JEDA.ID – Kiamat adalah fenomena populer yang banyak dibahas manusia lintas zaman. Selain diyakini oleh banyak agama, kiamat juga menjadi obyek pembahasan sains. Sudah banyak analisis yang ramalan kapan bumi akan kiamat.
Ramalan kiamat 2012 adalah yang paling menghebohkan pada dekade ini. Kecemasan masyarakat bahkan diabadikan dalam sebuah film yang mengambil judul 2012. Film itu menggambarkan bumi akan mengalami fenomena alam ekstrem yang membuat lebih dari setengah populasi manusia lenyap.
Ramalan itu telah berlalu dan berganti dengan prediksi-prediksi lain yang tak kalah bombastis. Bedanya, masyarakat sudah tak lagi diliputi kecemasan berlebihan menanggapi prediksi tersebut.
Pertengahan 2019, Breakthrough National Centre for Climate Restoration mengungkap riset tentang kiamat 2050. Riset yang diterbitkan Dailymail, 15 Juni 2019, menyatakan bumi akan terdampak perubahan iklim yang cukup signifikan. Akibatnya manusia menjadi sulit beradaptasi dan musnah.
Menurut penelitian, para ilmuwan percaya bahwa masalah perubahan iklim akan sangat mempengaruhi Bumi dalam waktu dekat. Terlebih saat ini krisis iklim lebih besar dan lebih kompleks daripada yang pernah dialami sebelumnya.
Untuk mencegahnya, umat manusia perlu bekerja sama untuk memulihkan kondisi Bumi. Pasalnya, manusia hanya punya satu dekade untuk dapat melakukan gerakan global dalam menggunakan sistem emisi nol karbon.
Gagasan tersebut juga disetujui oleh Kepala Pertahanan Australia. Menurutnya, perubahan iklim turut membahayakan keamanan nasional dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.
Meski begitu, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terancamnya peradaban manusia, salah satunya adalah bencana nuklir yang terjadi beberapa waktu silam.
Jika tidak segera ditangani bersama-sama, perubahan iklim juga akan menjadi mimpi buruk yang akan mengakhiri peradaban manusia pada tahun 2050 mendatang.
Begini Dahsyatnya Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh
Gagasan hampir serupa dikemukakan Massachusetts Institute of Technology (MIT). pakar geofisika pada MIT, Daniel Rothman meramalkan bahwa Bumi akan mengalami kepunahan massal keenam pada 2100 mendatang.
Jika kiamat-kiamat sebelumnya dipicu oleh fenomena alam, maka kiamat keenam akan disebabkan oleh aktivitas manusia.
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian perubahan siklus karbon menjelang terjadinya lima kepunahan massal sebelumnya di Bumi.
Bedanya dari penelitian Breakthrough National Centre for Climate Restoration adalah adanya fase. Pada 2100, kiamat akan berada di fase keenam atau kiamat keenam.
Lima kiamat yang pernah terjadi di Bumi, menurut dia, bisa dilacak dengan meneliti karbon. Sebagian besar binatang di Bumi bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Sementara tumbuhan berfotosintesis dengan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
Bumi secara alamiah memproses karbon dengan menyimpannya di lautan dan atmosfer dalam sebuah siklus. Tetapi gangguan terhadap siklus alam ini bisa memicu perubahan ekstrem terhadap iklim Bumi. Ini bisa terjadi jika jumlah karbon yang dilepaskan bertambah secara drastis dalam waktu yang sangat cepat.
Pelepasan karbon dalam jumlah besar bisa dipicu oleh beragam faktor. Pada kiamat di periode Permian, sekitar 250 juta tahun silam, pelepasan karbon dipicu salah satunya oleh letusan gunung yang sangat besar, yang turut melepaskan karbon dalam jumlah sangat besar ke atmosfer.
Sementara dalam kepunahan massal Crataceous-Tertiary, pelepasan karbon dipicu oleh hantaman asteroid besar yang menyebabkan letusan gunung berapi serta kebakaran besar di hampir seluruh permukaan Bumi.
Tetapi penting diingat bahwa kiamat-kiamat kecil ini terjadi dalam sebuah proses yang memakan waktu ribuan tahun.
Riwayat Kebakaran Dahsyat Australia 1980-2020
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sedang merancang sebuah perjanjian internasional yang diharapkan diteken oleh semua negara di Bumi untuk mencegah terjadinya kepunahan massal atau kiamat keenam.
Rancangan pernjanjian itu akan menetapkan tahun 2030 sebagai tenggat waktu upaya konservasi dan restorasi ekosistem serta alam liar di Bumi yang sangat penting demi keberlanjutan hidup manusia.
Disusun oleh Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati, rancangan perjanjian itu diharapkan akan diadopsi oleh negara-negara di dunia pada Oktober mendatang, di sela-sela konferensi tingkat tinggi PBB di Kunming, China.
Perjanjian itu akan berisi 20 poin dan mirip dengan isi Kesepakatan Iklim Paris 2015, perjanjian internasional yang diadopsi oleh banyak negara tetapi ditinggalkan oleh Amerika Serikat. Tujuan kesepakatan baru itu antara lain untuk mengendalikan spesies-spesies invasif dan mengurangi sampah plastik.
Rancangan aturan itu sendiri telah disambut baik oleh organisasi-organisasi lingkungan hidup dunia.
“Rancangan aturan itu menunjukkan bahwa negara-negara mendengarkan dan mengakui bahwa perlindungan atas tanah dan air penting untuk melawan perubahan iklim, kepunahan di alam liar, dan mendukung kehidupan manusia,” kata Brian O’Donnell, direktur Campaign for Nature seperti dilansir The Guardian.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…