JEDA.ID – Jagat maya punya mekanisme pengadilan liar bernama hater untuk menghakimi tertuduh pelakor. Mereka yang tak terima banyak yang memakai sarana akun “anonim” untuk secara terbuka mengunkapkan kebencian.
Masih ingat dengan Bu Dendy? Sosok ini viral karena video aksi marah-marah ke seorang perempuan yang diyakini sebagai pelakor suaminya. Kisahnya ternggelam, namun orang masih terus ingat dengan caranya menyikapi pelakor.
Pelakor adalah istilah yang berasal dari akronim “perebut laki orang.” Psikolog Sani Budiantini, sebagaimana dikutip dari Okezone, Selasa (5/11/2019), menjelaskan kata pelakor dari asalnya dari sebutan yang tren kalangan masyarakat. Orang mengistilahkan itu karena lebih gampang diingat dan sederhana.
Cara Bu Dendy memperlakukan pelakor berangkali terbilang cukup ektrem. Jauh setelahnya, ada seorang yang sebut saja Mommi Asf memilih memendam cerita untuk dirinya sendiri dan bercerita di puncak kegalauannya.
Sosok ini memilih untuk menyamarkan identitas dan menutupi sosok-sosok di balik kisah pilunya. Sayangnya, kisah ini justru memicu spekulasi liar yang menyeret nama-nama seperti Lola Diara Fidya dan bos Ammar TV, Ricky Zainal.
Benar tidaknya, waktu yang akan menjawab. Tapi, pengadilan liar di jejaring sosial nyatanya sudah berlangsung.
Di Instagram akun Lola Diara dikloning belasan, bahkan mungkin puluhan akun. Kebanyakan memakai foto profil yang sama; ilustrasi perempuan bercadar, dengan tulisan “Lola Diara.” Barangkali foto ini yang dipakai Lola Diara Fidya, sebelum akhirnya akun aslinya tenggelam.
Hampir semua akun “kloning” di-private. Cara ini biasanya dipakai untuk membuat mereka yang melihat penasaran. Tujuan utamanya tentu saja agar mereka yang penasaran lantas mengikuti (follow).
Fenomena yang sama juga terjadi saat heboh cerita Jennifer Dunn dan Faisal Harris. Jennifer Dunn yang biasa dipanggil Jedun, oleh hater dituding pelakor lantaran dianggap merebut Faisal Harris dari istrinya, Sarita Abdul Mukti.
Faisal Harris dan Sarita resmi bercerai pada November 2018. Setelahnya, Faisal memilih untuk menikahi Jedun. Namun belakangan terungkap Faisal dan Jedun sudah menikah secara siri sejak 2016.
Perjalanan cinta Faisal Harris dan Jedun terbilang cukup menghebohkan. Anak Faisal, Shafa Harris sempat melabrak Jedun, direkam lewat video singkat, lalu disebar di media sosial. Kehebohan ini langsung memancing komentar-komentar “jahat” netizen.
Berawal dari kehebohan itu, netizen terus mengulik apa yang sebenarnya terjadi. Jedun, Shafa Harris, Faisal Harris, dan Sarita menjadi topik terpopuler selama beberapa pekan.
Sebuah akun yang jadi perkumpulannya netizen kepo se-Indonesia, Lambe Turah, terus mempopulerkan sensasi ini sampai akhirnya menjadi sebuah cerita terstruktur yang dapat dinikmati bak film drama.
Lalu Jedun mulai diperkenalkan sebagai sosok baru yang mendapat cap pelakor. Mulai saat itu, akun-akun hater mulai bermunculan. Bahkan sampai cerita itu tak lagi populer, akun-akun hater masih terus memberikan update.
Tapi Jedun patut bernafas lega. Pasalnya, sosok dengan hater paling ganas di jagat maya Tanah Air ini adalah Mulan Jameela.
Mulan menjadi sosok yang paling lama dikejar hater. Pernah di satu masa, selama bertahun-tahun, Mulan Jameela harus mengunci akun Instagramnya. Hal ini tak lain karena komentar hater yang seolah tak terkendali.
Di Instagram saja, ada banyak akun semacam “paguyuban” yang menghimpun hater Mulan Jameela. Sebut saja @hate.mulanjameela, @mulanjameelajablay, @hatersmulanjameela, @pembencimulanjameelaqueen, @mulantukibulwati hingga yang paling populer @mulanjameelaqueen.
Akun itsmulanjameela mempopulerkan petisi Boikot Mulan Jameela dan Ahmad Dhani yang telah ditandatangani 21.202 akun.
Akun @mulanjameelaqueen sudah punya 268.388 pengikut. Akun yang terang-terangan menyebut hater pemuburu pelakor ini menjadi yang paling rajin dengan 2.177 postingan yang sebagian besar berisi umpatan dan kata-kata kasar ke Mulan.
Hater secara harfiah bisa diantikan sebagai pembenci. Dalam bahasa Inggris, hater berarti tunggal sedangkan haters adalah jamak atau istilah untuk menyebut kumpulan hater.
Harperbazaar dalam sebuah tulisan berjudul What is Hater? pada 2017 menyebut hater di era media sosial ditandai dengan ciri kebencian yang diungkapkan secara terbuka di media sosial.
Di Indonesia, kebencian yang diungkapkan secara terbuka tidak serta merta mengungkap identitsa hater. Ada banyak hater yang mengungkap kebenciannya tanpa mengungkap jati diri (anonim).
Mengenai fenomena hater, pakar media sosial Nukman Luthfie memberikan pandangannya. Menurutnya, secara umum media sosial memang dibuat untuk mencurahkan perasaan di kala senang maupun sedih.
“Jadi ketika ada orang lain dengan perasaan yang sama nimbrung, lalu menuangkan rasa kekecewaan itu lebih mudah. Terlebih lagi karena ini online, ungkapan rasa kekecewaan pun semakin mudah menyebar,” katanya, sebagaimana dilansir Liputan6.com, 4 September 2018.
Faktor pertama ungkapan kebencian kerap menyebar lebih cepat adalah karena mereka tidak tatap muka.
Hater juga tidak pernah kumpul atau bertemu secara langsung, sehingga menggunakan media sosial untuk membentuk perkumpulan. Karena tidak memakai nama asli, hater menjadi lebih berani dan vokal berujar kebencian.
“Selain menyebarkan seruan kebencian, haters juga sering menyebar berita-berita hoax atau berita palsu. Padahal mereka belum tentu mengerti apa isi berita yang mereka sebar,” pungkas Nukman.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…