JEDA.ID – Fenomena kemunculan hewan di tempat dan pada waktu tertentu dalam jumlah besar biasanya menarik perhatian hingga penelitian.
Seperti yang terjadi di wilayah Soloraya belum lama ini. Ribuan cacing ke luar dari dalam tanah di beberapa lokasi Kota Solo dan daerah sekitarnya. Warga mengatakan ribuan cacing ini keluar pada pagi hari dan merayap di permukaan tanah sebelum akhirnya mati, namun ratusan lainnya kembali muncul.
Fenomena tersebut akhirnya memancing berbagai reaksi warganet, ada yang mengatakan kejadian alam biasa ada juga yang mengaitkan pertanda lain.
Beberapa ada yang dapat dijelaskan dengan teori ilmiah walaupun mengundang tanya berbagai kalangan.
Selain cacing, ternyata ada fenomena hewan tak lazim lainnya. Berikut sejumlah kemunculan hewan dalam jumlah besar seperti melansir dari berbagai sumber, Rabu (22/4/2020):
Isolasi Diri Bersama Pasangan, Ini 5 Cara Agar Terhindar dari Pertengkaran
Ingatkah Anda pada serangan serangga bernama tomket ini? Hewan bernama latin Coleoptera staphylinidae itu sempat menyerang penduduk Indonesia tepatnya di Tulunggung, Jawa Timur (Jatim) pada pertengahan bulan Maret 2012 lalu. Melansir dari Okezone, setidaknya ada 622 jenis tomket yang menyebar di seluruh dunia. Namun spesies yang menyerang Indonesia ini merupakan jenis Paederus peregrines yang dapat menyebabkan dermatitis.
Kasus tersebut pernah dialami salah seorang penghuni Apartemen Eastcoast Pakuwon City, Surabaya, Jatim. Saat menginap di sana, ia mengalami gatal-gatal, luka dibagian wajahnya, tubuh, lengan dan terasa panas yang ditimbulkan oleh cairan beracun serangga tersebut. Selain Indonesia, wabah dermatitis yang ditimbulkan tomket juga menyerang negara lain seperti Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India.
Serangan serangga lainnya juga pernah menghantui Kota Southern Tablelands, Australia. Pada pertengahan Mei 2015 lalu, ribuan serangga laba-laba menghujani kawasan tersebut. Tak ayal rumah-rumah warga dipenuhi dengan hewan Arachnida serta jaring hasil karyanya. Melansir dari Liputan6, fenomena mengerikan tersebut bernama ballooning. Todd Blackledge, dosen biologi di University of Akron, Ohio mengatakan, fenomena tersebut merupakan pemandangan yang tak biasa karena jutaan laba-laba terbang pada waktu yang bersamaan.
Dia menambahkan, hujan laba-laba itu terjadi ketika kelompok laba-laba yang siap melakukan balloning, namun terhambat faktor cuaca, sehingga saat cuaca berubah ke kondisi yang tepat, mereka melakukannya secara bersamaan. Walaupun laba-laba berukuran kecil tidak berbahaya, namun yang besar dapat merusak tanaman, menutupi daun dengan jaring sehingga tumbuhan tidak mendapatkan cukup cahaya.
Fenomena aneh berupa hujan hewan ikan melanda Kota Tampico, Meksiko pertengahan Januari lalu. Melansir dari Oddee.com, ribuan ikan jatuh dari langit saat hujan ringan terjadi di kawasan itu. salah seorang warga setempat menuturkan bahwa ikan-ikan tersebut melayang dan terbawa oleh angin karena terjangan badai besar di wilayah Amerika Latin.
Melansir dari Liputan6, selain Meksiko, hujan ikan pernah terjadi di Honduras, Yoro. Hal itu diyakini sebagai peristiwa yang sekali terjadi dalam satu abad. Orang-orang di daerah itu menyebutnya fenomena Lluvia de Peces. Selain itu sejumlah tempat di Australia di kota Winton negara bagian Queensland, juga pernah mengalami hal serupa walaupun sebelumnya terjadi kekeringan parah.
Kawanan kecil belalang pada pertengahan Februari lalu memasuki wilayah Kongo, Afrika. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan kondisi ini terjadi karena belalang dewasa, yang sebagian terbawa angin, tiba di pantai barat Danau Albert di Kongo timur dekat kota Bunia.
Padahal negara itu belum melihat belalang sebanyak itu selama 75 tahun sejak kali pertama kemunculannya.
Tak hanya itu, fenomena tersebut dilaporkan dapat memperparah kelaparan diwilayah setempat. Hal ini karena bersamaan dengan waktu tanaman petani mulai tumbuh. Dengan bertambahnya populasi belalang maka dapat menghancurkan tanaman yang paling penting untuk pasokan pangan di Afrika Timur tahun ini.
Perlu Tahu, Begini Cara Memakai dan Merawat Masker Kain yang Dianjurkan
Video viral kemunculan burung gagak dan nyamuk raksasa di China juga sempat menyedot perhatian publik pada pertengahan Januari lalu. Lewat fenomena tersebut mereka mengaitkan dengan wabah virus corona yang melanda China.
Menurut laporan dari Daily Star, dalam budaya China, gagak sering melambangkan nasib buruk atau kematian sehingga rekaman yang beredar cukup mengundang narasi ketakutan.
Namun, fenomena ini telah dibuktikan sebagai kejadian alam yang terjadi karena migrasi parsial dan efek pulau panas. The Cornell Lab di New York, Amerika Serikat menjelaskan fenomena yang dilaporkan sebagai migrasi parsial ini terjadi ketika beberapa individu dalam suatu populasi bermigrasi dan beberapa tidak, hal ini merupakan perkara yang umum di antara populasi burung.
Sedangkan, pulau panas merupakan kajadian pemanasan yang umum terjadi di perkotaan, akibatnya banyak burung mempersingkat migrasi mereka dan menghabiskan musim dingin lebih lama yang dekat dengan wilayah pengembangbiakan mereka.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…