JEDA.ID– Drive In Cinema di Jakarta tepatnya di kawasan Meikarta kini tengah viral di media sosial. Munculnya drive in cinema ini menyusul adanya aturan psychal distancing di tengah pandemi virus corona. Drive in cinema ini bukanlah hal baru di luar negeri, meski di Indonesia masih menjadi hal baru.
Lantas seperti apa sejarah sebenarnya drive in cinema ? Seperti dikutip nyf.edu, meskipun ada drive-in sejak 1910-an, drive-in pertama yang dipatenkan pada 6 Juni 1933 oleh Richard Hollingshead di New Jersey.
Cinema ini dibuat sebagai solusi bagi orang-orang yang tidak dapat masuk dengan nyaman ke kursi bioskop yang lebih kecil setelah membuat drive-in mini untuk ibunya.
Keberhasilan drive-in Hollingshead menyebabkan semakin banyak drive-in muncul di setiap negara bagian di negara ini, dan menyebar secara internasional juga.
Drive-in memperoleh popularitas luar biasa 20 tahun kemudian selama tahun 1950-an dan 60-an dengan generasi Baby Boomer. Ada lebih dari 4.000 drive-in di seluruh AS dan sebagian besar berlokasi di daerah pedesaan.
Mereka mempertahankan popularitas sebagai ruang bagi keluarga untuk menghabiskan waktu satu sama lain serta pilihan kencan malam yang terjangkau.
Drive-in hanya dapat menampilkan film selama waktu tertentu dalam setahun dan bergantung pada cuaca yang baik. Tahun 70-an, akibat krisis minyak drive-in meredup. Untuk menebus pendapatan yang hilang, drive-in mulai menampilkan film-film eksploitasi seperti horor pedang dan juga konten dewasa.
Pengembangan VCR membuat orang lebih tertarik untuk tinggal di rumah dan menonton film tanpa membayar film di drive-in. Perlahan-lahan, drive-in mulai kehilangan daya tarik mereka.
Untuk memiliki drive-in yang efektif, ia harus berada di setidaknya 15 hektare tanah. Secara ekonomi, menjadi lebih praktis bagi pemilik untuk menutup drive-in mereka untuk menjual tanah mereka kepada pengembang untuk membangun mal atau kompleks multi-bangunan.
Meskipun drive-in tidak sepopuler sebelumnya masih ada drive-in dalam bisnis di seluruh negeri. Drive-in modern bervariasi, tetapi banyak yang menampilkan film saat ini maupun film yang lebih lama.
Banyak dari mereka juga merencanakan malam fitur ganda. Sama seperti drive-in klasik dan teater biasa, mereka menjual minuman seperti popcorn, permen, dan soda.
Beberapa bahkan memiliki taman bermain untuk keluarga untuk menghibur anak-anak mereka. Untuk saat ini, ada lebih dari 300 drive-in yang masih beroperasi. Ohio, New York dan Pennsylvania memiliki drive-in paling banyak yang masih beroperasi di A.S., dengan setiap negara bagian memiliki hampir 30 yang tersisa.
Sayangnya, beberapa wilayah seperti Hawaii, North Dakota, Wyoming, Alaska, Delaware, dan Louisiana tidak lagi menjalankan bisnis tersebut saat ini. Tetapi tidak peduli nasib drive-in di Amerika saat ini, mereka akan selalu menjadi ikon nostalgia dan budaya.
Tahukah Anda, sebelum muncul di Meikarta, Indonesia pernah memiliki drive in di Ancol?
Seperti dilansir dari historia.id, Ciputra mulai membangun teater kendara di Pantai Binaria (sekarang Ancol), Jakarta, pada 1 April 1970. Pembangunannya seiring dengan pengembangan Ancol sebagai daerah perumahan, industri, dan rekreasi oleh PT Pembangunan Jaya, perusahaan di mana Ciputra menjadi salah satu direkturnya.
Seperti diketahui Ciputra, konglomerat bidang properti dan konstruksi, telah berpulang 27 November 2019 lalu.
Ciputra memperoleh ide membangun teater kendara setelah melihatnya di New York, Amerika Serikat. Demikian catatan mingguan Djaja nomor 440 tahun 1970. Di negeri inilah teater kendara pertama di dunia muncul pada 1933.
Ciputra memperoleh ide membangun teater kendara setelah melihatnya di New York, Amerika Serikat. Demikian catatan mingguan Djaja nomor 440 tahun 1970. Di negeri inilah teater kendara pertama di dunia muncul pada 1933.
Melihat kondisi pasar seperti itu, Ciputra tak ragu menghadirkan teater kendara pertama di Indonesia. Luasnya lima hektar dan mampu menampung 800 mobil.
Teater kendara terbesar di Asia Tenggara itu menghabiskan 20.000 meter kubik pasir, 10.000 meter kubik batu, 2.000 drum aspal, 200 meter kubik beton, dan 85 ton besi konstruksi. Alat-alat pemutar filmnya dibeli dari perusahaan Toshiba, Jepang. Untuk semua pembangunan itu, Pembangunan Jaya mengeluarkan Rp260 juta, atau setara dengan Rp10,4 miliar nilai uang sekarang.
Tapi Gubernur Jakarta waktu itu, Ali Sadikin mengingatkan bahwa teater kendara sesungguhnya hanya untuk kaum the haves (orang berpunya) saja karena yang nonton cuma orang bermobil.
Untuk mengurangi kesan teater kendara hanya punya kaum the haves saja, Pembangunan Jaya menekan harga tiket. Hitungannya per orang, bukan per kendaraan. Dewasa kena Rp500, sedangkan anak-anak Rp300 atau senilai US1 dolar. Harga ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan penduduk Jakarta kala itu.
Selama hampir 20 tahun teater kendara menarik orang-orang bermobil. Ia juga menghasilkan pendapatan Rp40 juta per tahun bagi Pembangunan Jaya. Tapi Ciputra menghitung pendapatan itu masih rendah.
Menyiasati kondisi itu, Ciputra membuat strategi baru. Teater kendara dibuka untuk konser musik. Di tempat inilah Stevie Wonder, musisi tunanetra kesohor, menggelar konser pada 21 Mei 1988.
Tapi strategi menggelar konser musik di teater kendara tetap tak mengerek pendapatannya. Masa jaya teater kendara berakhir pada awal 1990-an. Ciputra menutupnya, mengubah total rupanya menjadi pusat belanja busana berbahan denim atau jeans, Cahaya Jeans Centre.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…