JEDA.ID-Masyarakat Indonesia terutama di wilayah pantai selatan Jawa kini tengah dihantui kabar terkait potensi adanya tsunami setinggi 20 meter di wilayah mereka. Gempa megathrust menjadi peicu tsunami ini.
Potensi itu, berdasarkan hasil penelitian dari ITB beberapa waktu lalu. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan ramainya perbincangan mengenai hal ini membuat beberapa ahli kebumian menganggap bahwa masyarakat belum tepat dalam memaknai arti gempa megathrust.
Menurutnya, selama ini gempa megathrust dipahami masyarakat sebagai sesuatu yang baru dan akan segera terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan serta tsunami dahsyat. Pemahaman gempa megathrust seperti ini tentu saja kurang tepat.
“Zona Megathrust sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan [stress] pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik [thrusting],” ujarnya dikutip dari akun Instagram BMKG seperti dikutip dari Bisnis.com, belum lama ini.
Dia menjelaskan jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng. Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai “patahan naik yang besar”, yang kini populer disebut sebagai Zona Megathrust.
Redam Emosi dengan Cara Menyenangkan Ini, Mau Coba?
Zona megathrust bukanlah hal baru. Di Indonesia, Zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti: (1) Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, (2) Subduksi Banda, (3) Subduksi Lempeng Laut Maluku, (4) Subduksi Sulawesi, (5) Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan (6) subduksi Utara Papua.
Dia menjelaskan saat ini segmen zona megathrust Indonesia sudah dapat dikenali potensinya. Seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona ini disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar.
Sebagai sumber gempa, zona tersebut dapat membangkitkan gempa berbagai magnitudo dan kedalaman. Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru “gempa kecil” yang lebih banyak terjadi di zona megathrust, meskipun zona megathrust dapat memicu gempa besar.
Dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 disebutkan bahwa di Samudra Hindia selatan Jawa terdapat 3 segmentasi megathrust, yaitu (1) Segmen Jawa Timur, (2) Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan (3) Segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget 8,7.
Anjing Pendeteksi Corona Lebih Ampuh Daripada Tes PCR, Benarkah?
Namun demikian, jika skenario model dibuat dengan asumsi 2 segmen megathrust yang “bergerak” secara simultan maka magnitudo gempa yang dihasilkan bisa lebih besar dari 8,7.
Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan tersebut adalah potensi skenario terburuk (worst case) bukan prediksi yang akan terjadi dalam waktu dekat, sehingga kapan terjadinya tidak ada satu pun orang yang tahu. Untuk itu, dalam ketidakpastian kapan terjadinya, kita semua harus melakukan upaya mitigasi.
Sakit Kepala dan Kelelahan Terus-Menerus Gejala Baru Corona?
Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona ini di selatan Jawa memang sangat aktif yang tampak dalam peta aktivitas kegempaannya (seismisitas). Dalam catatan sejarah, sejak tahun 1700 zona megathrust selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar (major earthquake) dan dahsyat (great earthquake).
Gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu: tahun 1903 (7,9), 1921 (7,5), 1937 (7,2), 1981 (7,0), 1994 (7,6), 2006 (7,8) dan 2009 (7,3).
Sementara itu, gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi 3 kali, yaitu: tahun 1780 (8,5), 1859 (8,5), dan 1943 (8,1). Sedangkan untuk gempa dengan kekuatan 9,0 atau lebih besar di selatan Jawa belum tercatat dalam katalog sejarah gempa.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…