JEDA.ID-Mutasi corona D614G di Malaysia disebut 10 kali lebih menular tapi justru melemah. Benarkah? Mutasi ini sebelumnya ditemukan pada Februari lalu di Eropa.
Menurut beberapa penelitian, mutasi ini dianggap memberi virus semacam keunggulan biologis yang memungkinkan menyebar secara luas di dunia. Bagaimana fakta-fakta terkait mutasi virus Corona D614G?
Selain Malaysia, mutasi corona D614G juga ditemukan di Singapura. Ahli dari Singapura mengatakan bahwa ditemukan varian mutasi virus corona di negara tersebut.
“Namun, tindakan penahanan yang dilakukan saat ini telah mencegah penyebaran virus ini dalam skala besar,” katanya yang dikutip dari Channel News Asia, Rabu (19/8/2020).
Menurut ahli biologi komputasi & ahli genetik, Bette Korber, mutasi corona D614G bisa menjadi mutasi yang dominan di seluruh dunia. Artinya, mutasi corona D614G bisa menyebar lebih luas dibandingkan virus aslinya.
Menurut Korber, mutasi corona D614G sudah berlangsung selama beberapa waktu, bahkan mungkin sejak awal epidemi di Inggris.
Pakar penyakit menular yang juga Presiden International Society of Infectious Diseases, Paul Tambyah, menjelaskan adanya bukti yang menunjukkan mutasi corona tidak berbahaya. Mutasi corona bernama D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan laporan penurunan tingkat kematian.
Benua Sundaland dan Atlantis, Ini Dia Mitos vs Faktanya
Hal inilah yang kemudian diyakini mutasi corona D614G memang tidak terlalu mematikan. Bahkan, malah menjadi kabar baik.
“Mungkin itu hal yang baik untuk memiliki virus yang lebih menular tetapi tidak terlalu mematikan,” kata Tambyah kepada Reuters.
Penelitian Scripps Research Institute, Florida, Amerika Serikat, menunjukkan mutasi corona D614G lebih menular 10 kali lipat. Dua studi yang diterbitkan di Cell, oleh Korber dan studi kedua oleh WHO Collaborating Center di China juga memberikan hasil yang serupa bahwa varian D164G 10 kali lipat lebih menular daripada strain Wuhan yang asli.
Beragam dugaan muncul terkait dengan mutasi corona D614G ini, termasuk dampak pada pengembangan vaksin. Meskipun mutasi D614G terjadi pada protein spike virus, mutasi ini tidak mengubah domain pengikat reseptor (RBD) di ujung protein spike. RBD mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia. Jadi, mutasi D614G mengubah protein spike, tetapi tak mengubah bagian RBD yang kritis untuk pengembangan vaksin.
Varian mutasi virus ini pertama kali ditemukan pada akhir Februari 2020. Awalnya, mutasi ini ditemui di Eropa, Amerika Serikat, dan belum lama ini juga ditemukan di beberapa negara Asia.
Dikutip dari detikcom, Rabu (19/8/2020), berikut deretan negara di Asia yang juga menemukan varian virus D614G, dikutip dari berbagai sumber.
Pada Minggu (16/8/2020), otoritas kesehatan Malaysia melaporkan ada mutasi D614G telah terdeteksi di Malaysia. Mutasi yang disebut paling menular ini ditemukan Institut Penelitian Medis Malaysia, dari empat kasus di antara dua klaster atau kelompok Covid-19 di negara tersebut.
“Kelompok Sivagangga dan kelompok Ulu Tiram,” kata Direktur Jenderal Kesehatan, Noor Hisham Abdullah, yang dikutip dari The Straits Times.
“Ini ditemukan 10 kali lebih menular dan mudah disebarkan oleh ‘super-spreader’ individu,” jelasnya.
Para peneliti di Filipina, melalui Philippine Genome Center (PGC), melaporkan adanya varian virus baru yang diyakini jauh lebih menular yaitu D614G. PGC mengkonfirmasi keberadaan D614G ini dalam sampel kecil kasus positif dari kota Quezon.
Sebelumnya pakar penyakit menular, Dr Edsel Salvana, mengatakan lonjakan kasus infeksi pada Juli lalu kemungkinan sebagian disebabkan varian ini. Ini mungkin saja terjadi, meskipun saat itu varian mutasi ini belum terdeteksi di negara tersebut.
“Mutasi D614G membuat virus lebih menular. Ini bisa menyebar lebih cepat dan membanjiri sistem perawatan kesehatan kita, jika kita tidak menggandakan upaya pengendalian dan bisa menyebabkan jumlah kematian secara keseluruhan yang tinggi,” jelas Dr Salvana, yang dikutip dari GMA News Online, Rabu (19/8/2020).
Selain di Malaysia, ternyata varian mutasi D614G juga ditemukan di Singapura. Perwakilan dari Badan Sains, Teknologi, dan Penelitian Singapura, Dr Sebastian Maurer-Stroh, mengatakan negara tersebut telah melakukan pencegahan penyebaran Corona terkait varian mutasi yang ditemukan ini.
“Namun, tindakan penahanan atau pencegahan yang dilakukan saat ini sudah mencegah penyebaran virus ini dalam skala besar,” jelas Maurer-Stroh, dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (19/8/2020).
“Karena varian ini telah beredar secara global, maka bisa ada di negara mana pun. Dan setiap negara dengan pengawasan aktif saja telah melihatnya, terutama terkait dengan kasus impor dari pendatang,” lanjutnya.
Menurut Maurer-Stroh, meski virus ini telah bermutasi, tetapi mutasinya tidak selalu menjadi ganas. Mutasi ini malah membuat virus tersebut menjadi tidak berbahaya.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…