JEDA.ID-Sejak awal pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 ini, para ilmuwan dan otoritas kesehatan telah melakukan pengamatan terhadap potensi penularan virus tersebut pada anak-anak.
Kebanyakan dari mereka melihat bahwa anak-anak tampaknya tidak tertular atau menularkan virus pada tingkat efektivitas yang sama dengan orang dewasa.
Namun, bukti ilmiah baru dari Korea Selatan menunjukkan bahwa usia anak bisa jadi faktor penting dari penularan virus Corona sehingga perlu dipertimbangkan lagi.
Hal ini karena berdasaran sebuah penelitian besar menunjukkan anak-anak yang usianya 10 tahun ke atas tampaknya bisa menyebarkan virus, setara dengan yang terjadi pada orang dewasa.
Tim penelitian yang dipimpin oleh dokter dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, Young Joon Park, memeriksa laporan pelacakan kontak pasien di Korea Selatan saat kasus Covid-19 pertama terjadi. Dari data tersebut, 5.706 orang dikonfirmasi sebagai pasien yang terinfeksi.
Setelah dilakukan pelacakan kontak, sebanyak 59.073 orang melakukan kontak dengan pasien positif tersebut. 11,8 persen orang yang tertular tinggal serumah dengan pasien positif, sementara 1,9 persen lainnya tidak.
“Deteksi pada orang yang tinggal satu rumah dengan pasien positif lebih tinggi daripada yang tidak, dan mungkin penularan terjadi saat sebagian besar anggota keluarga tinggal di rumah,” kata peneliti yang dikutip dari Science Alert, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (21/7/2020).
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan hasil lainnya saat pasien dikelompokkan berdasarkan usia. Kelompok usia itu di antaranya, 0-9 tahun, 10-19 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, dan lebih dari 80 tahun.
Ilmuwan Inggris Sebut Virus Corona Bertahan di Udara Lebih dari 1 Jam
Anak dengan usia 10-19 tahun ternyata memiliki tingkat infeksi yang sama dengan orang dewasa. Mereka bisa menyebarkan virus ke orang yang berada dalam satu rumah dengan persentase penyebarannya sebesar 18,6 persen.
Sedangkan pada anak usia 0-9 tahun, potensi penularannya hanya 5,3 persen yang artinya penularan dari mereka paling sedikit terjadi.
Para peneliti mengakui adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, salah satunya pendeteksian orang-orang yang terinfeksi tanpa gejala. Meski begitu, studi ini menjadi pengingat bahwa sejak lahir hingga usia 18 tahun, respon tubuh manusia terus berubah.
Oleh karena itu para ahli mengingatkan apabila sekolah kembali dibuka, tidak menutup kemungkinan kluster baru terbentuk dari anak-anak di segala usia. “Saya khawatir bahwa anak-anak tidak akan terinfeksi atau tidak terinfeksi dengan cara yang sama dengan orang dewasa, tetapi mereka hampir seperti populasi yang menggelembung, akan ada transmisi,” kata Michael Osterholm, seorang ahli penyakit menular di University of Minnesota, dilansir dari Channel News Asia, Senin (20/7/2020).
Beberapa penelitian dari Eropa dan Asia memberi kesan bahwa anak kecil lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dan menyebarkan virus.
Tetapi menurut Direktur Harvard Global Health Institute, Ashish Jha, sebagian besar studi itu dalam skala kecil dan cacat.
Menurut Jha, studi baru yang dilakukan di Korea Selatan dilakukan dengan sangat hati-hati, sistematis, dan melihat populasi yang sangat besar. Pakar lain juga memuji skala dan ketelitian analisis.
Survei Unicef: 30 Persen Anak Alami Kekerasan Verbal Saat Belajar Daring
Penelitian menjabarkan anak-anak di bawah usia 10 tahun kira-kira setengah dari kemungkinan orang dewasa untuk menyebarkan virus ke orang lain. Itu mungkin karena anak-anak umumnya menghembuskan lebih sedikit udara atau karena mereka mengembuskan udara lebih dekat ke tanah, sehingga kecil kemungkinan orang dewasa menghirupnya.
Dapat Meningkat Jika Sekolah Dibuka Lagi
Meski begitu, jumlah infeksi baru yang dibawa oleh anak-anak dapat meningkat ketika sekolah dibuka kembali.
“Anak-anak muda mungkin menunjukkan tingkat serangan yang lebih tinggi ketika penutupan sekolah berakhir, berkontribusi pada transmisi Covid-19 ke masyarakat,” tulis para peneliti dalam laporannya.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sejumlah besar kontak untuk anak-anak sekolah, yang berinteraksi dengan lusinan orang lain pada hari yang sama, dapat memperbesar risiko transmisi virus.
Sejauh ini para peneliti hanya melacak kontak anak-anak yang merasa sakit, sehingga masih belum jelas seberapa efisien anak-anak tanpa gejala menyebarkan virus, kata Caitlin Rivers, seorang ahli epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.
Penelitian ini lebih mengkhawatirkan bagi anak-anak di sekolah menengah dan atas. Kelompok ini bahkan lebih mungkin menginfeksi orang lain daripada orang dewasa. Tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa temuan itu mungkin kebetulan atau berasal dari perilaku anak-anak.
Anak-anak yang lebih besar ini mungkin memiliki kebiasaan yang tidak higienis sama seperti anak-anak. Mereka juga lebih mungkin bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya dari anak-anak yang lebih muda.
Oleh karena itu para ahli mengatakan sekolah perlu mempersiapkan diri terhadap infeksi yang muncul. Selain menerapkan jarak fisik, kebersihan tangan dan masker, sekolah juga harus memutuskan kapan dan bagaimana mengecek kesehatan siswa dan staf, kapan dan berapa lama untuk karantina, dan kapan harus memutuskan menutup dan membuka kembali sekolah.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…