JEDA.ID – Masih ada sejumlah hal yang menjadi misteri di tengah usaha keras para ahli untuk membongkar virus corona bernama SARS-CoV-2, penyebab pandemi penyakit Covid-19.
Masih banyak hal belum diketahui secara detail tentang virus ini. Sementara dalam bidang kesehatan atau kedokteran, apa yang tidak diketahui bisa menyebabkan bahaya penyakit hingga membunuh masyarakat.
Dilansir Bisnis.com dari Business Insider, Selasa (31/3/2020) berikut ini sejumlah pertanyaan umum seputar virus corona baru dan Covid-19 dan alasan mencari jawabannya merupakan upaya penting dalam konteks kesehatan dan kedokteran dunia.
Para peneliti cukup yakin bahwa virus SARS-CoV-2 berkembang pada hewan kelelawar. Tes laboratorium menunjukkan bahwa dia memiliki sekitar 80 persen genom yang mirip dengan SARS, virus yang juga berasal dari keleawar dan memicu epidemi pada 2000-an awal.
Akan tetapi, hal yang masih belum jelas adalah bagaimana virus tersebut bisa melompat dari keleawar ke manusia. Dalam kasus SARS, musang adalah inang hewan perantara. Adapun dalam kasus kali ini, para peneliti mencurigai bahwa musang, babi, ular, atau trenggiling kemungkinan menjadi inang baru dari virus.
Hal ini penting diketahui untuk memahami bagaimana penyakit zoonosis baru berevolusi dan menyebar, sehingga ke depannya ilmuwan dapat melakukan penelusuran yang lebih baik dan melakukan perawatan untuk penyakit baru yang muncul.
Disarankan WHO, Ini Manfaat Main Game di Tengah Pandemik Corona
Hal yang masih menjadi misteri terkait virus corona adalah tentang jumlah pasti orang yang terinfeksi. Penghitungan global kasus infeksi, kematian, dan pemulihan yang dirilis di situs-situs peneliti atau pemerintah hanya mencerminkan angka yang telah dikonfirmasi. Para peneliti menduga bahwa jumlah kasus sebenarnya jauh lebih besar.
Untuk setiap orang yang dinyatakan positif, mungkin ada 5 hingga 10 kali lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi. Sebuah studi yang terbiat pada pertengahan Maret di jurnal Science menemukan hal ini terjadi karena kapasitas pengujian yang masih sedikit dibandingkan dengan laju penyakit.
Hal ini penting diketahui untuk melakukan penilaian secara akurat yang bisa membantu para peneliti untuk lebih memahami penyebaran virus corona, tingkat kematian, prevalensi pembawa asimpotomatik, dan faktor lainnya.
Virus adalah partikel kecil yang mampu berevolusi dan mengembangkan diri mereka dengan membahak sel-sel hidup dari inangnya. Penelitian menunjukkan bahwa satu orang yang terinfeksi, rata-rata menyebarkan virus ke 2,2 orang lainnya.
Kendati begitu para peneliti belum memahami secara mendalam kenapa virus ini penyebarannya sangat efektif. Salah satu hipotesis yang diajukan adalah protein permukaan virusnya yang memungkinkan virus menempel pada sel inang dan menginvasi sel ini. SARS-CoV-2 dilaporkan menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah.
Adapun, memahami hal ini akan menjadi penting untuk mengetahui bagaimana virus menyebar dan melakukan pencegahan efektif atas penyebaran itu. Ini juga penting untuk mengatasi perilaku penyebaran sehingga tidak lagi masif.
Orang yang mengalami gejala Covid-19 parah memiliki pola yang cukup teratur. Mulai dari demam, nyeri otot, kelelahan, dan batuk ringan kemudian beralih ke sesak napas, dan terakhir berada dalam kondisi yang parah ketika cairan mulai memenuhi paru-paru dan menghalangi aliran oksigen.
Pola kasus-kasus kritis ini mengkhawatirkan karena tidak hanya terjadi pada orang dengan faktor risiko nyata misalnya perokok dan mengidap penyakit lainnya, tetapi juga terjadi pada orang-orang yang tampak sehat.
Seorang ahli virus mengatakan bahwa SARS-CoV-2 dapat bereplikasi dengan cepat untuk memicu sistem kekebalan tubuh secara tiba-tiba. Akan tetapi, masih belum diketahui dengan pasti alasan utama yang mendorong kematian pada pasien Covid-19.
Hal ini penting diketahui untuk memahami bagaimana virus corona menyebabkan bahaya sehingga dapat dilakukan tindakan perawatan yang efektif dan membuat obat-obat atau vaksin yang menjanjikan dengan risiko minim.
Ingin Minta Keringanan Kredit? Begini Syarat dari Bank Pemerintah dan Swasta
Tingkat kematian Covid-19 bukan satu ukuran yang sama di semua tempat di dunia. Ada banyak faktor yang berpengaruh, misalnya usia. Generasi tua lebih mungkin meningal akibat gagal paru-paru dari infeksi virus ini, sementara generasi muda kemungkinan meninggalnya lebih rendah.
