JEDA.ID – Tensi konflik Iran vs Amerika Serikat (AS) masih stabil meski terus muncul rumor Perang Dunia III Januari 2020 ini. Meski begitu, kedua negara belum benar-benar meredakan ketegangan.
Hubungan AS dan Iran memanas usai terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani. Jumat (3/1/2019) pagi waktu setempat, Soleimani tewas dalam serangan di area dekat kargo Bandara Baghdad. Soleimani adalah Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran.
Serangan udara AS itu, menurut para pejabat Irak, juga menewaskan seorang pria bernama Abu Mahdi al-Muhandis yang menjabat wakil komandan dari kelompok milisi pro-Iran di Irak bernama Pasukan Mobilisasi Populer (PMF). PMF menyebut ada tujuh orang tewas akibat serangan udara AS tersebut.
Pentagon mengatakan serangan tersebut atas arahan Presiden AS. Soleimani dianggap membahayakan keberadaan warga AS di Timur Tengah. Ia dianggap memiliki andil saat Hizbullah menyerang kontraktor AS Desember lalu.
Terkini, Selasa (14/1/2020), serangkaian kejadian awal pekan ini mengindikasikan hubungan keduanya masih panas.
Salah satunya dalah roket yang ditembakkan ke markas pasukan koalisi yang dipimpin AS di Irak Utara. Roket jenis Katyusha tersebut mendarat di pangkalan udara Al-Balad, yang menjadi rumah pesawat F-16, andalah AS.
Peristiwa ini melukai 4 orang, di antaranya dua perwira Irak dan dua penerbang. Akibat serangan ini sejumlah tentara dan pekerja AS dievakuasi.
Pada saat kejadian, setidaknya terdapat 15 tentara AS dan satu pesawat di Al-Balad. Sebelumnya di akhir pekan lalu, roket juga menghantam Zona Hijau di ibu kota Irak Baghdad.
Kelompok pro Iran dari Libanon, Hizbullah, mengatakan sudah saatnya bagi sekutu Iran untuk mulai membalas dendam ke AS yang telah menewaskan Jenderal Qasem Soleimani.
“Saya percaya ini saatnya sumbu perlawanan untuk mulai bekerja,” kata Pimpinan kelompok itu Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (13/1/2020).
Rupanya ada peran Israel di balik konflik AS dan Iran ini. Israel turut dalam operasi militer dalam misi pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.
NBC News mengutip sumber militer yang mengatakan Israel membantu Amerika Serikat dalam operasi pembunuhan Panglima Garda Revolusi Iran Qassim Soleimani 3 Januari lalu.
Sumber itu mengklaim Israel memberikan rincian informasi intelijen kepada pihak Amerika pada saat operasi itu akan dilakukan. Dilansir Al Masdar, Senin (13/1/2020), rincian informasi itu memberikan kepastian tentang kabar dari informan di Bandara Damaskus, Suriah, yang mengatakan Soleimani akan berangkat dari Damaskus ke Baghdad saat malam hari. Informasi itu disampaikan kepada Badan Intelijen Amerika, CIA.
Harian the New York Times kemudian melaporkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebelum pembunuhan Soleimani. Israel tampaknya menjadi satu-satunya negara sekutu AS yang mengetahui rencana pembunuhan itu.
Oktober lalu kantor berita Iran Tasnim, mengutip Kepala Intelijen Garda Revolusi Hussain Taib yang mengatakan Israel dan negara Barat bersekongkol akan membunuh Soleimani untuk memicu “perang agama di Iran”.
“Putus asa karena gagal mengganggu keamanan di Iran atau menyerang pangkalan militer Garda Revolusi, musuh kini berencana membunuh Mayor Jenderal Soleimani di kampung halamannya di Kerman,” ujar Taib pada saat itu.
Menteri luar negeri Israel Israel Katz menunda kunjungan ke Dubai bulan ini karena alasan keamanan. Alasan tersebut mengacu pada perang antara Iran-AS.
Posisi Indonesia di Tengah Rumor Perang Dunia Ketiga
Israel Katz, yang juga sebagai menteri intelijen, dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan di Uni Emirat Arab menjelang Expo 2020 Dubai. Namun atas instruksi pejabat keamanan, maka Katz menunda kunjungan.
Kemudian diplomat Israel lainnya mengatakan Israel sedang mengambil tindakan pencegahan jika Iran berusaha untuk menargetkan Katz sebagai bagian dari pembalasan terhadap sekutunya AS. Namun Diplomat tersebut tidak memiliki bukti untuk menunjukkan ancaman secara spesifik.
Sekretaris Dewan Pengarifan Kemanusiaan Iran dan mantan kepala Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Mohsen Rezaei, memperingatkan dampak luas yang akan terjadi setelah serangan AS. Dampak tersebut bisa saja meluas ke Republik Islam.
“Menanggapi Trump, yang mengatakan bahwa Washington akan menyerang Iran jika balas dendam, kita akan meratakan sepenuhnya [kota pelabuhan Israel] Haifa dan target kunci Israel lainnya,” kata Rezaei, Minggu (5/1/2020).
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan pada siapa saja yang berani menyerang kota di Israel, mereka akan mendapat balasan yang sangat keras. Peringatan tersebut mengacu pada ancaman Iran yang berencana menghancurkan kota di Israel.
“Siapa pun yang mencoba menyerang akan mendapat hukuman yang berat,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters. Dia menuduh Iran yang mengkampanyekan untuk menghancurkan Israel.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…