JEDA.ID – Teknologi otomotif dewasa ini telah berkembang pesat. Sejumlah pabrikan otomotif dunia berlomba-lomba merancang mobil yang kaya fitur. Namun, sepertinya tak semua fitur cocok untuk berbagai macam kondisi di sejumlah negara.
Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna mobil yang cukup banyak. Dari data Badan Pusat Statistik, pengguna mobil tumbuh dari 10.432.259 mobil penumpang menjadi 15.493.068. Jumlah ini terus tumbuh seiring ekspansi mobil-mobil murah dari China di Indonesia.
Sejumlah pabrikan besar dunia berlomba-lomba menghadirkan mobil canggih dengan harga yang masuk akal. Mobil-mobil Jepang misalnya. Pabrikan Jepang, Toyota, Daihatsu, dan Honda secara konsisten menginvestasikan uang untuk riset guna memproduksi mobil-mobil untuk Indonesia.
Bahkan ketiga pabrikan itu memasukkan produk-produk globalnya untuk pasar Indonesia. Seperti Toyota misalnya, yang beberapa tahun terakhir memasukkan mobil terlarisnya di Jepang, CH-R. Atau Honda yang selalu menghadirkan versi terbaru mobil-mobilnya seperti Jazz hingga CR-V.
Di kelas premium, Mercedes-Benz, Audi, hingga BMW tak mau kalah. Ketiga pabrikan Eropa ini juga memasukkan mobil-mobil mahal ke Indonesia. Mercedes-Benz bahkan tak tanggung-tanggung memasukkan mobil dengan fitur yang cukup lengkap.
Pabrikan Korea Selatan, KIA dan Hyundai punya strategi lain. Keduanya tak ragu memasukkan mobil dengan fitur super lengkap. Misalnya, Hyundai menghadirkan Grand Santa Fe dengan fitur lengkap seperti Santa Fe yang diproduksi untuk pasar Eropa.
Meski begitu, ternyata tak semua fitur terpakai di Indonesia. Sejumlah fitur tak bisa dipakai lantaran kondisi cuaca dan lalu lintas yang jauh berbeda. Berikut 5 fitur yang paling tak terpakai di Indonesia;
Cruise control termasuk fitur canggih hampir selalu ada di mobil-mobil kekinian. Fitur ini membuat mobil berjalan pada kecepatan konstan di jalan bebas hambatan dan pengemudi tidak perlu menekan pedal gas.
Namun, di Indonesia, banyak yang enggan menggunakan fitur ini dengan alasan khawatir jika pedal gas tidak dikendalikan sendiri.
Teknologi cruise control mulanya terpasang pada mobil-mobil dari manufaktur Amerika Serikat (AS). Kondisi ruas jalanan di Negeri Paman Sam yang panjang-panjang dan lurus memungkinkan mobil melaju dalam kecepatan konstan untuk waktu lama. Pada kondisi ini fitur cruise control membuat pengemudi bisa sedikit bersantai.
Fitur cruise control sulit untuk difungsikan di jalanan dengan lalu lintas padat. Autocar India menyebut, adanya cruise control tidak membantu pengemudi di India karena kondisi jalanan yang padat.
Kondisi jalanan padat bahkan lebih sering macet juga kerap terjadi di Indonesia, terutama kota besar seperti Jakarta.
Heater adalah fitur pengatur suhu ruangan, yaitu untuk memanaskan ruang kabin saat cuaca dingin. Fitur ini cocok untuk di daerah 4 musim yang salah satunya ada musim dingin, sehingga heater sangat dibutuhkan.
Sedangkan Indonesia adalah daerah tropis yang lebih sering panas, sehingga pendingin ruanganlah yang lebih dibutuhkan. Namun demikian cukup banyak mobil yang dilengkapi fitur heater. Biasanya mobil CBU yang juga dijual di Eropa, seperti mobil-mobil mewah Eropa atau mobil Korea seperti Hyundai dan KIA.
Panoramic sunroof adalah bagian atap mobil yang terbuat dari kaca yang bisa dibuka. Panoramic sunroof seolah menjadi hal yang wajib ada di mobil-mobil mewah.
Di balik nuansa kemewahan panoramic sunroof, Motoringbox menyebut ada efek buruk yang ditimbulkan. Di antaranya ialah membuat udara di dalam kabin lebih panas.
Udara panas dari cahaya matahari terperangkap di kaca kemudian merambat ke dalam kabin. Hal ini bakal membuat kinerja AC lebih berat.
Penggunaan Panoramic Sunroof di Indonesia bisa jadi bakal membuat efek buruk ini bertambah. Dengan iklim Indonesia, fasilitas ini bakal membuat mobil sedikit mengurangi kenyamanan. Kecuali pengguna mau mengeluarkan uang lebih untuk kaca film yang mahal.
Fitur ini tak banyak ditemui di mobil-mobil yang masuk di Indonesia. Meski begitu, tetap ada beberapa mobil bikinan Mazda, BMW, dan Mercedes-Benz yang menyediakan mobil dengan teknologi Semi Autonomous.
Fitur Semi Autonomous memungkinkan mobil pada derajat tertentu bisa mengendalikan dirinya sendiri, dengan bantuan kamera atau sensor yang memindai lanskap sekitar.
Fitur ini masih sulit diterapkan di Indonesia karena kendala lalu lintas. Fitu ini mensyaratkan infrastruktur yang baik, dari mulai marka jalan hingga rambu-rambu lalu lintas.
Menurut General Manager Marketing Strategy PT Nissan Motor Indonesia (NMI), Budi Nur Mukmin, mengklaim hal ini. Dia menyebut Nissan tidak memasukkan fitur ini karena lalu lintas di Indonesia belum siap untuk fitur itu.
“Fitur diadopsi atau tidak bukan melulu soal harga, tapi juga terkait infrastruktur,” ujarnya, di sela acara Nissan Media Workshop 2016 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (3/12/2016).
Paddle shift adalah tuas di sisi kiri dan kanan di belakang kemudi. Pengguna bisa mengendarai mobil dengan mode sport dan mengganti posisi transmisi cukup dengan menggunakan jari-jari saja, layaknya pada mobil sport seperti Ferrari atau Lamborghini.
Namun fitur ini lebih banyak menganggur karena mode sport sendiri sangat jarang digunakan di Indonesia. Fitur seperti ini tentu cocok digunakan untuk kebut-kebutan, yang pada kenyataannya pemilik mobil matic kebanyakan tidak suka kebut-kebutan.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…