JEDA.ID-Gundala merupakan salah satu film paling dinanti tahun ini. Film yang dibintangi oleh Abimana Aryasatya ini juga disebut-sebut sebagai salah satu film termahal di Indonesia.
Joko Anwar selaku penulis skenario dan sutradara Gundala pun menjawab asumsi ini. Menurutnya, film yang diadaptasi dari komik tersebut tak menghabiskan biaya semahal yang dibayangkan.
“Enggak, definitely, ini bukan film termahal,” kata Joko Anwar saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2019) seperti dilansir Liputan6.com.
Namun, Direktur Visi Media Asia Neil Ricardo Tobing mengatakan pihaknya berinvestasi melalui anak usahanya, Bakrie Global Ventura untuk menggarap film Gundala. Investasi yang digelontorkan untuk menggarap film Gundala, mencapai di atas Rp30 miliar.
Seperti diketahui geligat film Indonesia mulai mendapat hati di tempat hati masyarakat. Tak heran, para sineas pun berlomba-lomba membuat film yang bagus dan bermutu meskipun dengan modal besar. Sebelum film Gundala, berikut beberapa film Indonesia juga menelan biaya yang sangat besar dalam produksinya, seperti dirangkum Jeda.Id dari berbagai sumber :
Kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta, semakin mendorong sineas memproduksi bertema religi romantis. Salah satunya yang diharapkan bisa mengulangi kesuksesan yang sama adalah film Di Bawah Lindungan Ka’bah. Film ini diadaptasi dari novel kenamaan dengan judul yang sama karya Buya Hamka.
Film Di Bawah Lindungan Ka’bah dibintangi sejumlah pemain film ternama seperti Herjunot Ali dan Laudya C. Bella. Film ini menelan biaya yang cukup besar karena harus menciptakan banyak efek-efek CGI. Lokasi pengambilan gambar juga harus dibuat senatural mungkin seperti cerita aslinya yakni di pada 1920-an. Akan tetapi budget Rp25 miliar yang dikeluarkan tidak bisa menarik minat penonton untuk datang ke bioskop. Pendapatan film ini diperkirakan hanya sekitar Rp8 miliaran.
Film bertema kolosal ini dibintangi oleh bintang-bintang papan atas seperti Christine Hakim, Reza Rahadian dan Nicholas Saputra, Tara Basro dan Eva Celia. Shooting dilakukan di Sumba Timur dengan pemilihan lokasi yang mengekplorasi keindahan lokasi eksotik Indonesia untuk memaksimalkan ceritanya.
Film romantis yang berjudul Apa Artinya Cinta dibintangi Samuel Rizal dan Shandy Aulia, sepertinya diharapkan bisa mengekor kesuksesan film mereka sebelumnya, Eiffel I’m in Love. Film Apa Artinya Cinta berlokasi shooting di San Fransisco, Amerika Serikat.
Film religi romantis ini dibintangi Kholidi Asadil Alam sebagai Azam, Oki Setiana Dewi sebagai Anna Afhatunnisa, Meyda Sefira, Alice Norin, Dude Herlino, Asmirandah hingga aktor kawakan Deddy Mizwar.
Film yang merupakan kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih yang dibuat berdasarkan novel fenomenal karya Habiburahman El Sirazy. Kisah film ini menceritakan tentang kehidupan religius mahasiswa Indonesia di Mesir dan lika liku pencarian jodoh yang baik dan benar sesuai hukum Islam.
Sukses dengan The Raid pertama, sutradara Gareth Evans kembali memproduksinya sekuelnya. Tidak kalah bagusdari film pendahulunya dengan efek-efek canggih dan pemeran yang mendukung filmnya.
Film yang dibintangi Iko Uwais bergenre action ini sangat menarik perhatian para penikmat film bahkan luar negeri.
Film ini juga ditayangkan di Amerika Serikat pada 28 Maret 2014 dan beberapa festival film internasional dengan sambutan yang sangat baik. The Raid 2 mendapatkan Best Movie Of The Year di ajang Indonesian Choice Awards 2014. Film ini memang pantas menyandang gelar salah satu film termahal yang sukses.
Salah satu film termahal lain adalah Gunung Emas Almayer yang merupakan proyek ambisius dari produser film Trilogi Merdeka. Film ini digarap lintas negara dengan menggaet perusahaan Malaysia untuk patungan dana. Proyek lintas negara ini disutradarai oleh U-Wei Bin Haji Saari, dengan aktor dan aktris dari tiga negara, dari Australia (Peter O’Brien), dari Malaysia (Sofia Jane, Adi Putra, Diana Danielle), dan dari Indonesia (Alex Komang, El Manik, Rahayu Saraswati).
Mahalnya biaya produksi film ini dikarenakan latar tempat dan kostum di-setting menyerupai kehidupan di sekitar hutan Malaka pada 1830. Serta membuat gambaran pemukiman di pinggir sungai dengan perahu yang lalu lalang sebagai transportasi. Walaupun film ini ditayangkan di bioskop Indonesia akan tetapi animo masyarakat kurang bagus.
Film ini di latar belakangi oleh rasa nasionalisme dan cinta negara yang ditunjukkan oleh sang sutradara, Yadi Sugandi. Film ini juga dibintangi oleh artis-artis papan atas Indonesia seperti Darius Sinathrya, Lukman Sardi, Donny Alamsyah dan Rahayu Saraswati.
Film tentang perjuangan pahlawan ini dibumbui dengan spesial efek yang dilakukan oleh tim ahli film yang berpengalaman dalam pembuatan film Hollywood. Namun sayang, film ini juga kurang mendapat sambutan hangat penonton.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…