Lokasi juga menjadi faktor penting dalam hal ini. Respon pemerintah dan sistem kesehatan di suatu tempat memiliki pengaruh terhadap tingkat kematian pasien virus corona. Selain itu, kondisi cuaca juga dilaporkan memengaruhi kemampuan virus menyebar.
Hal ini penting diketahui untuk mengungkap kelemahan virus dan membuat strategi tanggap terkait yang efektif. Dengan informasi ini pihak berwenang bisa bersiap melakukan banya hal terkait rantai pasok hingga perawatan pasien yang ideal.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, anak muda adalah golongan yang paling tangguh terhadap virus corona. Dalam artian angka kematiannya cukup kecil, kendati angka infeksinya cukup tinggi.
Kenapa hal ini terjadi masih merupakan misteri bagi para ahli. Beberapa penjelasan awal dari para profesional menyebut bahwa hal ini ada hubungannya dengan sistem kekebalan tubuh, di mana orang tua rentan karena infeksi virus.
Adapun, hal ini penting untuk diketahui untuk para ahli bisa mengembangkan obat atau vaksin yang efektif melawan dan mencegah penyakit menyebar.
Ada beberapa kasus di mana orang yang positif corona dinyatakan pulih, tetapi kemudian dites dan menunjukkan hasil positif setelah adanya gejala yang kembali terlihat. Akan tetapi, kasus ini terjadi hanya pada segelintir orang.
Para ahli lainnya menyatakan bahwa sistem kekebalan tubuh akan mengenali dan melawan virus yang telah menginfeksi tubuh. Dengan demikian, tubuh memiliki sistem kekebalan tubuh yang bisa melindungi diri dari virus serupa sehingga tidak menyebabkan infeksi ulang.
Hal ini penting diketahui untuk memahami apakah kekebalan jangka panjang memiliki konsekuensi untuk mendengalikan pandemi dan memungkinkan pemerintah melakukan langkah-langkah strategis bagi orang yang telah terjangkit.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatkaan bahwa virus corona baru ini akan hilang pada April ketika musim panas datang. Akan tetapi, banyak ahli memperkirakan bahwa virus tidak akan hilang begitu saja ketika suhu naik.
Sebuah penelitian dari ilmuwan Beijing memang menyatakan bahwa suhu tinggi dan kelembaban tinggi secara signifikan mengurangi transmisi Covid-19. Akan tetapi sekali lagi bahwa virus ini telah menjangkit hampir seluruh negara di dunia.
Hal ini penting untuk diketahui untuk mengetahui seberapa besar virus corona dipengaruhi oleh perubahan musim, yang akan membantu pemerintah di seluruh dunia agar menggunakan sumber dayanya mencegah penyebaran virus.
Sejauh ini belum ada pengobatan yang disetujui oleh Food and Drug Administration untuk penanganan Covid-19 atau gejalanya. Akan tetapi, ada beberapa kandidat awal yang menjanjikan dan telah dilakukan uji coba.
Obat-obat tersebut misalnya hydroxuchloroquine dan remdesivir. Adapun, saat ini pengujian klinis masih terus dilakukan untuk memastikan efektivitas obat tersebut sekaligus kemanannya untuk digunakan di skala global.
Hal ini penting diketahui agar sistem kesehatan dunia memiliki obat untuk memperlambat infeksi atau menghentikan penyebaran dan infeksi virus corona baru ini.
Sebaiknya Tahu, Ini Beda Gejala Virus Corona, Alergi, dan Flu Biasa
Pengujian klinis dari beberapa obat atau vaksin yang dilakukan mengambil pendekatan yang berbeda-beda, dan ada peluang bahwa setidaknya satu vaksin akan menunjukkan hasil yang baik.
Akan tetapi semua kandidat vaksin itu masih berada dalam fase awal percobaan. Mungkin butuh waktu lebih dari setahun untuk membuktikannya secara aman, dan setelahnya butuh waktu sekitar enam bulan untuk proses produksi dan distribusi.
Kendati jumlah kasus sembuh di seluruh dunia telah mencapai angka lebih dari 100.000 kasus, akan tetapi kondisi ini baru terjadi beberapa bulan belakangan. Jadi, belum jelas apa konsekuensi jangka panjang dari penyakit Covid-19.
Sebuah cerita muncul dari kasus awal di China yang menyatakan bahwa pasien yang sembuh dari virus corona mengalami penurunan fungsi paru-paru. Beberapa di antaranya mengalami sekitar 20 persen hingga 30 persen fungsi paru-parunya.
Hal ini penting diketahui untuk pihak berwenang mengambil tindakan yang lebih drastis dalam pengendalian penyebaran penyakit, jika memang ada konsekuensi jangka panjang dari infeksi penyakit virus ini.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…