Categories: Real

Dampak Kemacetan bagi Kesehatan, dari Stres hingga Stroke

Share

JEDA.ID- Dampak kemacetan di jalannan terutama di kota-kota besar tak hanya merugikan secara materitapi juga bagi kesehatan tubuh. Di kota-kota besar, berkendara di jalan merupakan aktivitas rutin. Saking banyaknya warga yang berkendara di jalan terutama di jam-jam tertentu, maka muncullah kemacetan. Kemacetan akan bertambah parah bila ada proyek pembangunan infrastruktur, seperti yang terjadi akhir-akhir ini di Kota Solo. Meski bukan kota besar seperti Jakarta, kemacetan di Solo sudah sangat terasa dan sering membuat kesal para pengguna jalan.

Kepadatan jalan yang menopang pengalihan arus lalu lintas dampak penutupan perlintasan sebidang Purwosari mulai dirasakan pengguna jalan sejak Kamis (6/2/2020).

Salah satu jalur yang lebih padat dari biasanya antara lain di kawasan lampu merah Kawatan sampai lampu merah Pasar Kembang (Jl. Honggowongso) yang berlaku dua arah. Selain itu, kemacetan juga terjadi di Jl. Gajah Mada (samping Hotel Novotel), simpang empat Masjid Solikhin, depan Kantor Kelurahan Punggawan, Jl. Monginsidi, Jl. S. Parman, sampai masuk Terminal Tirtonadi. Ruas-ruas jalan itu lebih padat di jam-jam sibuk, yakni berangkat dan pulang sekolah/kerja.

Sedangkan untuk kategori kota metropolitan, Jakarta selama ini memang identik dengan kota yang selalu macet. Hampir di setiap ruas jalan dipadati dengan kendaraan bermotor. Apalagi di jam-jam sibuk dan di akhir pekan. Karena hal ini, banyak orang yang mengira Jakarta adalah kota termacet di Indonesia. Tapi ternyata, anggapan ini salah. Karena Bandung mengalahkan Jakarta sebagai kota termacet di Indonesia.

Asian Development Bank (ADB) merilis Update of the Asian Development Outlook edisi September 2019. Dalam laporan Asian Development Outlook 2019–Update, terungkap kota yang paling macet di antara 48 negara anggota ADB.

Kota Bandung tercatat ada pada urutan ke-14 dalam tabel kota berpenduduk di atas 5 juta jiwa (data 2016) dengan tingkat kemacetan tertinggi. Jakarta menempati urutan ke-17, sementara Surabaya ke-20.

Dampak Kesehatan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memimpin rapat terbatas (ratas) bersama beberapa menteri kabinet kerja. Pada rapat perdana ini, Jokowi juga mengundang para kepala daerah khususnya di Jabodetabek. Jokowi bilang, rapat siang hari ini mengenai pengelolaan transportasi Jabodetabek yang diharapkan bisa mengurai kemacetan. Sebab, kerugian akibat di wilayah Jabodetabek mencapai Rp 65 triliun per tahunnya.

“Saya hanya membayangkan hitungan Bappenas yang saya terima setiap tahun kita kehilangan Rp 65 triliun di Jabodetabek gara-gara kemacetan. Rp65 triliun per tahun,” kata Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu seperti dilansir detikcom.

Tak hanya material, macet juga memberi dampak buruk bagi kesehatan. Menurut sebuah studi tahun 2012 oleh Washington University di St. Louis, perjalanan yang lebih panjang dikaitkan dengan berat badan yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah dan tekanan darah lebih tinggi. Semua itu berkaitan dengan penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.

Penelitian itu juga mencatat, terpapar dalam kemacetan setiap hari dapat menyebabkan stres kronis yang lebih tinggi. Salah satu pemicu stres saat macet adalah ketidaksabaran, harus menunggu lalu lintas bergerak. “Ketidaksabaran, jika Anda tidak menanganinya di awal cenderung berubah menjadi kemarahan,” kata profesor psikologi Universitas Hawaii Leon James, yang ikut menulis Road Rage and Aggressive Driving.

Masalah kesehatan lainnya akibat kemacetan adalah terpapar polusi udara. Mereka yang terpapar polusi udara saat kemacetan, khususnya pengendara kendaraan non-AC seperti sepeda motor, punya risiko kesehatan lebih besar. Selain stres, mereka juga terkena polutan yang dapat mempengaruhi paru-paru.

Selain penyakit paru-paru kronis, penelitian oleh UC Irvine M.D./Ph.D. menemukan bahwa polusi udara dapat menyebabkan tekanan darah naik dan menggelembungkan arteri, meningkatkan serangan jantung dan risiko stroke.

Tak cuma itu, terkadang kemacetan lalu lintas membuat orang kurang tidur. Terutama mereka yang harus bangun pagi-pagi buat untuk memulai pekerjaan agar tidak terlambat dan pulang larut malam untuk menghindari kemacetan sepulang kerja.
Kurang tidur dapat mempengaruhi kinerja, perhatian, dan memori jangka panjang. Selain itu, kurang tidur dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan, frustrasi, perilaku impulsif, kekebalan yang lebih rendah, dan beberapa masalah kesehatan mental.

Recent Posts

Daftar Lokasi Pembantaian yang Libatkan PKI di Solo, Adakah yang Tahu?

JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…

30 September 2021

5 Wisata Dekat atau Sekitar Sirkuit Mandalika Lombok, Ada Pantai Eksotis Hlo!

JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…

30 September 2021

Pengin Dapat Uang Rp1 Miliar Saat Pensiun? Ini Hlo Caranya!

JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…

29 September 2021

Disoroti Pembalap Dunia, Ini Spesifikasi Sirkuit Mandalika di Lombok

JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…

29 September 2021

Setia Temani Tukul Arwana, Ini Potret Kece Ega Prayudi Berseragam Polisi di Instagram

JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…

28 September 2021

Pengin Cepat Mendapatkan Pekerjaan yang Diinginkan? Baca Doa dan Zikir Ini

JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…

28 September 2021