JEDA.ID-Populasi hiu terancam punah seiring pengembangan vaksin corona. Agar populasi hiu tidak terancam punah, para ahli menyerukan sumber alternatif untuk vaksin corona.
Para pemerhati dan ahli satwa liar menyatakan bahwa pengembangan vaksin virus corona baru atau Covid-19 telah menyebabkan hampir setengah juta hiu dibunuh untuk mendapatkan komponen kunci vaksin.
Perlu diketahui hiu memiliki minyak alami yang disebut dengan squalene di bagian hati, yang digunakan dalam vaksin flu sejak 1997. Produsen vaksin corona ingin menggunakan minyak tersebut untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dengan menciptakan respons kekebalan yang kuat.
GlaxoSmithKline, sebuah perusahaan farmasi asal Inggris, misalnya, yang menyebut akan memproduksi satu miliar dosis squalene untuk pengembangan vaksin Covid-19 potensial. Untuk keperluan itu dibutuhkan sekitar 3.000 hiu untuk mengekstraksi satu ton minyak tersebut. Waduh!
Belum Dapat Kuota Belajar Gratis? Lakukan 3 Langkah Ini
Dilansir dari Express UK, Senin (28/9/2020), Shark Allies, sebuah kelompok konservasi di California, mengatakan bahwa memanen squalene sebanyak itu dapat berbahaya bagi populasi hiu dunia. Mereka mengklaim jika populasi global masing-masing menerima satu dosis vaksin corona, berarti sekitar 250.000 hiu akan dibunuh.
Sementara itu, banyak spesies hiu yang terancam punah. Berdasarkan catatan mereka pada 2018, hanya ada sekitar 3.500 hiu putih besar yang tersisa di alam liar. Untuk menghindari pemusnahan hiu, para ilmuwan menyebut ada alternatif sintesis nabati yang bisa dihasilkan dari fermentasi tebu.
“Memanen sesuatu dari hewan liar tidak akan pernah berkelanjutan, terutama jika itu adalah predator puncak yang tidak bereproduksi dalam jumlah besar,” kata pendiri dari kelompok konservasi Shark Allies, Stefanie Brenda, seperti dikutip dari bisnis.com, Senin (28/9/20202).
“Ada begitu banyak yang tidak diketahui tentang seberapa besar dan berapa lama pandemi ini akan berlangsung … sehingga jika kami terus menggunakan hiu, jumlah hewan yang diambil untuk produk ini bisa sangat tinggi, dari tahun ke tahun,” imbuhnya.
Dalam postingannya di Facebook Shark Allies, Brenda menuturkan bahwa pihaknya tidak ingin memperlambat pengembangan vaksin untuk virus corona baru. Hanya saja, mereka meminta agar pengujian squalene non-hewani dilakukan dengan cepat.
Dengan miliar dosis yang dibutuhkan per tahunnya selama beberapa dekade mendatang, lanjutnya, penting bagi manusia untuk tidak bergantung pada sumber daya hewan liar. Pasalnya, hal tersebut akan merusak spesies hiu yang sangat penting dalam rantai makanan di laut.
Para konservasionis memperkirakan sekitar 3 juta hiu telah dibunuh untuk mendapatkan squalene setiap tahunnya. Minyak hati hiu itu juga digunakan dalam produk kosmetik dan pelumasan berbagai mesin.
Kelompok Shark Allies memuji sebuah perusahaan dari Silicon Valley bernama Amyris yang telah menggunakan turunan squalene dari fermentasi tebu. Perusahaan itu mengklaim dapat menghasilkan minyak sintetis yang cukup untuk satu miliar vaksin dalam waktu 1 bulan. Hanya saja, squalene ini masih belum disetujui untuk penggunaan medis.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…