JEDA.ID–Premium 88, Pertalite 90, Solar 48, dan Dexlite, diusulkan dihapus dari peredaran karena dinilai sudah tidak relevan. Namun, penghapusan itu bukan perkara mudah, apalagi Pertalite dan Premium adalah bahan bakar minyak (BBM) sejuta umat.
Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin alias Puput, mengatakan sudah saatnya presiden memerintahkan Menteri ESDM untuk merevisi regulasi terkait spesifikasi BBM demi peningkatan kualitas udara.
”Harus dijadikan kesempatan untuk memperbaiki kualitas BBM sesuai dengan kebutuhan teknologi kendaraan yang telah didesign memiliki emisi yang lebih rendah. Hendaknya ini bisa dijadikan momentum untuk menghapus berbagai jenis BBM yang sesungguhnya sudah tidak dibutuhkan lagi,” ujar dia sebagaimana dikutip dari Liputan6.com, Senin (19/8/2019).
Dia mengatakan selain menyebabkan tingginya emisi gas buang kendaraan bermotor, BBM kualitas rendah juga berpotensi merusak mesin kendaraan.
Jenis BBM yang dinilai sudah tidak relevan, yaitu Premium 88, Pertalite 90, Solar 48, dan Dexlite. Teknologi otomotif di Indonesia sudah mengadopsi teknologi kendaraan berstandar Euro2/II sejak 1 Januari 2007 dan Euro3 khusus sepeda motor sejak 1 Agustus 2013.
“Apalagi kini sudah mengadopsi teknologi kendaraan berstandar Euro4/IV sejak 10 Maret 2017, sehingga BBM sekelas Pertamax dan Pertadex juga sudah tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai BBM kendaraan berstandar ini,” ujarnya.
Dia menilai saat ini masyarakat membutuhkan BBM yang memenuhi spesifikasi untuk teknologi kendaraan berstandard Euro4/IV. Untuk itu, seharusnya pemerintah sudah menghapuskan ke-4 jenis BBM tersebut dan menggantikannya dengan spesifikasi yang sesuai.
“Sayangnya Pemerintah masih ambigu, di satu sisi ingin melepas beban dalam memasok Premium 88 dan Solar 48 tetapi di lain sisi ingin mempertahankan posisi populis,” ujarnya.
Menghapus empat jenis BBM yaitu Premium, Pertalite, Solar 48, dan Dexlite, bukan perkara mudah. Pertalite yang diluncurkan sejak 2015 lalu kini menjadi penguasa pasar penjualan BBM di Tanah Air.
Pada 2018 lalu Pertalite terjual hingga 17,7 juta kiloliter. Jumlah ini melonjak karena pada 2017 lalu penjualan Pertalite sekitar 11,93 juta kiloliter. Berikut data konsumsi BBM pada 2017 dan 2018 sebagaimana data Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
“Pemerintah segera menghentikan produksi dan penjualan Premium 88, Pertalite 90, Solar 48, Dexlite; ganti dengan memproduksi dan dan memasarkan BBM yang memenuhi persyaratan teknsi kendaraan bermotor. Pemerintah segera mereformulasi spesifikasi BBM sehingga mampu men-trigger pengendalian pencemaran udara, terutama dari transportasi,” sebut Puput.
Dia meminta adanya reformulasi perhitungan dan kebijakan harga BBM secara transparan, akuntabel, dan berdaya guna bagi pengembangan BBM bersih.
Sehingga tercipta harga yang proporsional antara harga dan kualitasnya. Kemudian sesuai dengan kebutuhan teknologi kendaraan bermotor, tercipta peluang pengembangan BBM bersih termasuk energi terbarukan.
“Diretorat Jenderal Migas harus menetapkan spesifikasi BBM yang sesuai, setidak-tidaknya sesuai kebutuhan teknologi kendaraan berstandard Euro4/IV. Pertamina harus menyetop produksi dan penjualan Premium 88, Pertalite 90 dan Solar 48, Pertamax dan Dexlite, ganti dengan memproduksi dan dan memasarkan Bensin RON 91, Bensin RON 95, Solar 51/53,” kata dia.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…