-kebijakan Jokowi sejalan dengan janji-janjinya sendiri,” imbuhnya.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…