JEDA.ID-Efek pandemi Covid-19 sepertinya juga memukul perusahaan operator kereta api di Jepang. Sepinya penumpang membuat operator memutar otak mengubah Shinkansen menjadi tempat kerja.
Ya! Kereta super cepat, Shinkansen kini tak cuma sekadar moda transportasi saja, tapi juga tengah dikaji untuk jadi tempat kerja jarak jauh bagi kaum nomad. Japan Railway East atau JR East, salah satu operator kereta Shinkansen, tengah menggodok dengan serius proyek percontohan untuk mengubah sejumlah gerbong kereta super cepat itu menjadi tempat bekerja untuk jarak jauh.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, jumlah penumpang Shinkansen memang turun secara signifikan. Penurunan itu bisa sampai 60% pada bulan Desember lalu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Proyek yang diluncurkan pada Senin (1/2/2021) lalu itu itu diharapkan dapat meningkatkan lagi permintaan akan Shinkansen di tengah pandemi Covid-19.
Penumpang yang naik kereta Tohoku Shinkansen dapat berbicara dengan telepon seluler dan melakukan telekonferensi dengan laptop di sebuah gerbong khusus. Model komunikasi seperti itu biasanya tidak disukai di dalam kereta peluru di Jepang, kecuali dilakukan di area yang ditentukan.
Perusahaan itu pun akan menyediakan teknologi peredam suara agar tidak ada percakapan yang bocor selama berada di kereta. Selain itu, akan disediakan juga Wi-Fi gratis.
Dikutip dari NHK dan dari detikcom, Kamis (4/2/2021), sejumlah kereta peluru Shinkansen akan menyediakan satu gerbong khusus bagi penumpang yang bekerja jarak jauh selama hari kerja hingga 26 Februari mendatang tanpa biaya tambahan.
Sebelum mengenalkan proyek Shinkansen sebagai tempat kerja jarak jauh, JR East sempat melakukan inovasi sebagai moda angkutan khusus untuk hasil laut. Mereka melakukan itu agar bisa bertahan selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Mereka mengangkut hasil seafood dari Kota Ishinomaki di Jepang timur laut menuju ke ibu kota Tokyo. Para nelayan mengatakan layanan baru itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan angkutan truk. Restoran di pusat kota Tokyo juga dapat memperoleh aneka seafood dengan kondisi yang lebih segar.
Di akhirAgustus 2020, kereta Shinkansen Tohoku yang meluncur dari Sendai ke Tokyo kedapatan membawa sejumlah penumpang tak biasa yaitu hewan laut sea squirts, tiram, dan produk laut lainnya yang memenuhi kursi penumpang di gerbong-gerbong yang biasanya dipadati wisatawan yang mau liburan musim panas.
Jika Shinkansen masih bisa berinovasi menjadi tempat kerja dan pengangkut hasil laut sehingga masih bisa bertahan di masa pandemi, lain halnya dengan kereta malam Jepang. Setelah 25 tahun mengantarkan penumpang, kereta malam di Jepang akhirnya berhenti beroperasi.
Kereta tersebut adalah Moonlight Nagara. Kereta ini melayani perjalanan malam penumpang yang berpergian dari Tokyo menuju ke Prefektur Gifu dengan jarak mencapai 442 kilometer.
Jarak sejauh itu ditempuh Moonlight Nagara dalam waktu 6 jam 40 menit. Kereta ini biasanya melintasi 5 prefektur hingga akhirnya berhenti di Stasiun Ogaki sebagai titik finisnya.
Moonlight Nagara biasa berangkat dari Stasiun Tokyo pada pukul 23.10 malam, kemudian tiba di Stasiun Ogaki pada pukul 05.50 pagi. Di rute sebaliknya, kereta Moonlight Nagara berangkat dari Stasiun Ogaki pada pukul 22.48 dan tiba di Tokyo pada pukul 05.05 pagi waktu setempat.
Kereta ini dioperasikan oleh perusahaan kereta Central Japan Railway dan juga East Japan Railway. Sejak pertama kali beroperasi pada 1996, akhirnya Moonlight Nagara harus berhenti beroperasi pada 2021.
Dilansirdari beberapa sumber, Selasa (2/2/2021), dalam beberapa tahun terakhir, popularitas kereta Moonlight Nagara memang turun drastis. Kereta ini kalah bersaingan dengan layanan bus malam dengan harga tiket yang lebih murah.
Sebelum berhenti beroperasi, kereta Moonlight Nagara sempat mengurangi jadwal operasional mereka. Namun pada akhirnya, kereta ini harus mengucapkan selamat tinggal kepada para penumpangnya.
Tentunya kesedihan juga dirasakan oleh traveler yang pernah menggunakan jasa Moonlight Nagara. Beberapa orang traveler pun mengungkapkan kenangan mereka terhadap Moonlight Nagara.
“Saya dulu suka naik Moonlight Nagara! Simbol masa muda saya!” ujar salah seorang warganet.
“Saya suka mengendarai rute ini ketika saya duduk di bangku SMA. Saya tidak masalah tertidur di kursi. Saya merasa kasihan dengan para pelajar sekarang yang tidak bisa merasakan sensasi petualangan yang sama,” traveler lainnya menimpali.
Kehadiran Moonlight Nagara sebenarnya sangat membantu traveler yang berpergian di malam hari, namun dengan tiket yang lebih murah. Naik kereta Shinkansen bisa membuat traveler mengeluarkan uang sebesar 11.660 yen (sekitar Rp 1,5 juta). Sedangkan untuk jarak yang sama, naik Moonlight Nagara harga tiketnya cuma 2.410 yen (setara Rp323.000).
Pandemi Covid-19 semakin membuat Moonlight Nagara ditinggalkan oleh para penggunanya. Menurunnya jumlah penumpang membuat perusahaan mau tak mau harus membuat keputusan sulit, yaitu menutup operasional kereta ini untuk selamanya.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…