JEDA.ID–Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selvi Ananda, melahirkan anak perempuan dengan prosedur operasi caesar di RS PKU Muhammadiyah Solo, Jumat (15/11/2019).
Anak kedua Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda itu lahir sekitar pukul 15.46 WIB. Cucu ketiga Presiden Jokowi itu lahir dengan berat badan 2,92 kg, panjang 46,5 cm, dan lingkar kepala 31,5 cm. Anak pertama mereka Jan Ethes dulu juga lahir melalui prosedur operasi caesar.
”Agak mirip kakaknya, mirip Ethes. Nama nanti dulu aja, Mbahnya [Jokowi] baru perjalanan ke Solo, tunggu dulu,” ujar Gibran dalam konferensi pers di Aula Baitul Hikmah RS PKU Muhammadiyah Solo, seperti dikutip dari Solopos.com.
Lalu bagaimana dengan fakta-fakta soal operasi caesar di Indonesia? Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tindakan operasi saat persalinan dari tahun ke tahun terus meningkat.
Dari tahun 1991 sampai tahun 2007, persentase persalinan dengan prosedur ini 1,3–6,8% dari total persalinan. Kemudian pada 2010, Kemenkes mencatat persalinan dengan prosedur operasi menjadi 15,3%.
Terakhir, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat persalinan dengan prosedur ini sekitar 17,6%. Berikut beberapa fakta persalinan dengan operasi caesar sebagaimana dikutip dari Riskesdas 2018.
Tindakan operasi caesar dalam persalinan paling tinggi berada di DKI Jakarta yaitu 31,1%. Di ibu kota, persalinan secara normal sekitar 67,8% dan sisanya 1,1% melalui tindakan lainnya seperti vakum, forsep, dan lainnya.
Berikut 10 provinsi di Indonesia yang persalinan dengan tindakan operasi paling tinggi.
Sedangkan provinsi yang tindakan operasi caesarnya tergolong rendah adalah Papua yaitu 6,7%, Kalimantan Tengah 7,6%, dan Sulawesi Tenggara 7,7%.
Sebagian besar, tindakan operasi caesar dilakukan di kalangan yang berpendidikan tinggi yaitu lulusan perguruan tinggi. Di kalangan ini, tindakan operasi sekitar 33,2%. Artinya 1 dari 3 persalinan dari kalangan yang berpendidikan tinggi lewat operasi.
Semakin rendah pendidikan, tindakan operasi caesar, angkanya semakin kecil. Berikut datanya.
Bila dilihat dari latar belakang pekerjaan, persalinan dengan tindakan caesar paling tinggi di kalangan PNS, TNI, Polri, pegawai BUMN/BUMD, serta pegawai swasta. Sedangkan tindakan ini paling rendah di kalangan petani dan buruh tani.
Selain itu, persalinan dengan tindakan operasi lebih banyak terjadi di perkotaan. Daerah perkotaan jumlahnya mencapai 22,1%. Sedangkan di perdesaan hanya sekitar 12,4%.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan idealnya tindakan operasi caesar di suatu negara yaitu 5%-15% dari semua persalinan. Ini menunjukkan tindakan operasi caesar di Indonesia sudah melebihi batas WHO.
Tidak hanya di Indonesia, tindakan operasi juga melonjak di berbagai negara. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menyebutkan persalinan lewat operasi caesar dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Ini dilakukan saat ibu mengalami komplikasi seperti perdarahan, tekananan pada janin dan tekanan darah tidak normal. Operasi caesar juga dilakukan untuk menyelamatkan janin yang akan lahir.
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa operasi caesar yang benar-benar diperlukan hanya sekitar 10-15% dari angka kelahiran di seluruh dunia. Ini berarti ada penggunaan yang berlebihan.
Sebagaimana dikutip dari Liputan6.com, meningkatnya persalinan lewat operasi caesar biasanya dilakukan oleh wanita dengan penghasilan tinggi dan tinggal di perkotaan. Para wanita ini memilih operasi karena takut melahirkan secara normal.
Penulis studi ini juga mengatakan bahwa banyak wanita yang merasa melahirkan lewat operasi caesar cenderung lebih aman daripada normal.
Padahal, operasi sebenarnya memiliki kemungkinan komplikasi lebih tinggi seperti lama pemulihan yang lebih lama dan risiko di kehamilan berikutnya.
Lalu, ada juga penelitian yang mengatakan bayi yang lahir lewat operasi tidak terpapar hormon dan bakteri dari ibu, sehingga hal ini bisa memengaruhi kesehatannya nanti.
”Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam frekuensi tinggi tindakan melahirkan lewat operasi yang tinggi di suatu negara tapi ada juga yang rendah di negara lain. Sehingga operasi caesar benar-benar dilakukan secara optimal,” kata peneliti.
Sedangkan Tati Suryati dalam Persentase Operasi Caesaria di Indonesia Melebihi Standard Maksimal, Apakah Sesuai Indikasi Medis? menyatakan data WHO dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23 negara, menunjukkan tingkat kelahiran caesaria tanpa indikasi medis berkisar antara 0,01%-2,10%, bahkan di China mencapai 11,6%.
Dia mengatakan dari penelitian yang dilakukan ibu yang dioperasi sebagian besar (74,98%) bukan pada usia yang berisiko tinggi (melahirkan di usia kurang dari 20 tahun atau 35 tahun lebih) atau berindikasi medis dilakukannya operasi caesaria.
Tati juga menyebutkan sebagian besar ibu yang dioperasi (84,6%) juga tidak mengalami tanda komplikasi selama kehamilan. Dia mengatakan perlu ada langkah nyata karena tindakan operasi caesar dalam persalinan di Indonesia sudah melewati batas WHO.
”Perlu meningkatkan sosialisasi tentang bahaya tindakan persalinan operasi caesar yang tidak sesuai indikasi medis, khususnya pada wanita dewasa, para ibu dan juga calon ibu agar lebih memahami persalinan normal pervaginam,” sebut dia.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…