JEDA.ID-CT value tinggi atau rendah menjadi patokan jumlah virus pada tubuh pasien Covid-19. Namun dokter meluruskan, angka CT value tinggi atau rendah tidak selalu bisa menunjukkan status aman/tidak aman pasien.
Jadi, jika hasil swab Anda menunjukkan CT value tinggi jangan buru-buru senang dulu ya. Lalu mengapa angka CT value tinggi bukan jaminan bebas Covid-19? Simak ulasannya di info kesehatan dan info sehat kali ini. Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menjelaskan CT value adalah jumlah siklus dalam PCR yang dilakukan untuk mencari materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab. Akan tetapi, angka nilai value berbanding terbalik dengan jumlah materi genetik virus.
Semakin tinggi angka CT value dalam pemeriksaan, semakin sedikit jumlah virus dalam tubuh. Maka itu, CT value tinggi kerap disimpulkan sebagai tanda aman bagi pasien.
Dokter mikrobiologi klinis dari Intibios Lab, Enty, menjelaskan, pasien dengan dengan CT value yang sudah tinggi sebenarnya tidak selalu dalam kondisi aman. Jika masih terdapat gejala, pasien masih berpotensi kuat menularkan virus Covid-19 ke orang lain.
Baca Juga: Wih, Keren! Ilmuwan Berhasil Berkomunikasi dalam Mimpi
“Bisa saja kita sedang berada di fase awal atau akhir, jadi kita sakit tapi tidak sadar. Pas dicek, hasilnya negatif. Itu biasanya diinterpretasikan dokter dengan CT value dan sebagainya. Tapi CT value itu tidak serta merta jadi patokan bahwa kalo CT tinggi berarti sudah aman. Belum tentu, karena ada faktor klinis,” ujar Enty seperti dikutip dari detikcom pada Sabtu (20/2/2021).
Ia menjelaskan, jumlah virus yang sedikit bisa disebabkan infeksi sudah mau berakhir, atau justru baru memasuki tahap awal. Maka itu, gejala dan faktor klinis yang dikeluhkan pasien juga penting diperhatikan.
“Batasan tinggi itu berapa? Hari ke berapa pemeriksaan dari onset gejala tentu menjadi pertimbangan dalam interpretasi,” imbuhnya.
Dalam mendiagnosis Covid-19 diperlukan pemeriksaan yang dikenal sebagai real-time reverse-transcriptase polymerase chain reaction alias real time RT-PCR. Tes ini adalah yang paling akurat sehingga direkomendasikan untuk mengidentifikasi infeksi virus Corona.
Biasanya, hasil tes PCR dari laboratorium hanya memberikan keterangan positif atau negatif. Namun, ada pula fasilitas kesehatan yang turut menambahkan keterangan nilai cycle threshold (CT) dalam lembar hasil PCR. Sebenarnya, apa sih arti nilai CT value dalam swab test itu?
Sebelum tahu lebih dalam soal CT, ketahuilah bahwa diagnosis virus Corona dilakukan melalui metode real-time RT-PCR. Dalam tes ini, petugas kesehatan akan mengambil cairan dari tenggorok dan hidung seseorang.
Selanjutnya, sampel dimasukkan ke tabung khusus untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Pada tahap berikutnya, sampel diekstraksi menggunakan kit tertentu agar dapat mengeluarkan materi virus yang disasar.
Baca Juga: 5 Fakta Vaksin Nusantara: Digagas Terawan, Dikritik Epidemiolog
Selanjutnya, materi genetik diperbanyak (amplifikasi) menggunakan mesin real time PCR. Proses tersebut bisa dilakukan sampai sekitar 40 siklus.
Mesin real time PCR memakai floresens sehingga tiap kali diperbanyak, terbentuklah sinyal floresens. Jumlah sinyal floresens yang terbentuk itu berbanding lurus dengan amplifikasi yang terjadi.
Dalam edaran Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) disebutkan, hasil pemeriksaan real time PCR dinyatakan positif bila terdapat akumulasi sinyal fluoresens.
CT value merupakan jumlah siklus yang diperlukan hingga sinyal fluoresens melampaui atau melewati ambang (threshold).
“Nah, nilai CT berbanding terbalik secara proporsional dengan jumlah asam nukleat target pada sampel. Semakin rendah nilai CT, makin tinggi jumlah asam nukleat target,” kata Astrid Wulan Kusumoastuti.
Pada umumnya, batas ambang nilai CT adalah 40, dengan interpretasi sebagai berikut sebagaimana dikutip dari klikdokter:
– Nilai Ct <29: positif kuat, yakni ada target asam nukleat dalam jumlah banyak.
– Nilai Ct 29 – 37: positif, yakni ada target asam nukleat dalam jumlah sedang.
– Nilai Ct 38 – 40: positif lemah, yakni target asam nukleat dalam jumlah sedikit, dan ada kemungkinan kontaminasi yang berasal dari lingkungan.
Namun demikian, menurut pernyataan PAMKI, beberapa kit reagen mencantumkan threshold yang berlainan, misalnya 41, 35, atau 38. Itu sebabnya, interpretasi hasil PCR harus disesuaikan kembali.
Baca Juga: 20 Februari Hari Soto Nasional, Berikut Ini Sejarah Soto
Beberapa studi membuktikan, ada hubungan antara infektivitas viral load dengan nilai CT swab test. Salah satunya yang dilakukan Bullard, J. dkk pada 2020. Kesimpulannya, pasien tidak infeksius lagi pada hasil real time PCR dengan nilai Ct ≥24.
Studi lainnya dilakukan Bordon, dkk tahun 2020. Dia mengungkapkan, tenaga kesehatan dengan nilai CT 38 dan sudah 29 hari sejak mendapat hasil PCR positif, dinyatakan sudah tidak bisa menularkan lagi.
Nilai CT Tinggi, Apa Virus Pasti Tidak Infeksius?
Lantas, apakah itu artinya nilai CT tinggi menunjukkan pasien Covid-19 tidak lagi infeksius?
“Untuk saat ini, belum menjadi saran secara umum menggunakan CT value untuk menentukan apakah seorang pasien Covid-19 infeksius atau tidak. Hal ini karena masih perlu pemeriksaan fisik dan kondisi pasien,” jelas Astrid.
“Tetap harus disesuaikan dengan pemeriksaan fisik dan kondisi klinis pasien. Itu karena CT value bisa juga dipengaruhi oleh metode ekstrak sampel dan lain-lain, belum lagi batas ambang nilai CT bisa berbeda,” dia menambahkan.
Meski bisa menjadi salah satu petunjuk, nilai CT belum bisa dijadikan satu-satunya pijakan untuk menentukan seorang pasien virus Corona masih bisa menularkan atau tidak. Ada beberapa hal yang tidak bisa dideteksi oleh nilai CT, yaitu:
1. Belum ada penelitian menyeluruh dan komprehensif yang dapat diandalkan untuk membuktikan korelasi langsung antara tingkat keparahan penyakit, infeksi, dan nilai CT.
Baca Juga: 7 Tips untuk Atasi Klaster Keluarga Virus Corona
2. Nilai CT berbeda dari satu kit ke kit lainnya. Nilai CT yang dihasilkan sangat bergantung pada hal-hal teknis, seperti metode pengambilan sampel, jumlah materi genetik dalam sampel, metode ekstraksi yang digunakan, serta kit PCR yang dipakai.
3. Pasien dalam tahap gejala awal mungkin menunjukkan nilai CT yang tinggi kemudian dapat berubah. Dalam kasus seperti itu, nilai CT tidak bisa dijadikan patokan.
4. Tingkat keparahan penyakit Covid-19 sangat bergantung pada faktor viral load. Beberapa pasien dengan viral load rendah mungkin terjangkit penyakit yang sangat parah karena memicu reaksi imun. Karena itu, nilai CT yang tinggi tidak dapat menjadi patokan.
Uji real time PCR yang dilakukan saat ini bersifat kualitatif. Nilai CT dapat memberikan perkiraan kasar tentang viral load. Namun, standar yang lebih khusus masih diperlukan untuk pengujian kuantitatif.
JEDA.ID — Berikut ini terdapat daftar lokasi pembantaian yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat deretan wisata di dekat atau sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah,…
JEDA.ID — Masa pensiun kerap menjadi momok bagi sebagian orang lantaran sudah tidak adanya penghasilan…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat spesifikasi lengkap dari Sirkuit Mandalika di Lombok yang sempat mencuri perhatian…
JEDA.ID — Berikut ini terdapat potret ganteng seorang polisi di Instagram bernama Ega Prayudi, yang merupakan…
JEDA.ID — Apa bunyi bacaan doa dan zikir agar cepat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan menurut…